[7] Just kiss me

81.2K 536 13
                                    

Hari esok adalah misteri.

Pernyataan itu benar sekali, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

Jennie tidak mengerti maksud dari hadirnya Galih dalam mimpinya kemarin, hingga pagi ini ia menemukan sosok itu depan rumahnya lengkap dengan motor besarnya.

Tadi Lastri bilang ada teman yang mencari. Sepengatahuan Jennie, ia hanya punya dua, itupun tidak ada yang mengetahui rumahnya. Sejatinya mereka cuma teman biasa yang tidak seakrab itu.

Ternyata teman yang dimaksud adalah Galih, seniornya di sekolah, sekaligus gebetannya. Jennie menyesal tidak berdandan sebaik mungkin sebelum keluar rumah. Membenarkan letak kacamatanya, ia berjalan menghampiri Galih.

"Pagi Li Jennie," sapa Galih, ia belum memakai helm full face nya, jadi senyumnya masih bisa terlihat dengan jelas.

Jantung Jennie berdetak tak karuan, ketampanan Galih. Rejeki nomplok pagi-pagi, membuat ia bersemangat. Padahal ia benci sekolah.

"Pagi Bang Galih, ada apa ya?"

"Kamu berangkat sekolah bareng aku ya, aku khawatir mawar buat masalah lagi."

"Ah, ternyata karena itu."

Galih mengangguk ia memberikan helm yang telah dipersiapkan. "Ayo naik."

***

Sekolah begitu sepi ketika mereka sampai, sama seperti setiap harinya bagi Jennie. Tetapi berbeda karena hari ini ia bersama dengan Galih.

Karena tidak ada orang, Galih mengajak Jennie naik ke atas rooftop gedung kelasnya. "Selagi masih lama masuknya."

Jennie hanya mengikuti jejak langkah kaki Galih, ia patuh-patuh saja akan ajakan. Menghabiskan waktu bersama Galih ada mimpinya yang ia pikir hanya sebatas halusinasi, kini ia berada bersama laki-laki itu, hanya berdua pula.

"Aku sering ke sini," kata Gali berdiri di pinggir gedung yang dibatasi tembok pembatas setinggi pinggang. "Anginnya enak, pemandangannya bagus."

"Wah. Dua tahun bersekolah, aku enggak pernah ke sini."

Benar kata Galih tempat itu sangat indah. Sisi lain dari sekolah yang mulai detik ini ia sukai, mungkin Jennie akan sering ke sana, sekadar istirahat atau agar bisa bertemu dengan Galih.

"Jenn, kamu dan Mawar ada masalah apa sebenarnya?"

Dari kemarin Galih tidak ada menyinggung tentang hal itu, ia hanya menyelamatkan Jennie berkali-kali. Sebenarnya Jennie tidak mau memberitahukan alasan sebenarnya, ia malu. Namun ia tidak tahu harus berbohong bagaimana.

"Mawar mantan aku waktu SMP."

Pengakuan Galih membuat Jennie refleks mendongak, sekadar melihat suara tadi beneran berasal dari mulut Galih atau hanya telinganya yang salah dengan. Ternyata itu benar dipertegas oleh kalimat lanjutannya.

"Biasa masih cinta monyet, saat itu aku bahkan nggak tahu arti cinta. Pengen cobain aja gimana rasanya pacaran. Tapi enggak sampai setahun kita putus karena Mawar selingkuh. Cih, masih bocah udah selingkuh."

Jennie manggut-manggut saja, ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Hatinya agak senang karena Mawar meninggalkan luka dalam hati Galih, kemungkinan mereka balikan sangat kecil.

"Kemudian ternyata kami satu SMA lagi, ia bilang dia menyesal dan mengaku salah. Tetapi udah terlambat. Lagipula memangnya aku pernah menyukainya?"

"Orang yang suka selingkuh memang nggak pantes dimaafin," celetuk Jennie kemudian. Banyak kasus perselingkuhan yang ia lihat di sosial media, ia benci sekali sama orang yang tega berselingkuh dan mengkhianati pasangannya.

Jennie dan Mas Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang