21

641 71 20
                                    

"Hei Kurami, gimana pendapat lo tentang calon mantu gue?" tanya Serena dibawah alam bawah sadarnya pada sosok rubah berekor sembilan yang memiliki tubuh tinggi besar serta bulu lebat berwarna putih.

Yang dipanggil 'Kurami' itu menatap Serena sekilas sebelum kembali tertidur. "Dia anak baik dan pendiam, tidak sepertimu yang berisik."  jawab Kurami membuat Serena menatapnya julid. 

"Heii, gini-gini elu yang milih gue buat jadi partner elu ya! sekate-kate tu mulut kayak kagak pernah diajarin sopan santun sama orang tua, kelakuan kek binatang!" protes Serena membuat rubah itu mendengus malas.

"Itu pilihan terakhir, aku tidak mau gadis cengeng itu yang akan menjadi pemilikku nantinya. Sangat menyusahkan." Serena mendadak terdiam, benar juga. Dihadapannya saat ini, adalah sosok rubah yang merupakan hewan mitologi di-tempat ini. Tidak semua orang dapat menjadi partnernya, didalam novel pun diceritakan bahwa Sherly-lah sebenarnya pemilik dari Rubah putih ekor sembilan ini.

"Sekedar informasi, anak kaisar itu sebenarnya bukanlah orang jahat. Dia hanya terpengaruh oleh perkataan gadis cengeng itu, sedangkan kaisar itu sangat mencintai putrinya maka apapun pasti akan dia lakukan untuk putrinya."

Serena menatap Kurami terkejut, "LO KOK BISA TAU?!" pekiknya sebab Serena belum menceritakan apapun pada jiwa rubah yang terkunci didalam dirinya itu.

Kurami membuka matanya, "Tentu saja, karena aku yang memutar waktu."  

Serena terperangah mendengarnya, "TUNGGU-TUNGGU!!, sebenarnya yang mutar waktu itu elu atau penyihir yang diceritain Karina ke gue?"

"Itu aku, aku menggunakan tubuh penyihir itu untuk aku rasuki, jika kau lupa jiwaku ini jiwa bebas jika kau mati aku tidak akan bisa mati tetapi lama kelamaan jiwaku akan hancur jika tak memiliki pemilik, aku adalah rubah berekor sembilan, aku  hanya memilih satu pemilik untukku selamanya."

Serena terdiam sejenak, "Kenapa lo gak ikut mati bareng gue waktu itu?"

"Sebenarnya, aku bisa saja menghidupkanmu lagi, tapi sayangnya waktu itu kondisimu masih lemah karena penyakit hitam yang kau derita, itu menghalangiku untuk menghidupkan dirimu kembali. Sewaktu para prajurit itu mengepung dan menghabisi nyawamu, jiwaku yang tak berbentuk itu keluar dari tubuhmu karena tak memiliki banyak waktu lagi karena jiwaku mulai hampir hancur aku langsung memasuki tubuh seorang penyihir yang tengah berada diistana. Itulah yang membawaku menemui Karina pada akhirnya, ya aku sedikit memberikan kekuatanku padanya."

"Kekuatan?"

"Hmm, aku memberikan kekuatan milik naga dengan mengorbankan salah satu mataku. Jantung naga berada tepat dimata sebelah kananku jadi aku memberikannya tidak sepenuhnya sebab aku ingin melihat gadis itu dalam menggunakan kekuatannya."

Serena terdiam sebelum akhirnya tubuhnya terasa ringan dan kemudian matanya menatap putranya yang tengah berada dihadapannya.

"Apa aku mengganggu ibu yang sedang berbincang dengan Kurami?" tanya Erland pelan.

Serena menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Tidak kok, apa yang ingijn Erland bicarakan dengan ibu?"

Erland tersenyum kemudian mengambil tempat disamping sang ibu. 

"Bu, sebentar lagi aku akan lulus dari academy begitu juga dengan Karina. Menurut ibu, apakah aku harus segera mengirimkan lamaran pada perdana menteri?" Serena menatap Erland dengan tatapan serius.

"Bukankah usia kalian masih terlalu muda?"

Erland mengangguk polos.

"Kalau begitu, jangan memikirkan pernikahan terlebih dahulu. Biarkan Karina menikmati masa mudanya terlebih dahulu, membahagiakan dirinya sendiri serta ayahnya baru setelah dia siap untuk beralih ke jenjang pernikahan, kau kirimkan lamarannya." tegur Serena, sebetulnya Serena terkejut ternyata Erland ini sama seperti Gerald waktu masih muda. Aihh, sat set.

Erland cemberut kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak Serena.

"Aku takut jika nanti dia akan memilih salah satu dari teman-temanku ibu!" rengeknya membuat Serena mengelus lembut sisi kepala sang anak.

"Kenapa harus takut? serahkan semuanya pada takdir yang ada. Karena apa yang sudah ditakdirkan tidak akan hilang, sekalinya hilang pasti akan kembali ke kita. Cukup sematkan itu dihati Erland, lagipula. Kita tidak boleh memaksakan perasaan kita pada orang yang tak memiliki perasaan yang sama dengan kita."

"Jatuh cinta sendirian itu menyakitkan." sambung Serena membuat Erland hanya mengangguk lemas dibalik pundak sang ibu.

"Erland akan menikah dengan putri Ezra." ucapan seseorang yang baru saja tiba itu membuat Serena beserta Erland menatap terkejut pada Gerald. 

"AYAH!" pekik Erland tak terima, sedangkan Serena tak berkata apapun melainkan hanya menatap wajah snag suami dengan tatapan tak percaya.

"Apa? ayah benarkan? bukankah selama ini, kau yang menginginkan pernikahan kalian? sekarang Ezra sudah merestuimu. Berkat keinginan putrinya." jawab Gerald tenang dan datar.

"Itu dulu! sekarang aku sudah memiliki Karina ayah!" tolak Erland cepat membuat Gerald medengus kasar dan merotasikan bola matanya.

"Memangnya dia mau denganmu? dia pasti mencari laki-laki yang benar-benar serius dengannya. Sedangkan kau? hanya bisa menghindar saat tak sengaja bertemu dengannya. Jika begini bisa saja Fendrick yang akan mendahuluimu asal kau tau."

Gerald bangun dari duduknya dan berjalan keluar dengan cepat. "Nak! kau mau kemana?!" tanya Serena sedikit keras sebab melihat Eralnd yang tampak emosi itu membuatnya takut jika nanti sang anak bertengkar dengan sahabatnya. 

Gerald tersenyum penuh arti dan hal itu ditangkap oleh Serena. Tanpa belas kasih Serena memukul kuat lengan sang suami.

"Kau ini!! suka sekali menggoda anakmu!"

Gerald mengaduh dan mengusap lengannya yang panas akibat pukulan sang istri.

"Salah dia sendiri terlalu bodoh untuk dibodohi!" bela Gerald membuat Serena melirik suaminya sinis.

"Coba kau pikir siapa yang menurunkan kebodohannya itu pada Erland?"

Gerald menatap Serena polos sedangkan Serena yang mengerti langsung ancang-ancang memukul sang suami sebelum akhirnya Gerald yang menahannya dengan panik. 

"IYA-IYA! aku yang bodoh." jawabnya yang diangguki Serena. "Bagus kau sadar diri."



================

Bersambung....

jangan lupa votmennya!<3

btw, aku mau buat work nih ada yang mau kasih saran?

Transmigrasi or lainnya? ( jaman kerajaan, or jaman modern) komen ya><

KARINA'S SECOND LIFE- EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang