Lantai 2

148 9 0
                                    

Lantai 2
.
.
.
"Seto bangun nak, udah pagi ga sekolah kamu"

Pemuda yang disebut hanya melengu sebagai jawaban.

"Emmm"

"Jangan A.. Em.. A.. Em.. aja kamu entar bunda potong uang jajan kamu"

"Euummmm iyaa iyaaaa bangun"

Seto bangun menyandarkan tubunya ke tembok. Tapi matanya tetap terpejam. Vira yang melihat anaknya masih enggan bangun menjewer telinga seto.

Seto yang merasakan jeweran maut di telinganya pun mengadu kesakitan.

"Adu du du bun sakiittt, lepas bun nanti telinga seto putus niiiii" rengek seto yg meringis kesakitan

"Biarin salah sendiri dibangunin dari tadi gk bangun bangun, cepet mandi sana bunda tunggu di meja makan sama aji" seraya melepaskan jeweran pada telinga seto

Seto mengerucutkan bibirnya lucu "iya iya seto mandi"

Setalah itu seto melangkah ke kamar manadi sambil menggerutu kesal.

Gambaran rumah rusun per unit (anggep aja per unit punya tiga kamar)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambaran rumah rusun per unit (anggep aja per unit punya tiga kamar)

.
.
.

Di tempat dewa, ia sekarang sudah rapi dengan pakaiannya untuk berangkat ke kampus. Dewa ingin membuat sarapan akan tetapi saat membuka lemari es nya tidak ada bahan makanan yang tersisa, biasanya yang mengisi persediaan makanannya adalah om nya yang tinggal satu rusun beda unit dengannya. Dewa menghela nafas ia keluar dari unitnya menuju unit tetangganya, siapa lagi tujuan dewa kalau bukan bunda vira. Dewa memang sering meminta makan kepada bunda vira terkesan tidak tahu malu tapi apa daya, kesejahteraan perutnya lebih penting daripada gengsinya.

Setelah sampai di depan unit bunda vira dewa memencet bel unit tersebut. Tidak lama pintu itu terbuka memperlihatkan aji dengan wajah julit nya kepada dewa. Dewa yang di berikan sambutan seperti itu oleh aji hanya tersenyum tampan.

"Halo ji, abang numpang makan lagi ya" sapa dewa

Aji memutar matanya malas "cepet masuk"

Setelah di persilakan masuk dewa melangkah kedalam unit tersebut meninggalkan aji yg sedang menggerutu.

"Muka aja elit tapi mau makan sulit, untung gue kagak begitu" gerutu aji memandang punggung dewa dari belakang

.
.
.

Setelah dewa masuk ia berpapasan dengan vira yang tadi membangunkan seto.

"Lo De, ada apa?"

Dewa yang ditanya menyengir kuda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehe mau numpang sarapan bun, boleh kan"

"Oh boleh-boleh duduk aja tu bareng aji"

Vira menunjuk aji yang sedari tadi sudah duduk nyaman dengan meminum susunya sehabis membuka pintu untuk dewa. Dewa tersenyum sambil mengangguk mengiyakan ucapan vira.

Sedangkan vira menuju kedapur mengambil menu makanan yang sudah matang untuk dimakan bersama anak dan tetangganya itu. Tak lama itu seto keluar kamar dan menghampiri ke tiga orang yang sudah siap mengambil makanan mereka masing-masing, ia melihat dewa yang ada di rumahnya juga mengernyit bingung.

"Lo bang, ngapa dimari?"

"Numpang makan to, si om lupa ngisi setok makanan gue"

Dewa menjawab sambil mengambil nasi dan lauk pauknya.

"Oh gitu, btw bang lu kan juga mau ngampus gue sama aji nebeng boleh kan, gue mager ni bawa motor" jawabnya seraya duduk di samping dewa

Aji yang sedang makan dengan anggun melirik sinis kepada kakaknya.

"Aku bawa motor sendiri kak, ga usah ajak- ajak aku"

"Iye iye serah lu dah"

"Boleh kan bang?" Tanyanya lagi

Dewa mengangguk mengiyakan permintaan seto, hitung hitung buat ganti dia makan di rumah seto.

"Udah udah kamu tu makan dulu se nanti keburu telat, maaf ya de jadi ngerepotin kamu seto nya" ucap Vira

"Ga apa bun, sekalian kan kampus dewa juga searah sama seto"

Setelah mereka menghabiskan sarapan mereka berangkat kesekolah sedangkan vira ke butiknya.

"Seto/aji, berangkat ya bun assalamualaikum"

"Iya hati hati waalaikumsalam"

"Saya juga bun permisi"

"Iya de hati hati"

.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rusun CempakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang