17. Agenda Mengejar Cinta Kamelia

124 18 3
                                    

Taukah kamu apa yang terjadi setelah ayah berkata bila Jeje mendatangi rumah? Tentunya tawa kencang Thera yang tak tanggung-tanggung, mengalahkan Miss K dari universe tembus pandang. Gadis itu melupakan janjinya sendiri padahal baru beberapa menit.

"Gak bakalan gue bantuin lo!" ancam Melody tak segan-segan.

Mendengar hal itu, tentu saja Panthera Hanaraya langsung menutup mulut rapat-rapat. Matanya mengemis memohon pertolongan dari sang sahabat seraya berkata, "ih ... gue keceplosan, Mel. Abis lucu banget sih, kan gue jadi gak tahan buat ketawa."

"Ogah!"

Lalu Thera menyeret tubuhnya lagi ke arah Melody yang saat ini sedang menuju pintu. "Maaf dong cantik, tadi doang deh, setelah itu nggak lagi. Janji gak bakalan ngejekin lo sama Jeje, suer." Dia mengacungkan jari telunjuk dan tengah. "Bantuin gue tolak ke pak Hadi, ya?" mohonnya penuh harapan dan semangat.

"Enggak!"

Gadis itu kembali berteriak karena sebal akan diri sendiri. "Melody cantik, cintaku, sayangku, kesayangan semua orang. Please ya ... bantuin gue." Dia mengedipkan mata berulang kali, berharap agar Melody kasihan padanya.

Kesal karena sejak tadi diributkan oleh Thera, akhirnya Melody menyerah. Ia mengambil napas dengan pasrah, lalu berucap, "iya nanti gue bantu temenin, tapi kalau pak Hadi tetep nggak mau, gue gak ikut campur, entar nilai gue jadi jelek."

Panthera berosorak senang. "Yeay, thank you, Melo cantik. Udah sekarang lo temuin Jeje sana, gue bantu doa sambil intip dari jendela kamar." Thera mengusir si pemilik seolah-olah ruangan tersebut adalah miliknya. Dia bangkit dari lantai, lalu mendorong keluar Kamelia Melody untuk menemui Jenardian.

"Good luck!"

Duh, Melody heran sekali dengan Thera. Mengapa harus diberi kata semoga beruntung? Melody hanya akan bertemu Jeje, bukan perang di medan pertempuran. Sekarang dia jadi grogi sendiri, apalagi setelah peristiwa kemarin pagi.

Selangkah lagi menuju teras depan. Ayah berkata bila Jeje menunggu di sana, laki-laki itu enggan masuk ke ruang tamu, entah kenapa. Kini Melody jadi ragu, apakah ia perlu menemui Jeje setelah confess yang ia lakukan kemarin? Melody takut canggung, tetapi jika tak ditemui malah makin aneh.

Dia melirik lagi ke arah kamarnya, terlihat Thera mengintip melalui celah pintu. Gadis itu belum berpindah menuju jendela kecil yang mengarah pada halaman serta teras rumah. Sosok bermata bulat itu memerintahkan Melody untuk segera menemui Jeje dengan cara mengusirnya bak ayam yang suka berak sembarangan. Tak bisa kemana-mana lagi, dengan hati mantap, Melody keluar rumah untuk menuju teras.

Di sana, terlihat Jeje sedang duduk manis pada kursi kayu tempat biasa ayah mengopi. Di tangannya terdapat sebuah paper bag berukuran besar yang tak tahu apa isinya. Melihat kedatangan Melody, laki-laki itu bangkit dari duduknya.

"Hai, Mel," sapanya dengan senyuman lebar yang khas Jenardian.

"Eee ... hehehe, hai juga, Je." Mengapa terlihat sekali rasa canggung Melody?

Kemudian laki-laki setinggi 180 cm itu menyerahkan benda yang tadi ia bawa kepadanya. Melody tak menerima, ia hanya menatap dengan pandangan penuh tanya.

Merasa tak kunjung mendapat respons, Jeje pun berkata, "ini. Ganti buat kemarin yang nggak jadi gue kasih ke lo." Ia kembali mengulurkan paper bag tersebut.

"Eee ... apa?"

"Buka aja sendiri."

Agak canggung, Melody meraih benda itu. Dengan mata menatap pada Jeje untuk memastikan, ia membuka paper bag tersebut untuk memastikan apa isinya. Ternyata album The Beatles yang memiliki judul sama seperti kemarin, bahkan covernya pun sama persis.

Hundred MilesWhere stories live. Discover now