[11] Vendetta

6 4 1
                                    

"Revenge is an inevitable law of nature, where justice finds its loudest voice."

Sparta, 09 Februari 2216 MC.

"MEMANG kalian tidak ada kapoknya ya!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"MEMANG kalian tidak ada kapoknya ya!"

Ares melirik dengan tatapan tajam dan sinis, menampilkan ekspresi misterius dengan senyuman licik yang meremehkan. Ares berpikiran untuk menguji kekuatan yang baru saja ia dapatkan.

"Bagaimana jika kalian mendapatkan hadiah manis sebagai penghargaan atas ketekunan yang kalian tunjukkan, sebuah kejutan yang berasal dari air pemurnian Aphellians barangkali?" Ares menawarkan dengan nada yang penuh teka-teki. Matanya berkilat penuh kejutan.

"Tidak mungkin! Air itu harusnya menjadi milikku!" seru salah satu dari mereka dengan nada skeptis, matanya penuh dengan ketidakpercayaan.

Ares tertawa dan melayang ke udara. Hal itu membuat seluruh musuh terperangah melihat fenomena ganjil itu. Beberapa dari pasukan musuh langsung menghujani Ares dengan peluru. Namun, berkat perisai Aegis miliknya, tak ada satu pun peluru yang berhasil menembus pertahanan gaib itu.

"Sekarang baru adil. Mari kita mulai permainannya!" seru Ares yang langsung terjun menerjang musuh dengan tarian belati teratai berdarah.

Genggaman Ares pada dua belati Xiphos itu mengencang seiring dengan menghilangnya keraguan perlahan dari dalam dirinya. Ia memelesat secepat kilat menggorok leher hingga pita suaranya terputus. Darah segar mengalir deras keluar bersamaan dengan teriakan rasa sakit yang keluar tanpa suara.

Mereka mencoba untuk membidik Ares yang menari-nari di udara. Beberapa tembakan peluru bergerak cepat ke arah dirinya, tetapi secepat kilat berhasil ia tangkis dengan badan belati yang terbuat dari platina itu. Belum sempat mereka melayangkan tembakan berikutnya, secepat kilat dua belati Ares menerjang dan berhasil melubangi leher mereka. Seketika penembak itu muntah darah dengan kedua mata musuhnya terbelalak dan membulat sempurna, seolah-olah sukma mereka telah dijemput malaikat maut.

"Hah, ayolah berusahalah sedikit untuk menghiburku. Kalau begini, aku tak akan merasakan senang sedikitpun meski telah menghabisi kalian semua," tantang Ares dengan seringai mengejek.

Kekesalan terpancar dari raut wajah mereka, bahkan beberapa anggota kelompok tersebut tampak gemetar dan ketakutan. Aura Ares memang berubah. Tingkah mirip dengan iblis haus darah. Kentara dari raut wajah ekspresif mirip seperti monster maniak pertarungan.

"Sialan! Semuanya gunakan bazoka untuk meruntuhkan pertahanannya!" perintah sang ketua mengomando prajurit belakang.

"HAHAHAHA!" teriak Ares menggelegar di udara. "Sangat naif! Kalian akan binasa dan merasakan kematian berkali-kali hingga roh kalian pun tak akan pernah tenang! Fobos! Deimos! Lahap sifat buruk manusia hina itu dan berikan mereka ketakutan yang sempurna!"

Petir merah menyambar, disusul terbentuknya gumpalan awan bercampur kabut hitam menakutkan. Seketika pusaran tornado terbentuk dan perlahan membesar. Angin berembus kencang, menggoyang pepohonan sekitar, dan perlahan meretakkan lapisan tanah sekitar tempat segerombolan musuh yang diduga 'The Heaven' itu berpijak.

[END] Ares: My Sweet Boo AgentWhere stories live. Discover now