13💉

5K 347 41
                                    

Malam itu, Jevian dilarikan ke rumah sakit. Ia kini tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit milik opa-nya, yaitu dokter Dastan. Ia masih belum sadarkan diri dengan darah yang masih terus keluar dari kedua lubang hidungnya. Ia dibiarkan dalam posisi duduk di kursi belakang kemudi sambil bersandar penuh pada bahu Jeffran. Hal itu karena saat itu ia masih mengalami mimisan dan darahnya masih belum juga mau berhenti. Jeffran tidak membiarkannya dalam posisi berbaring karena yang dikhawatirkan adalah jika darah mimisannya akan masuk ke dalam tenggorokan dan malah membuat pernapasannya menjadi terganggu. Davian yang menyetir mobil tampak melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia tidak boleh sampai membiarkan putranya terlambat mendapatkan penanganan. Ia harus bisa menyelamatkan putra bungsunya itu.

Dengan hati yang sedang berkecamuk dan tidak karuan memikirkan kondisi putra bungsunya itu, ia terus berusaha fokus mengendarai kendaraan beroda 4 itu. Ia juga beberapa kali membunyikan klakson mobilnya jika ada kendaraan lain yang menghalanginya dari depan.

Sementara Jeffran tampak terus mengusap darah yang keluar dari hidung Jevian dengan tisu yang sudah tersedia di dalam mobil. Namun, meski sudah menghabiskan banyak tisu, darah Jevian masih terus saja keluar dari hidungnya. Wajahnya tampak semakin pucat membuat Jeffran benar-benar merasa semakin mengkhawatirkan kondisinya.

"Adek harus bertahan, sayang..," ucap Jeffran sambil menangkup pipi Jevian yang pucat.

Jeffran lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemejanya. Ia hendak menelepon Davish. Ia membutuhkan pertolongan Davish untuk menangani adiknya. Setelah beberapa kali mencoba menelepon, akhirnya teleponnya itu pun diangkat oleh Davish.

"Halo, Jeff!" sapa Davish dari seberang telepon.

"Lo dimana?!" ucap Jeffran.

"Gue di rumah, Jeff. Tadi kan gue pulang bareng lo. Ini gue baru selese mandi mau rebahan. Emang kenapa?" ucap Davish dari seberang telepon.

"Balik ke rumah sakit sekarang!" ucap Jeffran.

"Loh, emang kenapa Jeff?" ucap Davish.

"Pake nanya lagi lo! Lo ngga denger suara gue udah panik gini?!" ucap Jeffran.

"Ngga, tapi ini bukan soal Jevian, kan?!" ucap Davish.

"Kalo bukan urusan dia ngga mungkin gue sampe minta lo harus ke rumah sakit sekarang banget, Dav!" ucap Jeffran.

"Dia kenapa lagi, Jeff?! Lo jangan bercanda malem-malem, deh! Lo pasti lagi nge-prank gue, kan?!" ucap Davish.

"Gue bilang cepetan ke rumah sakit sekarang, Dav! Tolongin adek gue! Lo pikir hal kayak gini masih bisa dibuat bercandaan?! Gue serius! Jangan buang-buang waktu lagi! Tolongin dia, Dav! Gue mohon!" ucap Jeffran kembali menangis. Ia benar-benar takut melihat Jevian terus saja menutup matanya. Bau anyir darah yang keluar dari hidungnya itu membuatnya semakin merasa takut dan pikiran negatif pun mulai bermunculan di pikirannya saat itu.

"Oke! Gue balik ke rumah sakit sekarang!" ucap Davish.

Setelah itu, Jeffran segera mematikan sambungan telepon itu.

Sesampainya di rumah sakit, Jeffran segera menggotong Jevian keluar dari dalam mobil saat Davian menghentikan mobilnya di depan lobby rumah sakit. Sementara Davian melajukan mobilnya menuju ke area parkir mobil setelah Jeffran mengeluarkan Jevian dari dalam mobil dan masuk ke dalam lobby rumah sakit.

Melihat Jeffran yang menggotong tubuh Jevian yang tak sadarkan diri, para petugas medis yang masih berada di sekitar lobby malam itu pun segera menghampiri Jeffran sambil mendorong brankar untuk Jevian.

"Apa dokter Davish sudah sampai di rumah sakit?!" tanya Jeffran pada para petugas medis itu.

"Belum, dok," jawab salah satu petugas medis.

My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓Where stories live. Discover now