Nathaniel You are my dream 01

37 9 0
                                    




    Fayagi Parvis atau biasa di sapa Yagi, tahun ini adalah tahun ke dua dia kuliah di Universitas Bina Internasional Jakarta. Tergabung dalam sebuah geng yang diberi nama Zodiac berisikan Leon, Ervian dan Alex dan dia sendiri. Geng yang tidak sengaja terbentuk karena para Mini’s-sebutan untuk fans mereka- membuat sebuah page dalam lingkungan kampus, dalam sekejap pengikut page tersebut melonjak. sejak saat itu terciptalah Zodiac dengan empat pria itu. 

Suatu sore salah satu member Zodiac yang di kenal dengan panggilan Yagi, menengok benda yang melingkar apik di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 10 lewat 15 menit. Pemuda berwajah dingin itu berjalan menyusuri trotoar, entah apa yang dilakukannya di tengah terik matahari siang ini.

Yagi mengenakan jaket denim entah karena motif atau memang warnanya yang terlihat agak lusuh dan terdapat robekan di masing-masing lengan jaketnya, tapi ketahuilah itu tidak bisa mengikis ketampanan seorang Fayagi.

Dengan earphone menyumpal sebelah telinga memutar lagu The Power dari band favoritnya The Rampage boyband asal Jepang. Yagi menganggukkan kepala karena irama musik yang didengarnya, pemuda blasteran Jepang itu kadang juga tersenyum simpul menatap layar ponsel miliknya bahkan terkadang sumpah serapah keluar darinya. 

"Bedebah kalian," umpatnya saat membaca ke randoman teman-temannya di grup chat. 

"Sialan!" lanjutnya terkekeh, sambil mengetik kata umpatan yang baru saja keluar dari bibirnya. 

Sesekali angin berhembus di atas batas langit cerah hari ini, memberikan suara daun di pepohonan yang saling bergesek. Di kejauhan dari arah berlawanan terlihat seorang pemuda tengah berlari dengan tergesa-gesa, wajahnya beberapa kali  menengok ke belakang, fokusnya terarah pada orang di belakangnya yang seperti tengah mengejarnya. Terlihat laju larinya mengikuti si pemuda.

Karena terlalu fokus menengok kebelakang si pemuda tak sadar dengan keadaan di depannya. Seperti kisah dalam novel tabrakan itupun terjadi, bedanya tak ada sentuhan cinta atau adegan slow motion, karena mereka jatuh dengan tidak elitnya.

Ponsel Yagi terlempar ke trotoar, bahkan kabel earphonenya pun putus. Setelah adegan meringis dan juga terkejut selama beberapa detik, Si pemuda bangun sambil memegangi lututnya yang tadi mencium trotoar.

"Aduuh~ eh Maaf maaf," ujar si pemuda. 

"Kalau jalan pake mata!" bentak Yagi, dia segera mengambil ponsel yang tergeletak tak jauh dari tempat dia jatuh. Mengeceknya dan bergumam, "Untung masih idup," kemudian matanya terarah pada si penabrak yang ternyata hanya remaja laki-laki usia belasan tahun, itu bisa dilihat dari wajahnya yang kekanak-kanakan. 

Remaja yang belum Yagi ketahui namanya ini lantas berjalan ke arahnya dengan kakinya yang sedikit pincang akibat terjatuh tadi. 

"Kak sorry banget ya," ucapnya dengan keringat bercucuran di dahi. Sepertinya itu karena ia berlari tadi. 

"Enak aja sorry sorry! lu gak liat headset gue putus!" Yagi menatap galak remaja di depannya dengan tangan mengarahkan headsetnya yg putus. 

"Kak, tolongin gue ya, please!" lanjut si pemuda, dengan raut wajah yang berubah panik ketika dua orang tiba-tiba muncul. Salah satunya terlihat masih muda mungkin seumuran Fayagi dan satu orang lagi sudah tua, lihat saja dia berlari dengan kepayahan. 

Fayagi awalnya tercengang melihat tiga orang yang tidak dikenalnya muncul begitu saja entah dari mana, malah kini orang yang menabrak dirinya justru bersembunyi di belakangnya. 

"Akhirnya ketemu. Sekarang kau tidak bisa lari!" ucap si pemuda yang baru datang dengan napas yang terengah-engah. 

"Kak tolongin, mereka mau culik gue!" ujar remaja yang bersembunyi di balik punggung Fayagi. Mendengar kalimat si remaja di belakangnya itu Yagi lantas memandang tajam orang di depannya. 

Zodiac in Love "lokal" Where stories live. Discover now