C h a p t e r - 6

9.3K 143 15
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Warning 🔞 ( Adult Chapter )

oOo
─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌
Chapter 6 : Sex

.
.
.

Setelah pertengkaran antara Dirja dan Ibas, gadis yang diperebutkan mereka memilih untuk mengikuti Ibas. Ya, bagaimanapun Ibas memang lebih mengenalnya daripada Dirja, meski begitu Dirja tetap anak laki-laki yang baik.

Ibas membawa pergi Luna ke Apartemen yang berada di sekitar kabupaten Badung, memasukkan beberapa sandi lalu benda elektronik itu berbunyi dan membuka pintu secara otomatis.

"Duduk, diem disini" perintah Ibas.

Gadis dengan rambut pendek itu hanya menghela nafas pasrah dan duduk di sofa panjang dan menyenderkan punggungnya, hari ini dia lumayan lelah. Memejamkan matanya sebentar lalu terganggu ketika ada yang meletakkan gelas kaca di atas meja kaca didepannya.

"Minum."

Luna mengambil air lemon itu dan meneguknya pelan, matanya membulat ketika mendapati Ibas hanya menggunakan boxer hitam dan handuk yang melingkar di lehernya. Hampir saja dia tersedak, tapi dengan cepat menanganinya.

Ibas tentu tau, dia memang sengaja memakai boxer saja sehabis mandi.

"Kalo mau pegang, pegang aja." Ujar Ibas dengan santai.

Luna membuat ekspresi tidak santai, meski sangat ingin tentu saja tidak mau terang-terangan begitu.

"Gajelas lo Bas" gadis itu sedikit berbalik dan mengambil ponsel dari dalam tasnya.

Tapi, saat dirinya sudah berbalik ke tempat semula dia sudah berhadapan dengan selangkangan Ibas. Dia sedikit mundur tapi Ibas juga ikut memajukan posisinya, dia sedikit merunduk dan menyelipkan beberapa helai rambut di telinga Luna.

"Sepongin adek gw."

Ibas brengsek.

Ibas bajingan.

"Gak usah ngumpatin gw di dalem hati, cepet sepongin dia sebelum gw yang maksa kontol gw masuk ke mulut lo."

Luna memilih mendorong Ibas yang hampir saja terjungkal ke belakang, bangsat.

Alarm bahaya muncul di dalam kepala gadis itu, dia segera berdiri lalu berlari. Ibas mengejarnya, tentu saja. Pria itu mengeraskan rahangnya, dia tidak suka penolakan dari targetnya.

Mendorong Luna ke arah tembok dan membalikkan tubuh gadis itu dengan paksa dan menyatukan bibir mereka berdua, pria itu mengangkat kedua tangan Luna ke atas dan menggenggamnya menjadi satu.

Lutut Ibas menekan selangkangan Luna membuat gadis itu melenguh, satu tangan yang bebas menyelinap dari bawah kemeja gadis itu dan menarik keras bra berwarna hitam itu hingga robek menjadi dua.

"Akh, Ibas!"

Luna mencoba melepaskan kedua tangannya, bagaimanapun Ibas tetap dominan disini.

"Lo yang maksa."

Ibas menurunkan pundak Luna hingga ke bawah, dia melepaskan sang pemain utama dari sangkarnya dan mencengkram leher gadisnya.

Memaksa benda panjang itu memasuki mulut Luna, hingga gadis itu tersedak dan terbatuk-batuk.

Pria itu meninggalkan Luna yang berantakan dan mengambil pil putih dari dalam lacinya, dia mengambil air lemon tadi dan meminum airnya. Berjalan ke arah Luna yang masih menyeka ludah di area bibirnya, dia mencengkram dagu gadis itu dan memasukkan pil ke dalam mulutnya lalu mencium bibir Luna hingga pil putih itu berpindah ke bibir gadisnya.

"Telen"

Luna sembari menangis menelan pil itu, entah apa yang diberikan oleh Ibas. Dia tidak bisa menahannya, rasa ketakutan menghantui gadis itu.

***

Kedua insan itu sudah berada di ranjang empuk milik Ibas, dengan posisi Ibas dibawah dan Luna di atas. Pakaian yang tersisa dari Luna hanya kemeja putih sedangkan Ibas sudah sepenuhnya telanjang.

"Ini bukan ngewe pertama kali lo, jadi gak usah sok kaya perawan." Ibas dengan mulut sarkasnya memang kadang-kadang seperti ajojing.

Pil tadi adalah obat perangsang, Ibas memberikan obat itu kepada Luna agar gadis itu tidak terlalu melawan ketika mereka melakukan sex.

Luna berpegangan kepada dada Ibas, dia menurunkan bokongnya dan mencoba menelan kontol Ibas.

"Akh, gabisa." Rasanya Luna ingin menangis, sakit sekali.

"Heh? Gabisa kenapa sayang?" Tanya Ibas dengan senyuman miring.

Kedua tangan pria itu memegang pantat mulus Luna, dia mengelus kedua benda bulat itu lalu menamparnya dengan keras hingga muncul ruam merah di sekitarnya.

"Punya gw kegedean kan? Well i know, my dick is the biggest, right honey?"

Dengan sekali sentakan Ibas menghentakkan miliknya hingga ternanam penuh di dalam Luna, sementara gadis itu langsung berteriak keras. Dia merasa dirinya terbelah menjadi dua, dia menggeleng keras menandakan pemberontakan.

"Ibas plis, keluarin. Sakit brengsek."

Ibas tak mendengarkan gadis itu, dia malah membalikkan posisinya dan melepaskan penyatuan lalu menggulingkan Luna hingga menungging lalu memasukinya tanpa ampun. Dia menggenjot gadis itu tanpa ragu dan meremas kedua payudara yang berada di dalam kemeja tipis itu.

Jari-jemarinya bergerak memutar di area puting dan menjepit puting itu menggunakan kedua jarinya, setelah itu kedua jarinya beralih kepada mulut Luna yang telah berlumuran ludahnya sendiri.

Memasukkan kedua jarinya ke dalam mulut Luna dan menjelajah di dalamnya, tak lupa dia membuat punggung gadis itu melengkung karena merasa keenakan.

Suara decitan ranjang memenuhi ruangan apartemen itu, Luna mendesah dia merasa penuh dan luar biasa. Ibas akhirnya akan sampai kepada puncaknya, dia semakin mempercepat genjotannya dan memasukkannya semakin dalam hingga mereka masing-masing mengeluarkan suara nikmatnya.

Ibas mengeluarkan miliknya dan membiarkan cairan itu keluar dari miliknya maupun milik Luna, dia tidur disamping gadis yang sudah terkapar lemah.

"Jangan deket Dirja, gw gasuka."

***

[ VOTMEN + FOLLOW ]
LilisMarathon

I B A S ( My Sexiest Man ) Where stories live. Discover now