17. Deep Talk

220 42 3
                                    

Sudah tiga bulan berlalu, dan Seokjin masih berada di Bali menemani Dita. Memenuhi semua kebutuhan Dita dan merawatnya, menemani periksa kehamilan ke dokter kandungan dan segala hal yang berkaitan dengan Dita. Dita adalah pusat kehidupan Seokjin saat ini.

Nadia yang pertama kali bertemu Seokjin dibuat kaget karena baru mengetahui kalo Bu Bos-nya ternyata sudah menikah dengan laki laki tampan dan gagah seperti idol K-Pop, dan anak yang dikandung Dita adalah anak mereka. Tapi lebih heran lagi dengan sikap Dita yang selalu acuh ke suaminya. "Mungkin mereka terlibat dalam hubungan yang rumit seperti benang kusut." Batin Nadia yang mengambil sikap diam tanpa banyak bertanya.

Dita sendiri merasa bingung, suka karena Seokjin membantunya dan repot mengurusnya, tapi tetap kesal kalau mengingat lagi kejadian di restoran siang itu, hatinya nyeri serasa dicubit.

"Kau betah sekali disini. Apa kau tidak perlu bekerja?" Ucap Dita jutek

"Tentu saja aku betah..ada anakku yang minta di usap tiap malam....dan juga aku bisa bekerja dari mana saja. Work From Anywhere."

Dita mendengus kesal, marah bercampur malu. Kenyataannya tiap malam dia hanya bisa terlelap setelah perutnya di usap oleh Seokjin. Antara hati dan tubuhnya tidak sinkron. Si calon baby benar benar tahu apa yang dia mau.

"Aku tidak pernah mengijinkan dirimu ada di sini." Dita menatap Seokjin datar.

"Ada ijin mu atau tidak. Aku tidak peduli. Aku tidak akan pergi." Seokjin tersenyum penuh percaya diri

"Kau orang yang tidak tahu malu ya..." Ucap Dita dengan nada mengejek.

"Terserah apapun penilaianmu." Seokjin mengedikkan bahunya. "Aku tidak peduli".

"Apa kau pikir aku akan memaafkanmu?"

Seokjin menatap Dita sendu "Aku salah dan aku minta maaf. Waktu itu Aku mendahulukan kepentingan Yeri dan anaknya yang membuatku mengabaikanmu, padahal kau istriku. Aku mengganggap dirimu baik baik saja tanpa diriku karena aku melihatmu sebagai sosok yang mandiri, tapi ternyata apa yang aku lakukan melukai perasaanmu. Aku bodoh dan brengsek."

"Kupikir kau tidak akan sadar kalau dirimu itu bodoh dan brengsek." Ucap Dita dengan senyum kemenangan.

"Ya...aku tahu." Wajah Seokjin menyendu.

"Apa kau sadar bahwa semua perlakuanmu akan membuat dia semakin berharap dan mengantungkan perasaannya padamu. Perlakuanmu membuat orang salah paham, dan itu menyakiti banyak orang" ucap Dita dengan suara bergetar menahan rasa sesak yang menyerbu dadanya.

"Ya...aku sadar....harusnya sebagai laki laki yang sudah menikah. Aku membatasi diri terhadap perempuan. Tapi karena aku menganggap Yeri hanya sebagai teman, jadi aku merasa aman aman saja. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Dia semakin menggila." Seokjin mengusap keningnya penuh dengan sesal.

"Entahlah.....kalau tidak ketahuan..mungkin kalian akan melangkah lebih jauh." Dita menggigit bibirnya.

"Tidak akan pernah. Aku berani jamin aku adalah laki laki yang memegang janjinya, laki laki yang berkomitmen. Laki laki terhormat yang tidak mementingkan selangkangannya. Aku bukan laki laki egois yang hanya peduli dengan kesenangannya. Aku mengurus Yeri karena rasa iba dan tidak tega dengan anaknya. Anak itu tidak bersalah" Terang Seokjin jujur.

"Rasa cinta bisa berawal dari rasa iba." Ucap Dita mencoba menyudutkan.

"Tidak bagiku. Rasa suka ku ke Yeri sudah habis. Kami tidak pernah punya tujuan yang sama. Aku mencinta namun aku tetap punya logika" Seokjin mengulurkan tangannya. "Apa kau jijik padaku? Aku bukan laki laki yang otaknya hanya seputar selangkangan. Masih banyak hal lain yang lebih berharga untuk dipikirkan dan dicapai. Salah satunya adalah kebahagiaan keluarga. Aku memilihmu...memilih untuk bahagia bersamamu" tatap Seokjin dalam.

Im Sorry, I Love U [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang