24 | Let's Stop being Friends

17K 1.9K 49
                                    

Hai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai!

Absen dulu, siapa yang kangen Javas dan Sekar? 

Aku cuma mau berpesan. Di bab ini dibacanya pelan-pelan, dinikmatin, diresapi. Karena aku bikinya gak banyak. Biasanya bisa sampai 2500 kata lebih tapi ini gak sampai 1500. 

Tapi ini adalah fantasi terliar gue anjir. 

Tenang.. tenang. Masih di batas wajar kok. Tapi gue berharap semoga yang masih di bawah umur sebaiknya gak baca ini, ya. Gue kasih tanda deh. 

WARNING!! 🔞🔞

Happy Reading!

***

Javas menjemputku di bandara dengan setelan kerja yang masih lengkap—celana kain abu-abu dan kemeja biru langit yang cocok dengan kulitnya yang terang. Meski rambutnya sedikit acak-acakan, potongan undercutnya membuatnya terlihat sangat dewasa dan tampan. Garis rahangnya secara tegas membingkai wajahnya menjadi bentuk yang paling indah. Leher jenjangnya melengkapi penampilan memukaunya saat ini.

Aku terkesima selama beberapa detik. Hingga sampai saat ini pun, aku masih menanyakan tentang kenyataan bahwa seorang Javas Sanjaya telah menyukaiku.

Maksudku, ayolah, lihat bagaimana selama ini Javas selalu jadi tokoh utama disetiap cerita. Dia itu layaknya men written by women. Penampilan oke, otak encer, dompet tebel, karir melejit, dari keluarga baik-baik juga. Melihat akhir cerita ia akhrinya bersama perempuan sepertiku pasti banyak membuat penonton kecewa.

Ya gak begitu kecewa ku harap. Aku juga cantik kok.

Meski lebih cantikan mantan-mantan Javas.

Se self love self love-nya aku sama diriku sendiri, tetep aja kicep kalau disandingkan sama orang yang lebih cantik, pinter, dan classy dari pada aku. Dan rata-rata mantan Javas itu kayak gitu. Waktu kuliah aja mantan dia anak bos ciputra. Belum lagi cewek yang dulu gak sengaja aku temui waktu di bazar buku dengan Javas, si Evelyn. Bahkan namanya aja aku masih ingat padahal baru pertama kali ketemu.

"Hai," sapanya sambil memelukku. "Kangen banget."

"Lebay. Cuma dua hari gak ketemu juga."

Aku tuh seratus persen gugup loh. Jalan lihat Javas yang dada-dada dari kejauhan aja udah aku lambat-lambatin jalanku. Ada perasaan bahagia ketika Javas merengkuh tubuh mungilku. Aku selalu suka bagaimana dia membiarkan tubuhnya bersentuhan dengan tubuhku.

Javas lalu melerai pelukan kami dan memajukan bibirnya untuk mencium bibirku secepat kilat.

Aku sontak memukul lengannya. "Ck!" decakku.

Let's Stop being Friends [TAMAT]Where stories live. Discover now