8. Datang Tak Terduga

27 2 0
                                    

"Cinta akan semakin tumbuh jika keadaan selalu menuntut untuk bersama. Bagaimana aku tak tergila-gila? Padahal aku sudah menyaksikannya dengan mata, dan dengan hati yang mencintai.

***


Hari ini adalah hari pertama Kamelia latihan album barunya di markas Magelang. Pak Arman bilang dalam kurun waktu tiga Minggu album tersebut harus sudah upload di sosmed, karena ajang Award yang diadakan di Jakarta akan diadakan satu minggu setelahnya. Pak Arman sangat yakin polling Kamelia akan semakin naik dengan perilisan album baru ini.

Kamelia menunggu karena pak Arman tak segera memberi arahan.

"Siapa pasangan duet saya Pak?" tanyanya penasaran.

"Nanti kamu juga tahu." Beliau pun tersenyum. Kamelia sedikit curiga, seperti ada yang disembunyikan oleh pak Arman.

Selang beberapa menit, seorang pria yang sudah tak asing bagi Kamelia datang menghampiri mereka. Kamelia keheranan dengan kedatangan Arya. Karena dikira ia datang ke sini karena ada urusan.

"Ada urusan apa datang ke sini Kak?" Tak terbesit sedikit pun dalam pikiran, kalau Arya lah pasangan duetnya. Begitu juga dengan Arya. Ia sedikit bingung karena dikira Kamelia sudah mengetahui bahwa dirinya lah yang akan berduet dengannya. Pak Arman dan para kameramen tersenyum melihat kepolosan Kamelia dan kebingungan Arya.

"Arya adalah pasangan duetnya, Mel," jelas pak Arman sambil tersenyum.

"Apa?"

Ekspresi wajah yang sangat jarang Kamelia tunjukkan akhirnya muncul juga. Ia benar-benar kaget, tak menduga, dan sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan produsernya itu. Bukannya tak mau, justru yang ia bayangkan adalah berduet dengan artis sekelas Syakir Daulay. Eh, taunya kakak kelas yang sudah semester tujuh ini.

Ia berpikir, mengapa akhir-akhir ini sering bertemu dengan Arya. Apalagi sekarang menjalankan proyek bersama. Pasti akan selalu bertemu. Ia hanya perlu menjaga hati agar tidak jatuh lagi. Agar tidak tersakiti dan kecewa lagi. Ia pernah mendengar ceramah seorang ulama' bernama Gus Baha' yang kebetulan lewat di beranda Instagram nya itu, kalau berharap berlebihan kepada makhluk akan sering menimbulkan kekecewaan. Maka, harus meminimalisir rasa harap kepada makhluk dan harus memperbanyak berharap kepada Allah. Dan Kamelia membenarkan itu karena dia telah mengalaminya.

"Terima kasih Kak, udah menerima tawaran kami," ucap Fifi sambil tersenyum.

"Iya. Kemarin aku udah diskusi dengan keluarga."

***

"Gimana ini Bun, Yah, Vir?" Arya kebingungan dengan tawaran siang tadi. Ia meminta pendapat kedua orang tua juga adiknya itu.

"Musik religi ya kak?" tanya Avira.

"Iya Dek. Judulnya Bidadari Surga."

"Kalau menurut Ayah sih, silahkan aja asalkan nggak maksiat."

"Bunda gimana?"

"Em..." Bunda terlihat berpikir seperti ada sesuatu yang dipertimbangkan olehnya.

"Bunda sebenarnya nggak keberatan Nak. Tapi, ada yang bunda khawatirkan. Bagaimana dengan Vidya?"

Arya benar-benar paham maksud dari bundanya itu. Bunda khawatir kalau Arya akan jatuh hati kepada Kamelia karena seringnya bertemu. Namun, Bunda tidak tahu kalau sekarang pun anaknya, Arya, telah jatuh hati terlebih dahulu dengan Kamelia. Arya hanya tersenyum menimpalinya karena tak memiliki alasan untuk menjawab dugaan bunda. Karena dugaan tersebut benar adanya.

"Terserah Bunda sama Ayah aja," jawabnya.

"Emang Kakak nggak tanya pendapatku?" Avira bertanya dengan memasak wajah merajuknya. Arya tersenyum gemas melihat raut muka adiknya yang masih menginjak SMP.

"Emang kamu mau ngasih pendapat apa?"

"Nah gitu dong. Kalau aku sih, sangat setuju Kak Arya duet sama artis. Entar Kak Arya jadi terkenal deh," timpalnya.

"Duh, kamu ini Dek," sambil mencubit gemas.

"Aduh! Teganya."

Bunda tersenyum melihat keharmonisan hubungan mereka. Sejenak beliau terlihat berpikir.

"Iya nggak apa-apa Nak. Kamu terima aja tawarannya," ucap Bunda.

"Beneran Bun?" tanya Arya sambil tersenyum tak percaya.

"Iya."

"Alhamdulillah."

"Kak Arya keliatan seneng banget. Mengharap sekali kan?" Avira menggoda kakaknya.

"Ih, apaan sih kamu. Mau aku cubit lagi?" ancam Arya.

"Eh, nggak usah repot-repot Kak. Cubitan kakak sakit banget hehe "

Sejenak keluarga kecil itu tersenyum bersama. Menunjukkan keharmonisan rumah tangga mereka. Bagi siapa saja yang melihat mereka, dijamin bakal iri deh! Hehe...

***

"Emang Kak Arya bisa nyanyi?" tanya Kamelia. Merasa tertantang, ia pun menjawab, "Kamu liat aja nanti," sambil tersenyum.

"Ok. Ayo segera kita mulai saja syutingnya." Pak Arman memberi komando.

Akhirnya dalam dua Minggu terakhir ini, mereka mengadakan pelatihan. Tak jarang mereka menemukan kekeliruan dalam hal lirik ataupun dalam kekompakan. Namun, semua bisa diperbaiki dalam waktu hampir tiga Minggu itu.

Arya memang disiplin, karena ia adalah seorang santri yang sudah digembleng dengan sepenuh hati. Meskipun dalam masa syuting, ia tetap aktif dalam perkuliahan. Berbeda dengan Kamelia. Ia tak sanggup karena kelelahan setelah syuting. Ia begitu banyak tertinggal materi perkuliahan. Sebenarnya ada rasa sedih karena itu, namun ia berusaha meredamnya.

Kamelia benar-benar kagum dengan bakat Arya. Ia benar-benar tak menyangka karena suaranya yang khas. Bakat Arya berkat dari keaktifannya mengikuti kegiatan banjari selama di pesantren. Kamelia juga tak mau kalah. Ia merasa tertantang, dan akhirnya mengeluarkan batas maksimal dari kemampuannya.

Ada rasa kagum pada kakak kelasnya itu. Ia tak mengungkapkan, tapi bisa dilihat dari tingkah lakunya. Yang biasanya cuek menjadi riang. Yang biasanya tak banyak bicara, menjadi cerewet. Yang biasanya tak pernah tersenyum menjadi murah senyum. Ia jarang bersikap demikian apalagi dengan seorang lelaki. Namun, kali ini ia berbeda. Seperti ada warna baru di hidupnya yang sudah lama tak ia rasakan. Ia terlupa akan tekad menjaga hatinya. Padahal rasa kagum bisa menjadi suka kalau tak mengerti batasnya.
.
.
.
.
.

Oh ya! Ada inpo nih. Aku baru saja update visual untuk karakter Kamelia, Arya, dan Vidya. Kalian bisa liat di 3 judul pertama! Jangan lupa beri vote, komen, follow 🙏😄

Karena sesungguhnya respon kalian sangat mempengaruhi semangat penulis loh...wkwk.

Derita Asmara Tiga Hati (DATH) TERBIT✓ Where stories live. Discover now