[01] Bencana

270 43 0
                                    

Gila. Hinata gila.

Tidak. Lebih tepatnya belum. Mungkin sebentar lagi.

Saat ini dirinya tengah meletakkan wajahnya di meja dengan rambut yang acak-acakan.

Tangannya yang semula terkulai lemah mulai memukuli kepalanya.

"Hinata bodoh, bodoh, bodohh" cecarnya pada diri sendiri.

"Kenapa kau bisa sebodoh itu sihhh" teriaknya yang kini terduduk tegap sambil mengacak rambut.

"Huhuhu. Hinata bodoh" rutuknya kembali menelungkupkan wajah.

Pikirannya kembali menerawang pada kejadian siang tadi di café hits Konoha yang membuatnya ingin mengubur diri saat ini juga.

Padahal jika dilihat-lihat, perbuatannya itu sudah benar. Yah, walaupun terlalu berani dan resikonya membuat Hinata stres begini.

.

.

.

Ethernal café siang itu cukup ramai. Hinata yang kelelahan sebabis kelas memutuskan untuk mampir sebentar melepas penat.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk memesan secangkir latté dan cinnamon roll.

Sambil menunggu pesanannya datang, ia menyibukkan diri menscroll instagramnya melihat info terbaru.

Belum lama ia menunduk, dirinya mendengar suara tawa tak asing dari pintu masuk.

Matanya membelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Berkali-kali ia berkedip untuk memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah halusinasi.

Pacarnya, Toneri, yang katanya sedang sibuk dengan urusan BEM nyatanya ada di sini dengan seorang gadis.

Tangan Toneri dengan mesranya merangkul pundak gadis tersebut.
Mereka saling melempar tawa tanpa memperdulikan entitas Hinata yang berada di pojok café.

Dengan cepat Hinata menghampiri keduanya dengan kepala yang mendidih. Tak lupa tangannya meraih secangkir latté yang hendak dihantarkan pelayan kepadanya.

Langkahnya tegas tanpa ragu sedikitpun. Inginnya melepas penat tapi malah disuguhi pemandangan yang sangat merusak mata.

Dibaliknya bahu Toneri dan byurrr.

Segelas latté tersebut sukses mengguyur wajah Toneri dan membuat kaos yang dikenakannya basah.

"Kau gila ?!" kesal Toneri tak terima sambil melotot ke arah Hinata.

"Kau yang gila ! Bisa-bisanya kau ada disini setelah tadi berkata ada urusan BEM. Urusan BEM macam mana yang mengharuskanmu merangkul mesra gadis lain seperti ini ?!" cecar Hinata menumpahkan emosi.

Toneri yang mendengar celotehan Hinata malah mengangkat dagu seakan menantang.

"Aku memang bohong. Tidak ada urusan BEM hari ini. Aku membodohimu dan dengan mudahnya kau percaya" Toneri menyeringai seakan mengejek.

Sumpah, Hinata ingin sekali mengacak-ngacak wajah Toneri hingga tak berbentuk dan membuangnya ke tempat sampah.

Sedangkan Karin —gadis yang bersama Toneri— memandang Hinata menelisik dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Hinata yang melihatnya sontak melotot "Apa lihat-lihat ?!"

"Pantas saja Toneri meninggalkan mu. Lihat saja penampilanmu yang kampungan itu. Pfttt" ejek Karin sembari tertawa meremehkan.

Astagaaaaa, habis sudah kesabaran Hinata. Niatnya ingin melabrak kenapa jadi dia yang dipermalukan seperti ini sihh ?!

Apalagi oranng-orang di café ini hanya menonton, tidak berniat membantunya sama sekali.

Tak ingin lebih malu lagi, Hinata mengangkat dagu sambil bersedekap.

"Ok fine. Mulai detik ini kita putus ! Kembalikan MOBIL KU yang KAU PINJAM itu" Hinata balas menyerigai puas sembari menekankan kata mobil dan pinjam.

Mendengar perkataan Hinata, Karin menoleh terlihat terkejut.

"Itu mobilnya ? Selama ini kau tidak punya mobil ?"

"Aku punya sayanggg. Aku hanya meminjam mobil gadis bodoh itu karena mobil ku berada di bengkel" bujuk Toneri menenangkan Karin.

"Bodoh kau bilang ?! Kau yang bodoh ! Dasar cowok mokondo !" Hinata meringsek maju menjambak rambut Toneri ganas.

"Aaaaaa. Apa yang kau lakukan gadis gilaa ?!" Toneri berteriak kesakitan sembari mencoba melepas tangan Hinata pada rambutnya.

Karin juga ikut membantu dengan memegang lengan Hinata menariknya. "Lepaskan Hinata ! Kau bisa membuatnya botak !"

Namun entah apa yang tengah merasuki Hinata, cengkraman gadis itu pada rambut Toneri malah semakin kuat.

"Prittttt !" sempritan panjang dari satpam café sedikit menurunkan konsen Hinata.

Cengkramannya tak sekuat tadi.
Alhasil Toneri dapat melepaskan diri dan menjauh dari Hinata.

"Dia gila !" tunjuk Toneri pada Hinata yang masih mengatur nafas.

Satpam yang datang melerai memandang keadaan Toneri dengan iba.

Bagaimana tidak, tampangnya kini sudah bak pengemis di pinggir jalan. Kaos yang terkena noda latté dan rambut yang acak-acakan benar-benar membuatnya terlihat seperti pengemis. Tinggal menambahkan kecrekan maka lengkap sudah penampilannya.

"Jangan bertengkar di sini ! Ini tuh tempat umum. Kalau mau bertengkar di luar sana !" perintah satpam mengusir.

"Kembalikan kunci mobilku" tegas Hinata sambil mengadahkan tangan.

Toneri dengan wajah masamnya merogoh kantong celana kemudian memberikan kunci mobil kepada Hinata.

"Jangan pernah muncul lagi di depanku !" ketus Hinata sembari melangkah keluar café.

"Oi Hinata ! Jangan lupa ada ulang tahun Shion anak desain minggu depan. Dia HANYA MENERIMA couple guest kalau kau lupa !"

HOLLY SHIT !

.

.

.

To be continued

.

.

.

A/n :

Halo semuaaa. Ketemu lagi sama Sup disini. Wkwkwkwk.

Cerita baru lagi nih. Semoga idenya nggak macet yaa. Sup juga berusaha bangun mood buat STS kok. Hiks *mengelap air mata.

Semoga suka yaaa. Ditunggu chap selanjutnya.

Dadah

Sup.

Grow a BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang