BAB 37: POSESSIVE HUSBAND

79.4K 6K 1.4K
                                    

Hallo readers👋

Vote dan komen

Happy Reading

_

Arnov menatap datar seorang maid yang tengah membuatkan segelas susu hamil tanpa sarung tangan. Pria itu selalu memastikan setiap hal yang hendak di konsumsi oleh istrinya.

"Apa kau akan memberikan susu ini pada istriku?"

"I-iya tuan, ini susu yang anda minta" jawab maid tersebut dengan gugup, tatapan Arnov membuat reaksi tubuhnya berlebihan.

Pria itu meraih segelas susu hangat yang berada di meja dapur, ia melemparnya dengan kasar hingga pecah. Suaranya begitu nyaring terdengar.

"Kau membuatnya tanpa membungkus tanganmu dengan sarung tangan dan itu yang akan kau berikan pada istriku?."

Maid tersebut menangis, ia merasa begitu ketakutan. Hal yang menurutnya sepele akan menjadi sebuah masalah besar untuk dirinya.

Ia berlutut di hadapan Arnov sembari menyatukan kedua tangannya.

"T-tuan maafkan kelalaian saya, jadikan ini sebagai peringatan terakhir saya" ia menangis dan tubuhnya bergetar hebat.

Arnov menatapnya tajam, pria kejam itu tidak akan memberikan maafnya secara cuma-cuma kecuali jika itu Lia-nya.

"Sayang" panggil Lia dari arah ruang TV.

Hal itu membuat Arnov melembutkan tatapannya, ia segera beranjak dari dapur dan menghampiri istrinya. Meninggalkan maid yang tengah dilanda ketakutan dan kegelisahan luar biasa.

Wanita hamil itu mencebikkan bibirnya kala melihat Arnov tanpa membawa hal yang dirinya minta.

Arnov membawa tubuh kecil Lia ke dalam dekapannya, ia mengusap surai madu yang begitu lembut itu.

"Mana susunya?" tanya Lia menatap wajah tampan suaminya.

"Aku akan membuatnya, sayang."

Lia mengerutkan keningnya, "Bukankah maid yang akan membuatnya?."

Arnov tersenyum tipis, ia menuntun istrinya untuk duduk di sofa.

"Kali ini aku akan membuatnya sendiri, special untuk Mommy dan baby."

"Baiklah. Terimakasih daddy" jawab Lia dengan nada suara yang ia buat seperti anak kecil.

Arnov begitu gemas dengan tingkah istrinya, ia mengecup pipi putih itu begitu lama sesekali menggigitnya.

"Sakit ihhh" rengek Lia membuat Arnov terkekeh pelan.

Pria itu melenggang pergi ke arah dapur, Lia menatap punggung tegap suamimu dengan penuh cinta.

Tiba-tiba ia merasakan sakit di dadanya yang luar biasa seperti terhimpit dan diremas oleh benda tak kasat mata. Ia memukul pelan dadanya untuk mengurangi rasa sakitnya. Ini kejadian kedua kalinya yang ia rasakan setelah dirinya dinyatakan hamil.

Lia menarik nafas pelan lalu menghembuskannya secara perlahan, ia mengusap sudut matanya yang berair.

Wanita itu mencoba untuk tidak bersuara atau merintih, sebab dirinya sudah tahu jika kalung yang Arnov berikan terdapat sebuah perekam suara di dalamnya. Suaminya itu benar-benar overprotektif kepadanya.

Lia mencoba tersenyum seperti baik-baik saja kala mendengar suara langkah kaki suaminya, ia menyambut dengan antusias segelas susu hamil yang dibuatkan khusus untuknya. Kata Arnov tadi.

"Terimakasih, daddy" ujar Lia sembari meminum susu hamil tersebut.

"Apakah baby sehat?."

"Tentu saja, aku akan sehat sampai aku bisa terlahir di dunia" jawab Lia menirukan suara anak kecil.

"Bagaimana jika nanti kita pergi ke dokter?" usul Arnov yang gemar mengusap-usap perut rata istrinya.

Lia mengangguk setuju, "Kau juga harus meminta maaf kepada dokter Jane."

Arnov menghela nafas, "Jangan membahas hal itu lagi, sayang."

"Kita akan ke dokter kandungan terbaik di New York, dokter Jane tengah berada di California."

"Tetap saja kau yang salah dan untuk pergi ke dokter terserah kau saja" Lia meneguk susu hamil itu hingga tandas lalu melenggang pergi meninggalkan Arnov yang masih terduduk di sofa.

Pria itu mengepalkan tangannya, sorot matanya begitu tajam. Ia menyenderkan tubuhnya sejenak sembari menutup matanya, dirinya harus ingat jika Lia tidak boleh melihat sisi iblisnya.

_

Lia sudah siap dengan dress polos putih tulangnya, ia menenteng sebuah tas branded yang begitu mewah. Arnov merangkul pinggang istrinya, keduanya akan pergi tanpa supir tetapi beberapa bodyguard akan mengikutinya dari jarak jauh.

Arnov membukakan pintu mobil untuk istrinya, ia menghalangi kepala Lia dengan tangannya agar tidak terbentur.

Mobil mewah itu melesat pergi melewati jalan raya yang tak begitu padat oleh kendaraan. Arnov menyetir dengan pelan takut jika terjadi sesuatu pada istri dan calon baby-nya.

Arnov benar-benar luar biasa, ia bahkan membuat tempat duduk Lia senyaman mungkin. Di sisi kanan dan kiri terdapat bantal kecil lembut berbulu agar wanita itu tidak kesakitan saat membentur bagian sisi mobil.

"Kau yang membuat semua ini?."

"Hm. Aku hanya selalu memastikan kau dan baby merasa nyaman" jawab Arnov sembari menatap istrinya sekilas.

Lia merasa ia menjadi wanita yang begitu beruntung sebab dicintai oleh pria seperti Arnov.

"Terimakasih, Daddy memang terbaik."

Arnov tersenyum kecil, ia menggigit pipi dalamnya dengan kuat sebab merasa gemas dengan istrinya. Entahlah, menurutnya Lia begitu menggemaskan dan cantik.

"Kau akan menyayanginya, kan?" tanya Lia sambil menatap suaminya yang fokus menyetir.

"Tentu saja aku akan menyayanginya, kecuali jika dia laki-laki" jawab Arnov dan melanjutkannya kalimat terakhirnya dalam hati.

Lia tersenyum puas mendengar jawaban suaminya, jika seperti ini ia sudah tidak khawatir lagi dengan baby-nya. Arnov akan menyayanginya apapun yang terjadi.

Mobil mewah itu berhenti di depan rumah sakit, kedua pasangan suami istri itu segera turun dan menuju ruang periksa kandungan.

Seorang dokter wanita bersama dengan rekannya tengah gemetar kala memeriksa salah satu pasiennya, bukan karena penyakit parah yang di derita. Tapi karena siapa pasien yang datang padanya.

Sebuah tatapan tajam yang menghunus membuat dokter tersebut memeriksa dengan penuh kehati-hatian.

Ia menghela nafas lega telah menyelesaikan pemeriksaan dan point plusnya pasien memiliki kondisi tubuh yang normal.

"Kandungan nyonya baik dan sehat, saya sarankan untuk menjaga pola makan ya" ujar dokter tersebut dengan senyum se-ramah mungkin.

"Terimakasih."

"Jenis kelamin?" tanya Arnov dengan suara datarnya.

"Kandungan nyonya baru berjalan 3 minggu jadi jenis kelaminnya belum terlihat, tuan" jelas dokter tersebut dengan satu tarikan nafas.

Lia menggenggam tangan kekar Arnov, ia menatap suaminya yang tengah tersenyum tipis ke arahnya.

"Selamat tuan dan nyonya Nicholas, kalian akan segera menjadi orang tua."

Lia tersenyum, semoga saja semuanya berjalan seperti keinginannya jika Tuhan memiliki rencana lain ia hanya akan berdoa agar calon anaknya tetap hidup.

_

Terimakasih ✨

Bagaimana kabarnya para readers sekalian?

Maaf baru up, kemarin udah aku jelasin bahwa aku terkena culture shock di dunia kerja😭 tapi sekarang aku udah bisa beradaptasi dengan lingkungan

Bakalan aku usahain up cepet deh

Oh ya, kalo cerita ini terbit kalian bakalan antusias nggak?

Vote dan komen ya

Spam 'next' biar cepet update

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

ARNOVEA: Second Life His Wife Donde viven las historias. Descúbrelo ahora