Kemarin, setelah terjadi pertengkaran antara dirinya dan Sojung, mereka berdua benar-benar tidak berhubungan sama sekali. Jadi, hari ini Hyoseop menutup kliniknya lebih awal dan menghubungi Sojung untuk mengajaknya makan malam.
Setelah bilang bahwa dia yang akan membayar tagihannya, Sojung langsung mengiyakan dan bilang akan langsung pergi ke restoran nasi steak di mana mereka biasanya makan. Hyoseop setuju dan pergi ke restoran itu sendiri.
"Jadi bagaimana, kau sudah mengatakan pengakuanmu?"
Sojung sempat tersedak, namun tidak begitu hebat, jadi dia bisa mengatasinya walau tanpa minum. "Kau ingin main-main denganku?"
"Jadi kau mengatakannya atau tidak?"
"Aku kekasih yang kau tinggalkan setelah kau bilang akan menikahiku. Aku bekerja di sini untuk melihat dan membalaskan dendamku padamu yang pergi begitu saja tanpa penjelasan." Sojung berbicara seolah-olah Seokjin adalah lawan bicaranya saat ini. "Itu bukan pengakuan cinta. Aku sudah tidak ingin bersamanya. Dia sudah memiliki istri."
"Sepertinya kau sudah sadar. Lihatlah dirimu, mulai berbicara masuk akal," kata Hyoseop sambil menunjukkan senyumnya pada Sojung.
Sementara Sojung, wanita itu memberikan Hyoseop tatapan tajam. "Cih, kau senang dengan ini?"
"Sebenarnya, ya. Ini tidak begitu membosankan," jawab Hyoseop tak acuh sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut.
"Kalau begitu dengarkan. Apa menurutmu ini tidak membosankan juga?"
"Apa?"
"Pria itu ... kehilangan ingatan," kata Sojung. "Aku baru saja tahu kemarin saat tidak sengaja mendengar pembicaraannya dengan seseorang. Maksudku ... kami sudah satu tahun tidak berhubungan, bagaimana aku bisa tahu bahwa dia kehilangan ingatannya saat tidak berhubungan denganku."
"Yaa ...,"--Hyoseop menjeda santapannya, lalu menatap ke arah Sojung--"... lantas apa itu membuatmu goyah? Kau ingin dia kembali lagi padamu?"
Sojung semakin tajam menatap Hyoseop. Dia berpikir bahwa temannya ini masih meragukannya. Hyoseop masih belum percaya bahwa Sojung benar-benar tidak ingin kembali lagi pada Seokjin. "Apa maksudmu? Mau dia hilang ingatan sekalipun aku tidak begitu peduli. Siapa yang tahu ... bagaimana kalau selama ini aku adalah wanita simpanannya? Pria brengsek seperti dia sama sekali tidak akan pernah mendapatkan tempat di hatiku lagi."
Sojung berhenti menatap Hyoseop, dia kembali menyantap makanannya. "Aku bahkan menyesal pernah berharap padanya. Karena dia bahkan Ibuku menjual kebunnya untuk omong kosong pernikahan yang dia janjikan."
"Itulah maksudku. Kukira kau lupa akan itu," kata Hyoseop.
"Sajangnim, aku pesan apa yang dipesan mereka berdua."
Hyoseop dan Sojung spontan menoleh ke belakang setelah mendengar suara yang familiar bagi mereka berdua. Sungkyung datang masih dengan kaca mata dan rambutnya yang digulung ke atas. Hyoseop langsung bergeser ke samping, memberi ruang agar Sungkyung bisa duduk di samping Sojung di bangku dan meja yang lurus.
Begitu Sungkyung makan, dia bilang pada dua orang yang mendadak menjadi orang pendiam saat dia datang, "Kalian berdua, jangan berpikir bahwa aku baik-baik saja sekarang. Aku baru saja putus, jadi berbicaralah, bantu aku menghibur diriku."
"Kami tidak pernah berpikir begitu. Kami mengerti, jangan khawatir," kata Hyoseop.
"Setelah tidak berkencan, aku selalu merasa ingin makan," kata Sungkyung sambil menghela napasnya. "Lapar tidak boleh menjadi momen paling berdampak dalam hariku."
"Makan saja makananmu," peringat Sojung dengan lemah. Dia sudah begitu lelah dengan kebiasaan Sungkyung yang satu ini, berbicara tidak jelas, bahkan saat makan, itu semua dilakukan sejak Sungkyung dan pacarnya sedang bertengkar. Akhirnya, kali ini mereka benar-benar putus, bukan hanya bertengkar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Memories; Sowjin
FanfictionLee Sojung adalah orang gilanya para orang gila. Dia tidak menjaga bicaranya, dia juga selalu terus terang, tidak peduli apakah itu menyakiti hati lawan bicaranya atau tidak. Dia adalah psikopat gila. Dia tidak pernah berpikir panjang, dia orang yan...