Empat: Mendapatkan Cinta dengan Jujur

48 12 2
                                    

Suasana kantor Desa Sidorukun berjalan sebagaimana biasa, tak terasa istimewa. Namun, bagiku yang baru menjajaki dunia desa, rasanya takjub. Begini ya, cara mereka mengabdi pada desanya. Dengan memberikan pelayanan sepenuh hati dan melaksanakan pekerjaan sesuai tupoksi dengan sebaik-baiknya.

Mbak Yani sibuk mengerjakan laporan keuangan dalam aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes). Mbak Asiyah sedang meng-update data di aplikasi prodeskel. Prodeskel singkatan dari Profil Desa dan Kelurahan. Di sana ada gambaran menyeluruh tentang karakter desa dan kelurahan. Lengkap pokoknya, dari data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana. Bahkan perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi Desa dan Kelurahan juga ada di sana. Dari sanalah desa bisa dinilai status desanya, apakah masuk desa swadaya, swakarya, atau swasembada.

Begitu pula perangkat desa lainnya. Semua bekerja sesuai tugasnya masing-masing. Pak Inggi di ruangannya sedang menerima tamu, warga yang mengeluhkan tetangganya yang selalu membuat gaduh tiap malam. Sebagai reporter ala-ala, aku sudah mengambil gambar pimpinan kami bersama warga yang melapor itu. Aku juga sempat mengikuti pertemuan mereka, dan mencatat hal-hal penting.

Sedangkan Mas Carik, aku tidak tahu dia sedang melakukan apa di ruangannya. Sepertinya dia sangat sibuk. Karena tadi aku melihat Pak Hadi, Kasi Kesejahteraan kami masuk ke ruangan Mas Carik membawa sebendel dokumen. Aku menduga, yang dibawanya adalah dokumen perencanaan Dana Desa yang akan segera dikerjakan. Bahkan setelah Pak  Hadi keluar, Mas Carik masih kerasan saja di ruangannya.

"Nin, ngapain to lihatin ruangan Mas Carik terus?" Sebuah tepukan di bahu membuatku menoleh pada si penanya. Ternyata Pak Hariman, Kasi Pelayanan di desa kami.

"Penasaran saja, Pak. Mas Carik lagi ngapain gitu, kok enggak keluar-keluar dari tadi?" jawabku.

Pak Hariman tentu saja tahu aku naksir pada orang kedua di desa Sidorukun itu. Dia menatapku serius. "Kamu mau kukasih saran?" tanyanya.

"Saran apa, Pak?" Aku balik bertanya tak kalah serius.

"Kalau kamu mau memenangkan hati Mas Carik, kasih saja makanan kesukaannya." Pak Hariman menyampaikan sarannya.

"Kamu tahu tidak makanan kesukaannya?" lanjutnya bertanya.

Aku menggeleng. "Memang apa makanan kesukaan Mas Carik, Pak?" tanyaku.

"Roti," jawab Pak Hariman pendek.

Aku mengerutkan dahi. "Tidak mungkin, ah. Kapan itu, pernah ada yang ngasih roti ke Mas Carik. Enggak disentuh, tuh," sangkalku.

"Rotinya spesial," jelas Pak Hariman sok misterus. Dia tersenyum penuh arti saat melihatku menatapnya penuh ketertarikan.

"Roti sumbu alias ketela," lanjut Kasi Pelayanan itu seraya tergelak. Aku cemberut. Para orang tua di kantor desa ini suka sekali menggodaku.

"Oh ya, spesialnya Mas Carikmu itu suka ketela yang direbus pakai santan kelapa kental. Jadi rasanya gurih," jelas perangkat desa tertua di desa kami itu buru-buru, tak mau melihatku marah kalau terus-terusan digoda.

"Begitu, ya?" tanyaku yang langsung dijawab anggukan oleh Pak Hariman.

"Dan kebetulan, istriku barusan nganter ketela rebus dengan santan kental." Pak Hariman menyodorkan semangkuk ketela berlumur santal kental nan putih yang terlihat lezat kepadaku. "Anter ke ruangan Mas Carik sana. Sama kopinya jangan lupa," lanjutnya.

"Siap, Bos." Dengan semangat, aku memberi hormat. Lalu membuat kopi sesuai selera Mas Carik. Tentu saja aku tak lagi cemberut. Senyum mengiringi langkahku.

Tak menunggu lama, setelah kuketuk ruang kerja Mas Carik, aku pun diizinkan masuk. Langsung saja kuletakkan mangkok berisi ketela dan secangkir kopi di mejanya. "Ini spesial buat Mas Carik."

Mas Carik menatapku curiga. "Ini aman, kan?" tanyanya.

"Aman bagaimana maksudnya? Ya aman, Mas. Wong jelas itu ketela rebus sama kopi kental dengan satu sendok teh gula, kesukaan Mas Carik," jawabku ngegas. Aku tidak suka dicurigai seperti itu.

Eh, jangan-jangan dia curiga aku akan menggunakan jampi-jampi pada makanan itu biar dia mau denganku. Ih, enggak mungkin! Aku Brillian Karenina tidak mungkin melakukan perbuatan terkutuk seperti itu. Aku akan mendapatkan cintanya dengan cara yang jujur.

Sesaat, kami hanya saling berpandangan. Napasku naik turun, masih sedikit marah.

Sepertinya Mas Carik tidak menyangka, aku bisa emosi hanya karena ditanyai seperti itu. Sebenarnya aku juga tidak menyangka bisa tersinggung seperti ini. Atau sekarang sudah waktunya dapat tamu bulanan, ya? Mungkin ini hanya premenstrual syndrom (PMS) saja.

"Ya sudah. Aku hanya menggoda kamu, kok," ujar Mas Carik datar, sembari menyendok ketela berbalut santal kental yang tadi kubawakan.

Eh apa maksudnya tadi? Menggodaku? Menggoda yang bagaimana maksudnya? Aduh, tiba-tiba aku tidak bisa berpikir. Memang sia-sia namaku Brillian, tetapi jika di depan Mas Carik aku tak lagi bisa merasa pintar. Hilang sudah pengetahuanku tentang penyelesaian soal integral, diferensial, atau volume bangun ruang. Bahkan mungkin kalau ditanya satu ditambah satu, aku akan menjawab lima. Eh, kalau itu bisa jadi benar. Seperti ibu ditambah bapakku, kok jadi lima setelah dapat anak tiga.

"Brillian Karenina, kenapa masih di sini? Kalau tidak ada keperluan lagi, kamu bisa keluar. Ini ketelanya sudah saya makan, kok. Enak," ujar Mas Carik santai, tetapi mampu membuatku kembali pada kesadaranku.

"Siap, Mas Carik Ilham Adinata. Saya cuma mau memastikan saja, Mas Carik suka sama rotinya atau tidak," jawabku beralasan, setelah menguasai diri.

"Roti?" Mas Carik mengerutkan kening.

"Kata Pak Hariman tadi, yang di mangkok Mas Carik itu bukan ketela, tapi roti sumbu," jawabku asal, sembari berjalan keluar.

Sempat kulirik Mas Carik yang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Eh, sepertinya benar kata Pak Hariman, makanan kesukaan bisa membuatku memenangkan hati Mas Carik. Mungkin belum sepenuhnya, setidaknya seperempat atau seperdelapan hatinya? Buktinya dia tersenyum karena aku. 

🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀

Waktu kuikutkan sebuah event, Mengejar Cinta Mas Carik ini dibuat dalam format serial. Satu bab selesai, tetapi tiap babnya masih berhubungan.

Aku berusaha mempertahankan format serial itu. Semoga bertahan. 😁

Happy reading.

Salam ❤️
Nadhiro

MENGEJAR CINTA MAS CARIKWhere stories live. Discover now