Pinang Tak Bertajuk

135 30 35
                                    

Di tengah kota Niwatakawaca, tumbuh pinang dengan batang menjulang menembus awan. Tak ada yang bisa melihat pucuknya. Tak seorang pun tahu bagaimana bentuk tajuknya. Mungkin itu bukan pohon pinang, melainkan tiang dari peradaban yang hilang, atau tongkat kera sakti. Apa pun itu, tak ada yang benar-benar mengerti.

Pohon itu dijuluki Pinang Tak Bertajuk.

Konon, siapa pun yang sampai ke puncak, keinginan mereka bakal terkabul. Namun, ada pula yang bilang tajuk pohon itu hanya mitos. Hanya legenda yang dibuat-buat para developer sehingga orang-orang tertarik untuk mengunduh gim virtual reality itu ke perangkat VR mereka.

Permainan itu terinspirasi dari lomba panjat pinang dari Distrik 62. Namun di lomba, setidaknya kau bisa melihat apa saja hadiah di pucuk. Di sini, jangankan melihat pucuk. Yang mencapai sepuluh ribu meter pertama saja hanya hitungan jari. Itu sudah lebih tinggi daripada Puncak Everest dan nyaris menyamai total tinggi Mauna Kea, tergantung mau mengukur dari permukaan atau dari dasar samudra.

Ulasannya cenderung negatif. Bukan hanya gara-gara tingkat kesulitannya absurd. Banyak yang memuji grafik, tetapi itu sia-sia jika setiap meter sering ada pijakan yang mendadak hilang, karakter yang mundur sendiri, dan hal konyol seperti tiba-tiba terpeleset dan jatuh ke dasar lagi. Seperti kata salah satu pengulas, "Permainan yang menghukum kesalahan pemain itu wajar, tetapi permainan yang menghukum pemain karena kesalahan dev itu tolol!"

Mikrotransaksi di dalam gim juga marak. Pemain makin tekor karena uang mereka dipakai untuk membeli alat-alat dan aksesoris yang tak penting. Ada yang bilang dengan item ini-itu bisa menambah kecepatan, akurasi, apalah-apalah, tapi semua itu hanya penipuan berkedok trik pemasaran.

"Aku pekerja serabutan yang tinggal sendirian di apartemen murah. Aku miskin, teman-temanku pergi, ayah-ibu tak punya. Dulu kubeli gim ini biar jadi orang kaya kalau sampai pucuk. Sekarang tabunganku habis dipakai top-up, tapi setidaknya aku punya tujuan hidup. Pucuk! Pucuk! Pucuk!" ujar seseorang yang memberi ulasan positif.

Semua dibuat frustrasi termasuk kaum speedrunners; orang-orang yang cukup gila untuk menyelesaikan gim-gim "sulit" sambil berpacu dengan rekor waktu tersingkat. Ada alasan komunitas VR enggan menyebut judul asli gim itu di setiap obrolan daring. Mereka tak mau memberi lebih banyak iklan gratis untuk developer serakah itu. Publikasi buruk juga tetap publikasi.

Permasalahan itu akhir-akhir ini jadi topik utama grup chat Ten Thrashers, perkumpulan streamer speedrunners seluruh dunia yang berhasil mencapai ketinggian sepuluh ribu meter.

Riga: Kurasa gim ini memang tidak ada akhirnya.

Tang: Kau masih main? Aku sudah kapok sejak percobaan ke-128.

TomNutcracker: Persetan dengan puncak. Aku cabut!

Riga: Sang legenda mau berhenti? Padahal stream-mu kemarin tembus 20.000 live views lho.

TomNutcracker: Masa bodoh! Mereka cuma senang melihatku mengamuk. Itu sudah kontroler kelima yang kuhancurkan.

Riga: Beberapa orang rela membayar ratusan dolar demi melihat orang lain menderita. Kalau aku jadi kau, akan kuperas dompet mereka sampai habis.

TomNutcracker: Kau mau membayar kontroler keenam plus terapi mentalku?

Tang: Tidak semua punya jiwa masokis rakus sepertimu, Riga. Lagi pula, banyak gim lain yang lebih seru untuk ditaklukkan.

MeoWhite: Aku bakal tetap streaming setidaknya sampai titik Olympus. Setelah itu, akan kupikirkan mau berhenti atau lanjut.

Riga: Titik Olympus? Bahkan di kalangan kita, cuma Sky yang berhasil sampai ke sana, 'kan?

Pinang Tak BertajukDonde viven las historias. Descúbrelo ahora