• προτροπή ⁰

68 14 16
                                    

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk berpelukan dengan guling. Namun tidak untuk lelaki ini. Ia tengah berlari dari kejaran makhluk hitam aneh. Tidak hanya satu, mereka bergerombol hanya untuk mengejarnya. 



"Babi, susah bener!" Keluhnya disela-sela berlari. Dia sedang berusaha menggapai sesuatu didalam sabuknya. 



Sebuah daun kering.



Dan kejaran makhluk hitam itu semakin ganas. Mereka mempercepat kelajuan terbangnya.








Krek! 

Wush! 









Secara tiba-tiba badai datang menyapa makhluk hitam itu. Merekapun menepi guna menghindari terjangan. Bak ditelan si angin ribut, lelaki yang mereka kejar hilang tanpa jejak. Mata mereka berganti merah pertanda murka.










"να δούμε, γιε του Ζ–."

















 ※ ※ ※


















Di tempat lain lelaki tadi mendesah lega. Ia berhasil melarikan diri berkat badai mendadak. Daun kering rematannya diusapkan ke rambut, membuat pesonanya tujuh kali lebih menawan. Alisnya menukik tajam, netra safir itu beredar seolah membaca situasi. Setelah dirasa aman, ia mengeluarkan sebuah stik dan bola putih. 



"Pake ini apa ini ya?" Gumamnya bingung sembari menunjuk kedua benda tersebut. Ia diam sejenak, lalu berdeham. 



 "Cap-cip-cup kembang kuncup... 

 ... Pilih mana yang mau di—CUP!"



Ya... begitulah cara dia memilih sesuatu. Sangat kekanak-kanakan, walaupun aku juga gitu sih kalau udah bingung banget. 



"Yaelah, ngapa harus tongkat dah." Lelaki itu menyesali pilihannya. Ia lantas memasukkan bola putih tadi kedalam tas dan mengambil pilihannya. Sebuah tongkat. 



"Yaudah, semoga lu gak bikin gue terjerumus lagi kesana dan semoga si hitam durjana itu gak mencium bau lu, wahai tongkat saktiku. Emuach, sayang deh sama tongseng. Apparatte!" Lelaki itu menghilang bersamaan dengan mantra yang dirapalkan. 





















hnggg ada yg baca kg y [cerrayy]

B3 : Ethereal On viuen les histories. Descobreix ara