Siti Ayara Kinasih

4 1 0
                                    

Pove 1
Ayara.

Waktu itu ... pertama kalinya aku jatuh cinta pada seorang pemuda. Ketika aku, adik, dan kedua orang tuaku datang ke sebuah Fress cafe, di hari pertama pembukaan cafe tersebut.

Enam meja dikelilingi kursi di tempat yang berbeda di ruangan itu. Cafe pertama kali yang ada di kecamatan sebelah. Sebenarnya cafe itu tidak lebih dari dua petak. Kecil jika dibandingkan dengan cafe yang ada di kota. Bagian belakang adalah dapur serta kamar mandi dan bagian depan adalah tempat untuk menjamu pembeli.

Suasananya sepi, mungkin karena baru saja selesai magrib. Beberapa foto makanan dan satu kertas pengumuman hadiah bagi pembeli yang menghabiskan lebih dari 50 ribu, tertempel di dinding.

Sang pemilik cafe adalah pria berusia sekitar 45 tahun, ia menyambut Ayahku dengan ramah, yang tengah melihat hadiah-hadiah yang terpasang di meja kasir.

Dua orang lainnya adalah pegawai disana, perempuan dan laki-laki. Awalnya aku tidak menyadarinya saat berjalan, memberikan menu ke meja yang keluargaku pilih.

"Ini menunya, silahkan ditulis, kalau sudah nanti saya ambil."

"Oh iya, terima kasih."

Kemudian, aku dan keluargaku membuka dan melihat-lihat apa yang ada di dalam menu.

"Aku mau Es krim vanila, sama sosis aja."

"Aku jus melon, es krim coklat," ucap adikku.

Akhirnya keluargaku selesai memilih, lalu pemuda itu kembali mengambil secarik kertas pesanan saat ibuku memanggilnya.

"Mas, ini," ujar ibuku melihat pada pemuda pramusaji itu.

Pemuda itu mengambil kemudian bejalan pada dapur.

Baru kusadari, ada televisi disana, yang awalnya berita iklan berubah jadi kartun. Memang kekanak-kanakan karena usiaku baru 13 tahun, jadi aku menyukai siaran seperti itu.

Pesanan telah diantar, tapi aku sengaja mengabaikannya. Beberapa menit kemudian, pandanganku terarahkan pada sepasang mata yang mengintip dari balik koran.

Entah sejak kapan pemuda itu duduk di kursi kasir, seolah-olah sedang membaca koran. Namun, saat aku menatapnya, dia gugup dan membenarkan korannya. Hahaha, itu lucu, membuatku tersenyum.

Perasaan canggung karena saling curi pandang. Pemuda berponi dan memakai kemeja itu tersenyum manis, sedangkan aku tertunduk malu sembari menyedot minumanku.

Tiba-tiba ....

"Ayo pulang," ujar Ayahku.

Kala itu aku merasa bodoh, kurasa begitu juga dengan dia, saat kulihat ekspresinya. Kami belum sempat bertukar nomor atau berkenalan nama. Dan waktu itu berlalu begitu saja. Kami hanya bisa diam.

****

Siti Ayara Kinasih, itu namaku. Usiaku sekarang 21 tahun. Setahun lalu kakekku meninggal. Dan orang tuaku bercerai setahun setelah aku lulus MTS, sederajat dengan SMP.

Sebelumnya, beberapa orang telah dijodohkan denganku, tapi aku menolaknya. Karena waktu itu aku memang belum ingin menikah atau sebenarnya, tidak ingin.

Bukannya aku tidak menyukai laki-laki, mungkin waktu itu aku lelah. Dan sekarang aku duduk sembari mengetik dalam ponselku. Maksudku, ponsel milik pamanku yang diberikan padaku.

"Aya!"

Aku tersentak mendengar panggilan ibuku. Aku bergegas keluar kamar dan berjalan ke ruang tamu. Menduga tempat suara ibuku berasal.

Sepasang pasutri yang berusia sama dengan ibuku. Aku melihat mereka duduk di sofa, berhadapan dengan ibuku. Dan aku menduga mereka tengah membicarakan perjodohan antara aku dan anaknya.

"Aya bikinin minum."

Aku segera berbalik, menundukkan kepala karena pasutri itu memperhatikanku. Kemudian aku berjalan ke dapur untuk membuatkan teh untuk mereka.

Setelah beberapa lama berbincang, aku dan ibuku mengantar mereka ke depan rumah.

"Kalo kamu punya waktu senggang, main ya ke rumah tante."

"Iya, jangan sungkan," ucap suaminya, yang ku panggil Paman.

Aku hanya mengangguk pelan dengan senyuman yang tidak terlalu lebar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab ibu dan aku.

Kupandang mereka yang berjalan menjauh dan tidak sengaja aku melihat seorang laki-laki berdiri di depan rumahnya. Yang juga sedang melihat tamu ibuku itu.

Dia itu ustad Ari. Tetangga yang hampir melamarku. Saat ini kami tidak sengaja saling menatap, kemudian aku kembali masuk ke dalam rumah, pura-pura tidak melihatnya.

AyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang