Part 7

1.5K 270 200
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Jam sudah menunjukkan pukul 07

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Namun, Amber masih berada di dalam selimutnya.

Seharusnya, Amber sudah berangkat kerja karena sekarang ia bukan lagi pengangguran. Melainkan seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar.

Akan tetapi, Amber terlalu takut datang ke kantor. Amber takut bertemu Luke lagi. Gadis cantik itu takut memikirkan apa yang akan dilakukan Luke kepadanya setelah melukai pria tersebut.

"Arghh!! Kenapa biaya pinalti kontraknya sangat besar?! Aku sungguh tidak ingin bekerja bersamanya." Amber membenamkan wajahnya di bantal dan berteriak di sana. Meluapkan kekesalannya.

Keadaan telah berbalik. Luke lebih kaya dan berkuasa daripada dirinya. Luke bahkan menjadi atasannya di kantor.

Kenyataan ini membuatnya tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia ingin pergi jauh. Tapi di sisi lain, ia terikat kontrak.

"Sebenarnya apa yang terjadi sehingga dia bisa menjadi CEO di perusahaan besar? Itu bukanlah posisi yang bisa didapatkannya meskipun sangat ambisius." Gumamnya kesal.

Amber mulai merenung. "Apakah semuanya akan berbeda jika aku mempunyai pekerjaan tetap?"

Andai kata dirinya punya pekerjaan tetap, sudah pasti dirinya menetap di Seoul meskipun harus berpisah dari kedua orangtuanya.

Renungan Amber buyar kala pintu kamarnya di ketuk. Buru-buru berdiri dan membuka pintu kamarnya.

Alangkah terkejutnya Amber kala melihat sosok di balik pintu. Sosok yang sangat dihindarinya.

"Pagi, amour." Luke menyapa Amber dengan ceria sedangkan Amber refleks menutup pintu. Sayangnya, gerakannya kalah cepat dari Luke.

Luke berhasil masuk ke dalam kamar, mengunci kamar Amber, dan mengantongi kuncinya.

Luke tersenyum menyebalkan melihat ekspresi kesal bercampur takut Amber. "Percuma menghindariku karena kau akan selalu bertemu denganku untuk ke depannya, amour."

Amber bergerak menjauh dari Luke seraya menatap was-was. "Kenapa kau masuk sembarangan ke rumah orang? Kau ingin ku laporkan ke polisi?!" Ancamnya.

Ancaman yang terdengar sangat lucu di telinga Luke. "Laporkan saja. Kau pikir polisi akan menindaklanjuti laporan mu?"

Amber mendelik sinis melihat Luke memamerkan kekuasaannya. "Cepat keluar dari kamarku!" Usirnya.

"Aku akan keluar kalau kau berangkat ke kantor bersamaku." Dengan santainya, Luke duduk di ranjang Amber seraya mengamati seisi kamar Amber. Mengabaikan Amber yang menempel resah di dinding.

"Baiklah. Aku akan berangkat bersamamu. Tapi, keluarlah dari kamarku. Aku akan bersiap-siap dulu."

Amber tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan Luke.

Lebih baik begitu daripada Luke melakukan hal-hal yang tidak diinginkan kepadanya. Apalagi hanya mereka berdua di dalam rumah.

Gadis itu masih ingat. Luke adalah orang paling nekat yang pernah dikenalnya. Luke akan melakukan apapun untuk mewujudkan keinginannya. Sekalipun menempuh cara licik dan kotor.

"Aku akan menunggumu di sini."

Ucapan Luke membuat Amber tercengang. "Tidak boleh! Kau harus menungguku di ruang tamu!" Teriaknya.

Luke terkikik geli melihat reaksi heboh Amber. "Kau sangat menggemaskan, amour."

Amber berkomat-kamit di dalam hati melihat reaksi aneh pria di hadapannya.

"Cepatlah bersiap-siap! Aku akan menunggumu di sini atau kau ingin terkurung seharian di kamar bersamaku?" Nada bicaranya begitu tegas dan tak bisa dibantah lagi sehingga membuat Amber tertunduk lemah dan berjalan lesu menuju kamar mandi.

"Tenang saja, aku tidak akan mengintipmu mandi." Imbuh Luke menyadari kekhawatiran Amber.

Gadis cantik itu melirik Luke sekilas sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Tak lupa pula membanting pintu sekuat tenaga. Pertanda dirinya sedang kesal dan marah ke Luke.

"Tanpa mengintipmu mandi pun, aku sudah tahu bentuk tubuhmu, amour." Kekeh Luke pelan seraya melirik kamera tersembunyi yang di pasangnya di kamar Amber.

Luke memang stalker sejati. Selalu memantau kehidupan pribadi Amber. Ia tidak ingin terlewatkan satu hal pun tentang gadisnya.

Kamera tersembunyi itu sudah dipasangnya sejak kemarin. Saat tidak ada siapapun di rumah Amber.

Luke merebahkan tubuhnya di atas kasur Amber. Lalu, menghirup rakus aroma memabukkan di selimut  Amber.

"Bagaimana ini, amour? Kau membuatku semakin ingin memilikimu. Sebenarnya, kapan kau bisa menerimaku?!"

Wajahnya begitu menggila. Setiap ekspresi yang ditunjukkannya pasti membuat siapapun bergidik ngeri saat melihatnya.

Bersambung...

25/6/23

Ayok vote dan komen!

Makin banyak komen, makin cepat update💃

//Komen kalian penyemangat ku🔥

firza532

Obsessed [HIATUS]Where stories live. Discover now