Satu : Ketua Geng

6 2 0
                                    

Kirana Mayangsari adalah perempuan yang memiliki panjang rambut sebahu -lebih dikit- kulit cerah, tinggi 158 cm dan juga jari lentik dengan kuku panjangnya. Dia yang kini berada di koridor, tengah mengamati kelas yang belajar. Ya, seperti diduga, Kirana terlambat. Padahal baru 1 minggu masuk setelah 3 minggu libur kenaikan kelas. Lebih masuk akal sih, sebetulnya dia masih nyaman berada diempuk kasurnya jika jam-jam pagi gini. Namun, apa boleh buat, ya?

Selama liburan Kirana banyak menonton film, entah Korea, Jepang, Cina atau Indonesia dan belum lama ini ia menonton drama cina atau istilahnya dracin. Salah satu scene menampilkan cara mengatasi keterlambatan. Dengan sangat yakin, Kirana mempraktekan adegan tersebut yaitu berjalan mundur secara pelan-pelan. Guru Sosiologi yang mengajar sedang membongkar tas, sehingga Kirana bisa melakukan aksinya ini. Dan, anak-anak kelas hanya menggeleng melihat kelakuan Kirana tetapi mereka diam tidak cepu. Ya, buat apa juga.

"Kirana, kamu ngapain?"

Baru 4 langkah, suara berat mengintrupsi. Bukan, itu bukan suara sang guru sosiologi melainkan Pak Ahmed sang guru BK. Oh, anjir lupa, dia lagi ngawasin Dio! batin Kirana.

"Ya ampun, Kirana. Ibu baru mulai, loh. Kamu tinggal ketuk aja pintunya, pasti Ibu izinin masuk, kok. Tapi, kamu malah diem-diem gitu," saran Flora sang guru sosiologi.

Kirana menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berujar, "maaf, Bu. Saya janji enggak akan ulangin lagi."

Ahmed adalah guru BK ter-santuy soalnya meski murid datang terlambat, dia tidak akan memberi hukuman asal masih 30 menit pertama. Nah, meski begitu murid-murid terlambat itu sangat sedikit. Bukan karena rajin, sih. Tapi, di depan gerbang tiap pagi akan dijaga oleh anak-anak OSIS. Jujur, anak-anak SMA 2002 lebih baik berurusan dengan para guru daripada anak OSIS karena selain ocehan, mereka akan mendapatkan hukuman juga dan lagi, enggak bisa ditawar. Kalau guru, kan, nego dikit bisa lolos.

Oh, ya lagi omongin Pak Ahmed. Guru tersebut, saat ini tengah fokus pada Dio yaitu laki-laki bertinggi 163 cm dan berkacamata. Sebab, meski covernya seperti anak yang tidak akan neko-neko namun sebenarnya Dio adalah manusia yang badung enggak ketolong. Makanya, telatnya Kirana yang dimana enggak sampai 30 menit dari jam pertama tidak membuat Ahmed mengalihkan pusatnya dari Dio.

Tapi, ya kalau dipikir-pikir dengan kehadiran Ahmed sangat membuat Kirana bersyukur. Soalnya Kirana duduk disebelah Dio pas dan anak itu ketika pelajaran sangat jorok, bisa ngupil, kentut sembarang atau menempelkan permen karet ke kolong meja. Bayangin dong, tiap hari melihat pemandangan menjijikan tersebut! Kirana rasanya mau mengajukan surat keluar sekolah rasanya. Mau izin pindah juga, semua kursi penuh. Tuker? Apalagi! Orang gila mana yang mau duduk deketan sama Dio, buset.

Kirana telah duduk setelah diizinkan Flora 5 menit lalu, karena tempatnya sedang diduduki Ahmed. Kirana mengambil kursi baru dan ikut nimbrung dimeja Amel - Cintya, duduk bertiga kek anak SD.

"Enak banget, satu jam pelajaran tanpa duduk sebelah Dio," ucap Kirana tersenyum bahagia.

"Lo enak, kita susah. Sempit tahu, Na!" omel Amel kesal.

Kirana memegang tangan Amel sembari memasang wajah merana, "Mel, gue disini enggak selamanya. Tolong, kasih kesempatan gue buat bahagia. Jangan rebut kebahagiaan gue." As always drama nomor satu.

Najis.

Itulah pemirsa ungkapan yang diluapkan oleh 4 orang tersebut. Ets, empat? Yap, ternyata Galuh-Vera yang duduk di belakang mereka, ikut menguping.

"Vera, Galuh, Kirana, Amel, Cintya. Tolong jangan berisik, ya. Kalau mau berisik di luar aja," peringat Flora.

"Baik, Bu."

Classic Romance - in highschoolOnde histórias criam vida. Descubra agora