13. Awakku tumbang.

13 7 0
                                    

'Awakku tumbang'. Bunyi slogan yang digambar pada bagian belakang truk, diparkir di depan warung makan.

Bertepatan pada pematang sawah, seorang pemuda berbadan bongsor, berjas lab, menanyakan pada perkumpulan di tongkrongan.

"Permisi, Mas tau Mas Bejo?"

"Bejo yang mana?"

"Yang biasa pakai baju putih panjang."

Perkumpulan ber-oh ria, lalu mereka menunjukkan tempatnya. Pemuda itu menuntun sepeda onthel, takut tidak sopan kalau mengebut di jalan desa, tetapi sebenarnya bannya kempes. Lalu karena capai, di tengah jalan dia lupa. Jadi dia bertanya acak lagi ke orang.

"Permisi, Mbah tau Mas Bejo?" tanyanya, sekalian dia beri ciri-ciri.

"Oh! Mas Anang!" Wanita paruh baya menjawab cepat karena tahu. Sepertinya ada yang aneh, tetapi dicoba abai oleh si pemuda.

Terus karena lupa lagi, dia bertanya lagi.

"Permisi, Mbak tau Mas Bejo?"

"Oh! Mas Ekik, ya?"

Lagi-lagi ada yang aneh. Namun, tidak apa kalau tahu. Katanya, mungkin orangnya ada di rumah, tetapi biasa jam segini berbelanja.

'Buset, seterkenal apa dia?'

'Tapi kok namanya beda-beda, ya .... Cirinya sih sama ....'

Sampailah dia di depan tempat yang dituju, sebuah mes yang setengah rapi, seperdelapan per dua belas berantakan. Ada dua anak bermain.

"Dik, Mas Bejo ada di rumah?"

Perempuan dan laki-laki, kayak tidak diopeni dan mereka berlari masuk setelah terpaku beberapa saat, seraya berteriak.

"Om Lana! Ada yang mau tagih utang!"

"Om mau diculik!"

Atas sebab rasa malu dan firasat tidak enak, pemuda itu memutuskan putar balik.

Sementara orang yang dicari, dicegat di pematang yang berbeda oleh Laila. Ada anak kecil bersamanya.

"Siapa dia?" tanyanya.

Laila mengernyih kikuk. "Mas Ekik, ini Lukik. Anak kesayangan di desa. Kalau sama Ari Ana berantem tidak?"

Enggan menjawab, yang ditanyai menepuk jidat dan jalan dahulu. Tak peduli walau diekori wanita kesengsem aneh dan anak diam seribu bahasa.

***

Akhirnya keduanya bertemu.

"Mau mengapai ke sini, Ren?"

"Pacar gue mutusin, Mas ...." Pemuda itu menjawab sambil tersedu-sedu.

Dia diperkenalkan bernama Reno, badannya bongsor dan suka memakai jas lab sama seperti si pemuda. Sempat berada di perguruan yang sama, jadi terpaksa kenal satu sama lain. Saat ditanya, 'kalian temanan?', kompak keduanya menggeleng spontan.



Guut WulagNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ