[CHAPTER 4]

172 15 1
                                    


"Kehidupan baru dengan cerita yang baru."

————————————————————


Hari ini, dimana Danda akan pindah ke tempat tinggal baru yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dia memandangi sudut rumahnya, dia akan rindu dengan rumah kecil ini, dia akan rindu bersenda gurau dengan teman-temannya dan pastinya dia akan rindu dengan Ayahnya.

Danda memasukan figura kecil yang menampilkan wajah Danda, Nopal, Satria dan Zaenal. Dia memasukkan figura itu ke dalam tasnya dan menutup resleting tasnya. Dia berjalan keluar dari kamarnya dan menghampiri Ayah dan Rahmat yang telah menunggunya di luar.

Di luar rumah Danda dapat melihat dua sahabatnya sedang menunggu, dia bergerak menghampiri Nopal dan Zaenal. Menatap mereka berdua dengan mata yang sayu.

"Lo belajar yang rajin di sana, sama jangan lupain gue, inget di sini lo masih punya kita." Ujar Nopal dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Hati-hati di sana, semoga lo bisa dapetin temen yang baik di sana. Eh sama satu lagi, lo masih punya utang sama gue, jangan lupa dibayar." Disaat suasana sedih-sedih seperti ini, Zaenal bisa-bisanya masih teringat dengan hutang Danda yang berjumlah seratus ribu rupiah itu.

"Iya, nanti gue lunasi. Yaudah gue berangkat," Danda merangkul kedua sahabatnya untuk memberikan pelukan perpisahan.

Nopal tentunya menangis dalam pelukan itu, dia belum siap berpisah dengan Danda sahabatnya sejak kecil itu. Dia memeluk Danda rekat seperti tidak ingin berpisah, namun setiap pertemuan pastinya akan ada perpisahan. Dan sekarang mereka merasakan fase itu.

"Udah, gue cuma pergi ke kota bukan nyusul Satria," ucap Danda santai seperti kejadian itu tidak pernah terjadi di hidupnya.

Nopal dan Zaenal sama-sama menatap Danda, mereka tidak mengerti maksud Danda melontarkan kalimat seperti itu.

"Omongan lo anjing!" kesal Nopal sambil menatap Danda jengah.

"Gue berangkat dulu," Danda berjalan menjauhi Nopal dan Zaenal, lalu menghampiri Ayahnya yang telah menunggunya di dekat mobil pick up milik Rahmat.

"Bang, jaga diri di sana, jangan lupa diminum obatnya." Kata Jamal seraya membawa Danda dalam pelukannya. Danda diam dan menikmati pelukan itu.

"Abang yang betah ya di sana, doa Ayah selalu terbaik buat Abang," ucap Jamal dekat telinga Danda— Danda pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

Danda melepaskan pelukan tersebut, dia mencium punggung tangan Ayahnya sebagai bentuk pamitnya.

"Abang, berangkat dulu," Danda mulai berjalan menjauhi semuanya, dia menaiki mobil pick up milik Rahmat, dia masuk ke dalam mobil itu lantas menutup pintunya.

Mobil pick up yang disetir oleh Rahmat mulai berjalan maju meninggalkan semuanya. Danda terus menatap depan, dia tidak ingin menengok ke belakang lagi, seperti yang Ayah katakan kemarin, dia harus memulai dari awal dan tentunya dengan cerita yang baru.

"Nanti gue kenalin lo ke temen-temen gue," kata Rahmat sambil fokus menyetir mobilnya, tak lupa juga dia menyetel musik dangdut koplo sebagai pengiring ketika di jalan.

Danda tidak menjawab, ia menikmati keindahan alam yang selalu membuatnya takjub. Pohon-pohon yang menjulang tinggi dan juga sawah yang akan siap di panen, semakin menambah keindahan jalan yang ia lewati itu.

————————————————————

Tak terasa, mereka berdua telah sampai di sebuah kos dengan plang bertuliskan KOPAJA. Danda dan Rahmat lantas turun dari mobil pick-up, Rahmat membantu Danda untuk menurunkan barang-barangnya dari belakang mobil pick up—Nya.

SAMPOERNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang