BAB - 08

15 6 1
                                    


"Kinaya, apa kabar?" tanya Jevan dengan senyuman senang di wajahnya, Kinaya dengan bingung pun bingung mau menjawab dan menawarkan crepesnya pada Azel.

"Nih buat kamu, belum aku makan." ujar Kinaya dengan senyum di wajahnya membuat Azel tersenyum dan menerima crepes itu dengan senang hati.

Melihat itu Haikal sontak membagi dua crepesnya, tidak rela jika hanya Kinaya yang tidak makan sedangkan dirinya makan.

Jevan yang merasa di cueki pun langsung kembali bertanya, "Kinaya, apa kabar?" ujar Jevan tubuhnya lebih mendekat kearah Kinaya.

"Alhamdulillah baik-baik aja, seperti yang kamu lihat." sahut Kinaya mengembangkan senyumannya, membuat Jevan sontak tertegun karena melihat Kinaya lebih baik daripada sebelumnya.

"Ohh, Alhamdulillah kalau gitu ...." Jevan terdiam sejenak menggaruk lehernya yang gatal, Haikal menyuapi Kinaya dengan crepesnya.

"Ah, gue pergi dulu ya. Ada urusan." ucap Jevan setelah melihat jam di pergelangan tangannya dan langsung kembali menyalakan motor.

"Oh yaudah kalau gitu, hati-hati!" balas Kinaya sembari menerima suapan dari Haikal, Jevan mengangguk dan langsung pergi.

Andre seperti kebingungan kenapa Haikal membiarkan Kinaya untuk berbicara dengan cowok lain, apa tidak masalah?

"Dia kakakku, sedangkan yang cewek adekku. Jangan berburuk sangka ya." ujar Kinaya setelah menatap raut wajah Andre, setelah mengetahui hal itu Andre langsung mengerti dan kembali memakan crepesnya dengan santai.

"Ini yang terakhir, buat kamu aja." ujar Haikal memberikan Kinaya satu suapan lagi pada Kinaya tetapi Kinaya menolaknya karena sudah mulai enek dengan rasa Nutella.

Haikal menghela napasnya lalu memakan crepes itu hingga tandas, ia menghempas-hempas tangannya karena merasa kotor.

Beberapa saat kemudian mereka melanjutkan kegiatan mereka, seperti biasa mereka mencari tempat makan yang enak untuk di pakai makan malam.

•••

Kinaya turun dari motor dengan wajah penuh emosi, ia melepas kaos tangannya dengan kasar, lalu ia mengacak-acak hijabnya dengan air mata mengalir di pipinya serta berteriak kencang di pinggir danau, seolah ia mengutarakan semua rasa sakit yang ia rasakan.

Tidak ada yang mengetahui tempatnya saat ini, saat ini dirinya sendirian karena meninggalkan rombongannya terlebih dahulu.

Kinaya mengeluarkan emosinya dengan memukul rerumputan hijau, ia menangis dengan air mata yang tak terbendung ketika merasakan sakit di dada yang luar biasa. "Aku capek... Aku capek!" ia berteriak dengan suara yang dipenuhi dengan keputusasaan.

Tangis air mata yang terus mengalir di pipi, serta dada yang sakit di karenakan merasa dirinya benar-benar tidak berharga lagi.

Kinaya menarik napas dengan susah karena isakan yang membuatnya susah bernapas, Kinaya memukul dada nya dengan kuat serta dengan air mata yang terus mengalir deras.

"Capek... Hidup aku kenapa begini? Nggak beres! Nggak ada guna! Buat apa aku di lahirin, pada akhirnya aku juga nyesel karena di lahirkan." Kinaya menahan tangisnya dengan susah payah, ia mencakar wajahnya dengan amarah dan melempar hijabnya dengan kekecewaan, membiarkan rambutnya terurai. Ia merasa bahwa hidupnya tak berarti dan tak berharga, ia merasa bahwa ia telah gagal dalam menjalani hidupnya.

Kinaya secara instan bergerak untuk mengambil hijabnya saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Ketika ia hendak mengambilnya, ia tiba-tiba merasakan dekapan hangat yang menyelimuti tubuhnya.

"Sayang? Kenapa di buka hijabnya?" tanya Haikal dengan tatapan takut dan sedikit kecewa, Kinaya kembali mendekap tubuh Haikal serta menutupi wajahnya yang sembab karena menangis.

Luka Biasa | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang