32

48 2 0
                                    

"Hyung..... maafkan aku".

Mark berkata lirih dari atas sofa yang didudukinya. Mengatakan permintaan maafnya dengan penuh penyesalan pada pemuda Bam yang saat ini tengah melakukan pekerjaannya.

Mendengar itu, Bam-Bam yang baru saja akan membuka seprai tempat tidur yang sangat berantakan dibuat menghentikan gerakannya.

"Apa yang kau katakan, Mark? Mengapa kau meminta maaf?" Bingung Bam-Bam.

Menundukkan wajahnya, Mark berkata dengan suara pelan karena rasa malunya. "Itu..... itu..... karena..... hyung harus membersihkannya".

Mengerti dengan maksud dari perkataan pemuda yang lebih muda, Bam-Bam memberikan senyumannya.

"Tidak masalah, Mark. Kenapa dirimu harus merasa bersalah? Ini adalah kewajibanku. Jadi, aku harus melakukannya" ucap Bam-Bam dengan sangat baik.

Pemuda Bam itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebenarnya, ada sedikit perasaan malu saat dirinya melihat bagaimana tampilan tempat tidur itu yang terlihat sangat berantakan dan dipenuhi dengan banyaknya cairan yang sangat diketahuinya. Pikiran-pikiran miliknya bahkan terus saja memainkan bagaimana kedua tuannya saat tengah melalukan aktivitas panas mereka.

Selesai melakukan pekerjaannya, Bam-Bam melihat ke arah Mark. Pemuda Tuan itu terlihat seperti tengah dalam pikirannya.

"Mark?" Panggil Bam-Bam.

Tidak mendapatkan jawaban, Bam-Bam melangkahkan kakinya untuk mendekat. "Mark, ada apa? Apa ada yang menganggu pikiranmu?".

Mark mendapatkan keterkejutannya saat Bam-Bam telah berdiri di dekatnya. Membuat Bam-Bam yang melihatnya dapat dengan mudah menebak jika ada yang hal yang pasti menganggu Tuan Mudanya.

"Ada apa, Mark? Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.

Menganggukkan kepalanya, "aku..... tidak ada yang harus dikhawatirkan, hyung" jawab Mark dengan senyuman tipis.

Baiklah, Bam-Bam mengerti, Mark masih belum memberikan kepercayaan yang penuh pada dirinya. Dan Bam-Bam tidak akan marah dengan itu. Dirinya bisa mengerti jika setiap orang akan memiliki hal pribadi mereka masing-masing.

Memberikan senyumannya, "aku sudah selesai. Apa kau menginginkan sesuatu? Aku akan mengatakan pada bibi Hwang untuk membuatkan apa yang kau inginkan nanti" tawar Bam-Bam baik.

"Ah, tidak, hyung" Mark menjawab "aku akan mengatakannya sendiri pada bibi Hwang" lanjutnya dan mengambil berdirinya.

Melihat itu, wajah Bam-Bam kembali berubah menjadi kekhawatiran. "Apa..... kau baik-baik saja?" Tanyanya "ah, maksudku..... itu..... apa..... itu tidak sakit? Kau tidak harus berjalan jika merasa tidak nyaman" lanjutnya sedikit malu.

Sungguh, pemuda Tuan itu sangat ingin menyembunyikan wajahnya setelah mendengar perkataan itu.

...

"Jadi, bagaimana?".

Mendapatkan pertanyaan Seo Ji dengan suara pelannya, Soo Hyuk mengerutkan alisnya bingung. Menatap sahabat lamanya itu dengan tatapan bertanya.

Seo Ji yang mengerti ekspresi itu dibuat mengerang rendah. Dirinya tidak tahu jika pemuda Lee di hadapannya ternyata cukup bodoh untuk mengerti maksudnya.

Menegakkan duduknya, Seo Ji melihat sesaat pada pemuda berwajah manis yang tengah duduk di atas sofa tepat di belakangnya. Mengetahui dokter di salah satu rumah sakit besar itu terlihat tengah fokus pada pekerjaannya, Seo Ji menghela nafas lega.

Tubuhnya bergerak sedikit maju, sedikit menempel pada meja kerja di hadapannya. Jari telunjuknya bergerak memberikan sinyal untuk Soo Hyuk mendekat. Dan dengan patuhnya pemuda Lee itu memajukan tubuhnya dengan gerakan yang sama seperti sang sahabat.

Dengan suara berbisik, Seo Ji berkata, "Tuan Muda Lee itu, bagaimana rasanya?".

Mendengar itu, mata Soo Hyuk membulat sempurna. Rahang wajahnya bahkan terlihat menegang karena perkataan vulgar dokter tampan di hadapannya. Soo Hyuk mengerti, dirinya bahkan sangat memahami makna dari pertanyaan itu.

Menelan ludahnya, "aku..... apa..... aku harus memberitahumu?" Soo Hyuk membalas berbisik dengan wajah bingungnya.

"Tentu saja" Seo Ji memekik pelan "apa kau membuatnya terluka?".

Dan lagi, mata Soo Hyuk membulat mendengar perkataan Seo Ji. Pikirannya yang sejak tadi telah memikirkan si pemuda Tuan dibuat menjadi lebih memikirkannya. Tampilan Mark yang mendesah di bawahnya bahkan terlihat sangat jelas di matanya.

Menutup matanya, Soo Hyuk berusaha menghilangkan gangguan yang menurutnya cukup membahayakan itu. Hal yang justru membuat Seo Ji yang melihatnya begitu saja memiliki pikiran negative di dalam kepalanya.

"Apa kau melukainya? Jangan katakan jika kau menggunakan cara yang kasar? Kau.....",

Buuukkk

Buuukkk

"Akhh!".

Keduanya mengerang bersamaan saat mendapatkan pukulan kuat di kepalanya. Membuat mata Soo Hyuk dan Seo Ji melihat ke arah si pembuat pukulan.

Wajah marah milik Shin Yi berhasil membuat Soo Hyuk dan Seo Ji seakan kehilangan detak jantung mereka. Baiklah, Shin Yi dan kemarahannya adalah hal yang harus sangat dihindari oleh kedua pemuda tampan itu.

"Ingin menjelaskannya?".

Suara Shin Yi terdengar tenang, hanya saja, untuk Soo Hyuk dan Seo Ji itu lebih terdengar seperti sinyal ancaman.

Mengetahui jika kedua pemuda yang memiliki usia yang sama dengannya itu tidak akan menjawab, Shin Yi lebih memberikan tatapan tajamnya.
Memahami itu, Seo Ji terlihat menarik dalam nafasnya. "Soo Hyuk telah melakukannya" ucapnya berusaha tenang.

Baiklah, jika saja pemuda di hadapannya ini bukanlah sahabatnya, Soo Hyuk pasti telah melepaskan peluru kesayangannya tepat pada wajah menyebalkan itu. Seo Ji dan mulutnya selalu bekerjasama dengan sangat baik. Dan Soo Hyuk selalu merasa kesal dengan itu.

Mendengar perkataan Seo Ji, Shin Yi dengan sangat mudah dapat memahaminya. Matanya segera beralih dengan kilatan kemarahan yang dapat menghancurkan tubuh Soo Hyuk. Hal yang membuat Soo Hyuk yang melihatnya segera bersikap untuk membuat perlindungan.

"Aku..... yak! yak! Jangan memukulku! Hei, Shin Yi!".

"Menyebalkan! Bukankah sudah ku katakan jangan melakukannya?! Dirinya masih sangat kecil! Bagaimana bisa dia menyeimbangkan gerakan tubuhmu yang besar ini!".

Soo Hyuk menggunakan tangannya untuk menghindari serangan dari Shin Yi yang terus mengarah pada dirinya.

"Kau sialan! Setelah memaksanya untuk menjadi milikmu, sekarang kau juga memaksanya melayanimu! Sialan! Aku benar-benar ingin menghancurkan mu!".

Dan ruangan milik CEO dan seorang mafia tinggi itu terus dipenuhi suara memekik yang dapat merusak pendengaran.














IT'S NOT FINE Where stories live. Discover now