POTONGAN MEMORI

6 0 0
                                    

Nasya tertawa bersama sang adik, setelah berlarian bersama menikmati hari libur singkatnya. Nasya dan Key mendatangi sebuah taman yang dulu sangat ingin Key datangi. Saat ini, Nasya baru bisa menenuhinya.

"Ini liburan terbaik yang belum pernah Key rasakan, Mba!"

Nasya tersenyum menanggapi sang adik dan mengusak pucuk rambutnya sayang, "nanti jika Mba mendapat banyak sekali jatah libur, kita pergi jalan-jalan kemana pun Key mau," ujar Nasya.

"Sungguh, Mba?" girang Key sambil menatap sang Kakak dengan binaran di kedua matanya.

"Belajar yang rajin."

Key mengerucutkan bibirnya, "jangankan janji untuk bisa berlibur bersama, Mba bangun saja dulu," ujar Key kesal.

"Apa maksudmu? Mba tidak sedang tidur, Key!"

"Mba tidak merasa kasihan dengannya? Dia sudah menunggu sangat lama, menunggu Mba bangun! Bangun Mba!"

Pyar!

***

Cklek!

Ruang rawat nuansa putih itu sudah kesekian kali Rey kunjungi, menandangi wanita manis yang sudah tiga bulan terakhir terbaring di ranjang pesakitannya. Bunyi pendeteksi irama jantung itu juga berbunyi normal, memiliki ritme yang sama.

Rey mendekati wanita manis pucat itu, dan memandanginya lekat-lekat. Tangannya terulur menggapai tangan wanita manis yang bebas selang infus itu.

Grep!

Rey meremat jemari pucat itu, kedua mata cantik itu sudah tiga bulan ini enggan membuka, bahkan Rey sudah hampir menyerah untuk menunggu. Rey sangat merindukan wanita manis ini, jika saja nanti wanita manis ini terbangun, Rey tidak akan lagi berlaku kasar padanya, akan memperlakukannya layaknya ratu kecil, berkata lembut padanya, dan menjaganya segenap jiwa.

"Hey, tidakkah kamu merasa bosan terlalu lama tertidur? Tidakkah kamu mengingat saya yang setia menunggu di sini?"

"Maaf, saya mohon maafkan saya."

***

"Ini berkasnya, Pak."

"Baik, Pak Gibran nanti segera adakan meeting dengan para Direktur dan sebelum itu hubungi Pak Ervan dan Pak Putra untuk ke ruangan saya dan urus sisanya," ujar Rey lalu memberikan satu map yang baru saja di cek sekaligus di tandatangani olehnya.

Kini perkembangan kantor Rey semakin pesat, Rey sudah memantapkan dirinya untuk mencoba bersabar dan mau menghadapi semuanya, sambil menunggu Nasya.

Cklek!

"Ibu perlu membicarakan seuatu denganmu, Rey."

Ngung!

"Sepertinya tidak sekarang, Ibu," tolak Rey sambil menampilkan ponselnya yang tengah bergetar.

"Rey harus menghadiri pertemuan di pusat kota untuk kepentingan kantor kita," ujar Rey lalu segera mengenakan jasnya.

"Ayah sudah memperingatkanmu agar tidak membantah di wanita kali ini, Rey, oleh karena itu kamu kehilangan hak untuk menolak," ujar sang Ibu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

Rey termangu masih membelakangi sang Ibu, tangannya membenarkan dasi dan kemudian berputar untuk menghadap sang Ibu.

"Baiklah, malam ini Rey akan menyempatkan waktu, kirim lokasinya saja," pungkas Rey lalu pergi keluar dari ruangannya meninggalkan sang Ibu yang nampak kegirangan.

***

Nasya terbangun dari tidurnya, namun Nasya merasakan jika dirinya berada di dekapan seseorang. Nasya mendongak ke atas dan melihat seorang pria yang wajahnya nampak samar karena cahaya lampu.

TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang