14. Tamu Kliwon

12 7 0
                                    

Tiap malam Jumat Kliwon ada tamu yang julid datang, tetangga satu kompleks, tetapi masih kerabat jauh. Karena belum lama si pemuda menghuni mes, anggap saja ini kunjungan yang kedua (tahun kedua).

Dia hafal betul kalau tamu itu datang melihat kondisi mes yang acakadut, bakal mengomel sambil merapikan satu per satu sesuai selera. Diduga tamu itu penderita kelainan obsesif kompulsif. Maka sekarang karena ada kemajuan sedikit, paginya si pemuda coba bersihkan ruang tamu, buang barang-barang dari lantai, sapu, lap pel, kemoceng jendela sawang. Halaman dipotong rumput, rongsokan dibawa ke gudang, segala macam yang merusak pemandangan disingkirkan termasuk bocah cilik. Sudah berjam-jam berlalu kini mes tampak seperti bukan mes lagi, malah hunian berkelas.

Malam pun tiba, tamu itu datang. Tas merah yang mencolok senada gincu bibir, dan maskara panjang, riasan tebal, alis tersulam. Hobi bersolek memang. Apalagi model rambut panjang yang habis diluruskan di salon, mirip artis memang (cuma mirip).

Dia beruntung Ari-Ana sudah disekap di gudang pagi tadi. Dicek n ricek, bagus dapat pujian. Santai dahulu tidak sih. Hati tenang semua senang.

Akan tetapi, tiba-tiba tamu itu gemetar.

"Tidak datang, kan?"

Si pemuda mengernyit heran. Minta diucapkan lagi agar jelas.

"Itu .... Itu loh itu .... Itu loh ...."

Karena masih belum jelas, yang ditanyai menunjuk jendela. Tahu-tahu suara gemurusuk terdengar dan bayang-bayang hitam muncul.

"Itu tuh itu!"

Ternyata selebaran diskonan yang terbuang yang dibuat hidup, membikin tamu itu ketakutan setengah mati karena terkena gangguan stres pascatrauma. Dia lari terbirit-birit meninggalkan mes. Si pemuda bisa bernapas lega. Tidak sebelum Ari dan Ana lepas dari barikade gudang.

Sebagaimana peribahasa, keluar mulut buaya masuk kandang singa.

Guut WulagWhere stories live. Discover now