ToD 14 : 100 Dollar

63.1K 3.5K 258
                                    

"Jatuh cinta itu bangsat." Evan Brahmanta.

"Abel, bergabunglah bersama Dave dan Fiona sebentar. Ada yang harus aku bicarakan dengan Tasya." Ucap Jo tanpa mengalihkan pandangannya dari Tasya. Pelan ia melepaskan tangan Abel yang sedari tadi digenggamnya.

Abel mengangguk patuh, "Iya." Jawabnya pelan sambil mengangguk tanda permisi pada Tasya yang sedang menghapus airmatanya.

Sebelum Abel beranjak, Jo sudah lebih dahulu berlalu bersama Tasya. Ada yang tercubit jauh di dalam hati Abel ketika melihat sepasang insan itu menjauh, dan berhenti di sudut ruangan. Mereka tampak berbicara serius dengan Tasya yang berkali-kali menghapus airmatanya. Abel berpaling, ia tidak ingin melihat Jo yang kini mengulurkan sapu tangan pada gadis itu.

"Mana Jo?" Tanya Dave begitu ia kembali ke meja mereka.

Abel tersenyum, "Ada urusan dengan Kak Tasya." Jawabnya sambil menggedikkan bahu ke ujung ruangan.

Dave akan mengomentari ucapan Abel saat mendadak handphone Fiona bergetar. Wanita Dave itu memberi tanda kalau ia akan ke sudut ruangan sembari menerima telepon, dan Dave mengangguk singkat padanya.

Abel menghela nafas dan melirik Dave yang kini menatap Fiona dari jauh. Seperti biasa pria itu tampak tampan dalam balutan kemeja pas badan dipadu dengan celana jeans. Rahangnya yang tegas ditumbuhi dengan bakal janggut yang membuatnya tampak liar dan seksi.

Menurut Abel, Dave merupakan sosok paling dewasa diantara anggota DJEE. Berada di dekat pria itu memberikan aura positif dan menyenangkan. Berbeda dengan Jo yang pendiam dan dingin, selalu membuatnya gugup dan berpikir kalau ia telah melakukan hal salah di mata pria itu. Meskipun belakangan Abel sudah lebih akrab dengannya, dan menyadari pada dasarnya Jo adalah pribadi yang menyenangkan.

Mendadak Dave menoleh, membuat Abel gelagapan dan menoleh ke sembarang tempat dengan pipi memanas.

"Apa kamu baru saja memelototiku Miss Timothy?" Tanya Dave sambil mengulum senyum.

Abel menunduk malu, "Maaf." Ucapnya lirih.

Dave tertawa pelan dan memperbaiki posisinya agar menghadap Abel kemudian bertanya, "Ada apa?"

Abel tampak menimbang-nimbang sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak bermaksud apapun... Hanya saja belakangan ini aku merasa aneh." Ucapnya ragu.

Dave mengangguk, "Aneh kenapa?" Tanyanya dengan sabar.

Abel menelan ludah dengan gugup, "Bukankah kalau kita menyukai seseorang, seharusnya kita cemburu kalau melihat dia bersama kekasihnya?"

Dave tampak menimbang sesaat sebelum mengangguk, "Kebanyakan memang begitu."

Abel menepukkan tangannya ke meja dan berkata, "Nah itu!! Jadi kenapa aku tidak cemburu melihat kamu bersama Kak Fiona?" Tanyanya dengan nada menuntut.

Kemudian meja itu berubah menjadi hening ketika keduanya memahami perkataan Abel. Abel tergagap, ia menunduk dan meremas tangannya dengan gelisah.

"Maafkan aku. Lupakan saja! Aku tidak bermaksud apapun, sungguh. Aku tahu Abang bahagia dengan Kak Fiona, dan aku tidak bermaksud apapun." Ucapnya panik.

Tanpa diduga Dave justru tersenyum dan menepuk tangan Abel perlahan, "Kamu pikir, kamu suka padaku?"

Wajah Abel memerah, namun ia memberanikan diri untuk menjawab, "Aku memang suka sama kamu, bukan 'ku pikir' seperti yang kamu katakan tadi! Berhenti memperlakukan aku seperti anak kecil!" Ucapnya tegas.

Dave berdehem dan mengubah mimik wajahnya menjadi lebih serius ketika berkata, "Kamu tahu Abel? Saat kita beranjak dewasa adalah masa-masa dimana kita mudah tertarik dengan lawan jenis." Ucapnya sambil memperhatikan Abel yang menyimak setiap kalimatnya dengan sungguh-sungguh. "Ketika kita melihat seseorang kita akan berpikir, 'Oh pria itu tampan sekali.' Atau, 'Oh gadis itu cute sekali,' hal-hal semacam itu." Lanjut Dave sambil mengangkat bahunya.

Truth Or Dare - Bad Boys Series #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang