SADAR

10 0 0
                                    

Dap! Dap! Dap!

Cklek!

Rey termangu sejenak di depan pintu masuk yang biasa Rey kunjungi, wanita manis yang biasa Rey tangisi kini sudah bangun dan duduk di ranjangnya. Kedua mata yang berkedip lemah itu masih memandangi dokter yang masih mengecek kondisinya.

Rey berjalan perlahan mendekati ranjang itu, kedua matanya masih terpaku pada wanita manis yang masih terdiam dengan tatapan kosong itu.

“Kondisinya sedang membaik, mungkin sedikit sulit untuk mengajaknya bicara, karena dia juga tengah mengelola ingatannya. Jangan memaksanya untuk mengingat Rey, dan ajak bicara dengan topik ringan saja, kalau begitu saya permisi,” ujar sang Dokter lalu meninggalkan Rey dan Nasya berdua.

Nasya memutar pandangannya menatap kosong je arah Rey yang sudah sedari tadi di sampingnya.

“Aku tidak sedang memberikan servis,” gumam Nasya pelan.

Rey tersenyum sejenak dan mengamit jari pucat milik Nasya, “entah apa memorimu tentang saya, saya pastikan itu tidak akan terulang,” ujar Rey masih menampilkan senyum tulusnya.

“Adikku Key, tidak datang? Berapa lama aku tertidur?”

Rey membeku seketika, sontak mulutnya menjadi kaku, seolah enggan untuk menyampaikan berita penting itu. Rey tahu kondisi, Rey tidak mau kehilangan wanita manis ini untuk yang kedua kali.

“Berapa lama?” tanya Nasya lagi.

“Tiga bulan,” jawab Rey sambil menunduk. Seolah menyembunyikan kebenaran yang akan di ungkap oleh sorotan kedua matanya.

***

“Nah, ini akan menjadi tempat tinggalmu mulai sekarang, tidak perlu khawatir bayar sewanya, karena apartemen ini milik Pak Presdir sendiri,” ujar Putra.

Nasya melihati apartemen barunya yang nampak mewah, ralat sangat mewah, dekorasinya unik, Nasya berjalan ke arah kamar, di dalam sana sudah tersedia ranjang king size dengan kasur yang empuk dan terlihat sangat nyaman, lemarinya besar dan sudah terisi penuh oleh beberapa baju, dari casual, setelan, hingga pakaian formal. Setelah puas melihat kamar, Nasya beralih melihat balkon yang letaknya bersampingan dengan kamarnya. Balkon itu sangat luas, hingga di sediakan sebuah sofa panjang, beberapa pouf dan sebuah meja besar di tengah, tidak lupa dengan sebauh piano berwarna putih yang nampak sangat elegan juga ada di sana. Setelah puas, Nasya kembali masuk dan keluar dari kamar, dirinya memasuki dapur yang tentunya sangat berbeda daripada dapur kontrakannya, membuka kulkas dan menemukan banyak sekali bahan untuk memasak, seperti berbagai sayuran, sawi, kubis, wortel, berbagai rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, merica, bahkan bunga lawang, berbagai jenis kacang, seperti kacang hijau, almond, kacang tanah, kuaci. Setelah puas melihat dapur, Nasya beranjak memasuki ruang tv yang sangat luas, tv berlayar besar dan sofa panjang yang sangat cocok untuk menonton bersama. Mesin pembuat kopi dan pop corn juga tersedia di sana, bahkan beberapa tumpuk selimut dan bantal juga ada. Terakhir, ke arah kamar mandi, tidak seperti kontrakan Nasya yang dulu punya, di mana hanya terdapat sebuah ember dan gayung, namun kini tersedia bath up, dan juga shower, beralih ke arah belakang, yang terdapat kolam renang pribadi, airnya sangat jernih dan tenang.

“Apakah aku layak mendapatkannya?” tanya Nasya random sambil kedua matanya melihati langit-langit apartemen.

“Tentu saja!” sahut Putra

“Bolehkah aku mengajak adikku ikut serta?” tanya Nasya dengan wajah polosnya.

"Bukankah adik anda sudah meninggal tiga bulan yang lalu?"

Nasya yang tadi membelakangi Putra, sekarang seketika berbalik sambil menatap Putra dengan horor.

"A-apa?"

GADIS PELACURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang