🌸 Slowmotion

215 62 13
                                    

Naura memang merasa was-was usai obrolan terakhirnya dengan Mario. Meski sejauh ini yang Naura lihat, Mario malah tidak ada pergerakan yang signifikan terkait niatnya mau pdkt kembali.

Lelaki itu hanya rutin menyapa Naura dan berinteraksi sewajarnya di kampus. Bahkan gombalan atau ciri-ciri cowok lagi pdkt tidak ia terapkan. Walau memang Mario bersikap jauh lebih ramah pada Naura seorang.

Entah bagaimana taktiknya, Naura tidak mengerti. Yang jelas, semakin lama Naura jadi merasa lebih terbiasa akan kehadiran Mario. Bukan dalam konteks pacar, tapi sudah seperti teman saja, sama halnya dengan Jevando.

Karena itu Naura pikir hubungan mereka yang begini pun sebenarnya cukup baik. Sampai Naura mendengar desas-desus kalau beberapa cewek mulai membicarakan Mario dibelakang.

"Anjir Kak Rio makin cakeb deh. Apa karena sekarang udah jomblo ya?"

"Haha gaskeun lah mumpung jomblo tuh."

"Emang. Gue udah berencana mau nembak dia."

"Mantep."

"Eh tapi gak enak tau sama Kak Naura. Denger-denger mereka tetep temenan, mana sekelas lagi kan pasti tiap hari ketemu. Gimana kalau ntar tiba-tiba balikan? Pacarannya lama banget sih dulu gak mungkin move on nya cepet."

"Iya sih. Tapi yaelah kalau udah jadi pacar mah tinggal gatekeeping kak Rio aja ya beres. Kasih service bagus, cowok biasanya langsung luluh tuh."

"Haha bener juga."

Di balik bilik toilet, Naura menghela napas. Tidak berencana menguping tapi suara mereka jelas terdengar dari tempatnya. Yang Naura heran, apa mereka pikir Mario segampang itu?

Bertahun-tahun mereka pacaran, Naura tau Mario bukan tipe cowok brengsek yang akan dengan mudah merusak pasangannya sebelum halal walaupun ada banyak kesempatan untuk melakukannya.

"Lagian cewek-cewek jaman sekarang kenapa sih gak ada takutnya digituin. Ntar kalau hamil malah curhat di sosmed. Bangga banget jadi cegil," cetus Naura selepas para gossipers itu pergi.

Sekeluar dari toilet, Naura berderap di lorong FISIP. Berniat pulang, sampai kebetulan dia menemukan sosok Mario dan seorang cewek lagi berhadap-hadapan di area belakang lapangan kampus.

Naura menghentikan langkahnya. Mereka terlihat tengah berbicara serius. Sekon berikutnya, netra Naura membelalak lantaran Mario baru saja di tampar. Tak lama cewek yang menamparnya itu membalikkan badan lalu pergi menjauh dengan kesal.

Syok, Naura sampai tidak bisa bereaksi. Sementara Mario duduk di pinggir keran air itu. Kedua tangannya menumpu pada semen sembari menunduk.

Dan entah apa yang Naura pikirkan hingga ia berakhir berjalan mendekat ke TKP. Mario pun ikutan kaget begitu tiba-tiba melihat Naura ada di depannya sekarang.

"Eh? Ra...? Kamu ngeliat yang barusan ya?" Mario panik, buru-buru ia menjelaskan, "Tadi tuh aku ditembak terus aku tolak kan tapi kayaknya dia ngerasa gak terima jadi nampar aku. Beneran, gak boong. Aku gak ada jahatin dia kok sumpah! Kayaknya aku juga udah berusaha nolaknya pake kalimat halus cuma dia tetep aja ngerasa aku php."

Sekian menit tidak ada respon. Lalu tanpa ngomong apa-apa Naura bergerak menangkup rahang Mario. Tangannya mengelus bekas tamparan di pipi kanan cowok itu.

"Bisa-bisanya ada orang kayak gitu," gumam Naura, gerahamnya mengatup rapat, "Aku yang kesel."

Mario mengerjap bingung.

Setelah Naura menurunkan tangannya lagi, dia pun berkata, "Mau aku tampar balik aja gak cewek yang tadi? Kamu kan cowok jadi gak bisa nampar cewek."

"Enggak usah..."

[✔️] La PetitèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang