Our Promise - Part VI

190 27 0
                                    

☆☆☆

Now promise me

Several times a day

Even if you feel that you are alone

Don't throw yourself away

☆☆☆

Alih-alih berpamitan pulang ke unitnya, Suguru malah berjalan menuju ke sofa ruang tengah, tempat yang mereka gunakan saat menonton film tadi pagi. Sang omega pun mengikuti ke mana Suguru pergi. Setelahnya, sang omega juga melakukan hal yang sama dengan Suguru yaitu merebahkan tubuh di atas sofa. Mereka berbagi ruang dan mulai memeluk satu sama lainnya.

Suguru mengecup puncak kepala sang omega berulang kali dan omega itu tertawa pada akhirnya.

Sang omega juga mencubiti pipi Suguru lantaran merasa gemas. Sang omega seringkali berpikir bahwa Tuhan terkadang tidak adil, segala kesempurnaan sepertinya sudah diberikan kepada sosok Getou Suguru sehingga dirinya hanya mendapatkan sisa-sisa dari kesempurnaan yang ada. Namun, Tuhan juga Maha Pemurah lantaran ia diberikan kesempatan untuk memiliki Suguru di dalam hidupnya, hanya untuk dirinya seorang. Sungguh ... manusia mana pun di muka bumi ini akan iri kepadanya, tentu saja.

Tak hanya mencubiti pipi, sang omega juga memainkan wajah Suguru dengan kedua tangannya, sehingga pipi Suguru sebentar terlihat mengerut, sebentar bibirnya terlihat lebih maju, sebentar pipinya terlihat lebih tembam, dan akhirnya kecupan halus pun kembali sang omega berikan.

Suguru kemudian memasang ekspresi pura-pura marah karena omeganya telah berbuat jail. Namun, sang omega justru semakin tertawa. Lantas Suguru semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh sang omega dan berakhir membuat tubuh omega tersebut jadi berada di atas tubuhnya.

Kini keduanya saling bertatapan layaknya kontes adu tatap mata dan yang bertahan dialah juaranya. Namun, sang omega tak bisa menahan lebih lama hingga akhirnya ia menjatuhkan wajahnya tepat di ceruk leher Suguru. Sang omega merasa malu. Sangat malu. Ia yakin wajahnya pasti sudah sangat merah. Mereka pun bertahan pada posisi itu dalam waktu yang cukup lama, dengan Suguru yang terus mengusap-usap kepala sang omega menggunakan tangan kanannya.

Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara, mereka benar-benar menikmati keheningan—yang sebenarnya tidak terlalu hening akibat suara jarum jam, suara degup jantung, dan deru napas masing-masing. Kemudian Suguru memiringkan tubuhnya ke kiri dan membuat sang omega jadi berhadapan dengannya. Dikecupnya dahi sang omega sebelum ia berkata sesuatu.

"Sayang," ucapnya dengan suara yang sangat halus.

Sang omega kini menatap ke arah Suguru dan menaikkan kedua alis serta melebarkan matanya, seakan berkata: Iya, kenapa?

"Sebenarnya ...."

"Ada yang ganggu pikiran kamu, 'kan?" tembak sang omega.

Suguru tersenyum dan mengangguk menanggapi apa yang omeganya katakan. Lantas sang omega pun kembali berbicara, "Ya udah, coba ceritain. Aku bakal dengar sampai akhir."

Sebelum bercerita, Suguru pun mengecup dahi sang omega lagi. Akhirnya Suguru menceritakan segala keresahannya. Apa yang telah mengganggu pikirannya dalam beberapa waktu terakhir hingga puncaknya di malam kemarin dan dengan tidak bernyalinya ia malah mengajak sang omega yang dalam kondisi mabuk untuk mengobrol. Tentu saja ia tak benar-benar ingin sang omega mengetahui hal tersebut kala itu.

Hingga ratusan sekon pun berlalu, bola mata sang omega jadi berkaca-kaca usai mendengarkan cerita sang alpha. Jujur, sang omega sedih lantaran Suguru terlalu berpikir keras seorang diri tentang masa depan mereka. Sang omega sedih lantaran ia seperti pasangan yang tidak peka. Sang omega sedih lantaran tak bisa mengimbangi Suguru yang bersikap lebih dewasa daripada dirinya. Akan tetapi, seharusnya hal itu menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya alphanya saja. Seharusnya tak ada yang perlu dirahasiakan lagi bila itu menyangkut urusan berdua. Seharusnya mereka lebih banyak bercengkerama, mencari solusi, serta bersama-sama memutuskan segala sesuatunya.

Sang omega sedikit banyaknya merasa bersalah karena tak pernah berpikir bahwasanya sang alpha membutuhkan bantuannya, butuh pencerahannya, dan butuh sang omega untuk dapat mengenalkannya pada orang tuanya. Lantas secara perlahan sang omega pun menjelaskan bahwa kedua orang tuanya tidak mungkin berpikiran buruk terhadap Suguru. Alphanya adalah seorang pekerja keras, sosok yang perhatian, pengertian, pasti orang tuanya akan menerima kehadirannya dengan tangan terbuka. Lebih dari itu, mereka pun tidak pernah mengajarkan sang omega untuk menilai orang lain dari satu sudut pandang saja. Sang omega juga meyakinkan bahwasanya apa yang sang alpha pikirkan hanyalah kekhawatiran tak mendasar semata. Hal buruk itu tidak akan terjadi apabila mereka tetap terus bersama-sama serta meyakinkan kepada dunia bahwa mereka memang layak menjalani kehidupan berdua, selamanya.

Kesedihan sang omega pun memuncak tatkala Suguru mengungkit perihal orang tuanya yang telah tiada. Sang omega benar-benar tak bisa membendung air matanya, bahkan netra Suguru pun turut berkaca-kaca. Sang omega tidak mengetahui secara pasti beban hidup macam apa yang Suguru emban selama ini, sebelum bertemu dengannya lebih tepatnya. Seorang alpha yang menjalani kehidupan dalam kesendirian, berjuang memenuhi kebutuhan hidup sebagai penerjemah bayaran, dan tak memiliki tempat untuk dijadikan sandaran.

Lantas malam ini sang omega dengan sepenuh hati meminta kepada Suguru untuk membuat janji padanya agar ia tak perlu lagi merasa sendirian, dan membagi segala beban pikiran yang mengganggu kenyamanannya dalam proses meraih kebahagiaan.

Suguru pun akhirnya menggarisbawahi apa yang kekasihnya ucapkan di dalam otaknya. []

Our Promise | Geto Suguru x Fem!Reader (Jujutsu Kaisen)Where stories live. Discover now