38. PENUTUP

558 70 28
                                    

"Mati kau! Mati kau! Mati kau!" Ursula menghajar Sage-anak kandungnya-dengan habis-habisan. Setelah para lelaki bersumpah untuk memberi keadilan dan kebebasan bagi para wanita, mereka semua hanya mampu bungkam saat para wanita meluapkan emosinya pada mereka. Contohnya saja, Ursula pada Sage.

Lelaki bersurai cokelat itu entah mengapa menjadi menyesal karena telah terbutakan obsesinya pada Inez, sampai-sampai dia berniat membuat ibu kandungnya-yang telah mengandung dirinya selama sembilan bulan-untuk jatuh dari takhta dan dibenci seluruh masyarakat. Kesadaran ini Sage dapatkan ketika melihat seorang wanita hamil yang sedang berlari menuju suami tukang selingkuhnya. Karena hal itu, wanita tersebut harus berjalan perlahan dengan kesusahan. Akhrinya Sage tersadar, bahwa jasa wanita isangat hebat dan besar dalam membesarkan seorang anak.

Karena tidak mampu mengucapkan permintaan maaf, Sage hanya terdiam dan menerima semua pukulan Ursula yang tidak terasa sama sekali. Inez di belakang Ursula menepuk bahunya. Ursula mengangguk padanya dan segera memberi ruang bagi Inez.

"Sage, lihat aku." Inez berujar. Saat kepala Sage menengadah, Inez menghadiahinya dengan sebuah bogeman. Akibatnya, kepala Sage bergerak menyamping dengan darah yang mengucur dari hidungnya. "Bagaimana bisa kau mempermainkan hidupku seperti mainan berengsek! Aku sangat membenci dirimu! Mati saja kau! Mati!!"

Sage sudah tidak tahu bagaimana keadaan wajahnya sekarang setelah menerima pukulan Inez yang menyakitkan. Wajahnya memang terasa sakit, tetapi jika rasa sakit gadis itu bisa terobati, Sage bersedia menerimanya.

Sunkhisla yang berhadapan dengan Nolan merasa sedikit canggung. "Aku tidak berniat menipumu! Aku hanya meminjam bantuan!"

"Hmm, tetapi kau meminjam tanpa berkata lebih dulu, apa itu namanya bukan mencuri?"

Sunkhisla tidak bisa berkata-kata dan gelagapan. Nolan yang melihatnya tertawa dan menarik gadis itu kepelukannya, kemudian dia membisikkan sebuah kalimat padanya. "Tidak apa, semua sudah selesai. Kau sudah menemukan keluargamu juga, 'kan? Apa kau bersedia memaafkan aku, Sunkhisla?"

Dalam dekapan Nolan, mata Sunkhisla mulai berkaca-kaca. Sepertinya apa yang dikatakan Nolan memang benar, tetapi dia sedikit tidak nyaman dengan jantungnya yang mulai berdebar. Namun, kematian ayahnya masih menjadi lubang terbesar dalam hati Sunkhisla untuk Nolan. Karena itu, mungkin masih butuh waktu untuk memaafkan lelaki itu begitu saja.

Rosela dan Sunzhriavt saling memandang dengan tatapan yang biasa saja. Namun, rona kemerahan yang muncul di pipi Sunzhriavt membuat gadis itu sedikit tersentak. "Kenapa pipimu memerah?!"

"Apa?! Tidak, kok!" dalih Sunzhriavt. Kemudian lelaki itu memilih kabur yang segera diikuti Rosela.

Raenys kini menatap terkesima saat melihat penampilan Orion yang sungguh berbeda. Tubuh ringkih lelaki itu sekarang berubah menjadi besar dan berotot seperti laki-laki kekar lainnya. "Kau ... bagaimana bisa?"

Orion tersenyum bangga. "Ini memang tubuh asliku setelah Laurette bangkit sepenuhnya. Kenapa? Kau suka tubuhku sampai melihatnya seperti itu?"

Raenys buru-buru membuang muka. "Jangan mengkhayal kau!"

Orion terkekeh dan maju ke dekat gadis itu. "Atau kau suka diriku?"

"Jauh-jauh dariku gila!"

Blair kini tengah menatap Edmund dengan pandangan menghunus yang sangat tajam. Lelaki bersurai biru gelap itu merasa ada seribu belati yang tengah menusuknya saat ini. "K-kenapa?"

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang