• Πρώτα ¹

73 15 32
                                    

Seorang lelaki bertopi hitam menapakkan kakinya di area kantin. Satu lengannya dimasukkan ke saku celana. Kaki jenjangnya diajak bergerak menuju gerai kantin yang sudah buka lebih dulu.


"Mbak, kopi hari baik anget satu." Ucapnya pada penjual. Pemilik gerai itu langsung membuatkan pesanan si pembeli. Mata tajam lelaki itu menelisik area kantin, ada beberapa gadis dipojok sana. Entah apa yang mereka bicarakan di pagi buta begini.


"Itu si Hali bukan sih?"


Samar tapi pasti, mereka sedang membicarakan dirinya saat ini. Apa lagi gosip baru tentangnya?


"Dia tuh vampire beneran kan?"


Oh, gosip yang sama. Ia tahu dirinya populer di kalangan para siswi sekolah. Senyum miring ia sampirkan diwajah.


"Eh tapi katanya bukan!" Alisnya terangkat satu. Sembari membayar pesanan, indra pendengarannya terus aktif menyimak pembicaraan mereka.


"Kalau bukan apa dong?"



"Cowo gue gak sih? AWKAWKAKWAKWKAWK!"


'Anjir, sia-sia gue dengerin.' Batinnya menyesal. Ia melanjutkan langkahnya untuk keluar dari kantin. Tangan yang menggenggam kopi hangat terangkat. Belum jadi menyesap kopi, seseorang memanggilnya dari luar kantin.


"Halilintar, tunggu dulu!" Lelaki sepantarannya merangkul dari depan dan membalikkan tubuhnya kembali ke kantin.


"Tungguin, gue lupa bawa minum. Btw kalau minum gak boleh sambil jalan." Ucap lelaki bernetra cinnamon itu.


"Males, Gem. Lo sendiri aja sana." Halilintar, lelaki bertopi hitam tadi menolak ajakan sang teman.


"Bentar doang, ada yang mau gue omongin juga."










Sampai di gerai yang sama, salah satu dari mereka membeli minuman. Halilintar menyesap kopinya perlahan, menikmati kehangatan minuman hitam bertitle hari baik. Pahit manis menyapa indra pengecapnya.


"Kalian tau kan desas-desus kalau ada Demigod di sekolah ini?"


Kedua alis Halilintar terangkat mendengar apa yang para gadis tadi obrolkan. Tiga jari tangannya merapikan posisi topi yang dipakai.


"Kenapa? Kan ada itu si Gopal Demigod Limos."


"Lain anjir, ini Demigod besar."


"Hah, serius? Dua belas dewa dewi itu? Siapa?"


Halilintar menajamkan indra pendengarannya guna menguping percakapan mereka. Lumayan, dapat informasi yang menguntungkan.


B3 : Ethereal Where stories live. Discover now