[25] Masalah

15.5K 259 6
                                    


"Brengsek kamu, Nu! Kamu bikin aku dalam masalah sedangkan kamu enak-enakan di sini!"

Tanu menyentuh pipi kanannya yang berdenyut sakit, ia bisa memastikan kulitnya area itu memerah, mungkin nanti akan menimbulkan bekas jari walaupun samar-samar. Matanya menatap sosok dengan aura kemarahan yang sangat kuat itu menatapnya tajam.

"Seno?" Ia terkejut akan kehadiran temannya itu, memikirkan bagaimana bisa Seno mengetahui lokasinya. "Kamu kenapa kemari?"

"Kenapa? Kaget ya? Kamu ketahuan cuma berpura-pura selama ini, biar kamu bisa berleha-leha, sedangkan aku mati-matian mempertahankan bisnis kita!"

Seno menarik kerah baju Tanu, bersiap melayangkan tinjunya. Tetapi Tanu menahan, ia berkata, "Siapa yang pura-pura Sen?"

"Pakai nanya, ya jelas kamu lah!" Seno mendorong tubuh Tanu kuat, napasnya terengah-engah. Dirinya dilanda emosi hebat, dalam keadaan kepala penuh masalah begini ia tidak bisa berpikir dingin.

"Aku?" tanya Tanu kebingungan dengan semua tuduhan yang dikatakan Seno, ia menujuk dirinya sendiri, tidak habis pikir. "Demi Tuhan, Sen. Aku enggak pernah bohongin kamu tentang apapun, kamu sendiri tahu keadaan aku pasca kehilangan adik aku, kamu juga yang nyaranin aku ke sini."

"Ya, aku pikir kamu benar-benar sedih, Tanu. Ternyata kamu malah bersenang-senang." Seno merogoh saku celananya mengambil lebaran foto-foto yang ia terima kemarin malam, yang membuatnya menjadi hilang akal dan segera menuju ke tempat Tanu. Foto-foto itu Seno lempar ke wajah Tanu.

"Seru ya sembunyi di sini, apalagi ada mainan cantik," sindirnya.

Tanu memungut foto-foto itu, melihat satu persatu alasan yang membuat Seno semarah ini. Ternyata foto itu berisi kegiatannya dengan Jennie, beberapa foto menunjukkan pose romantis mereka dan yang membuat alis Tanu menukik tajam ke atas adalah satu foto yang menunjukkan ia dan Jennie tengah berciuman di pantai Minggu lalu.

"Ini darimana?"

"Nggak penting dariman, yang jelas kamu bohongin aku Nu!" Seno masih dengan amarahnya.

"Sen, aku bisa jelasin ini semua. Kamu tenang dulu, ini pasti ulah orang yang mau ngadu domba kita."

***

Masih ingat mengenai Tanu yang punya usaha cafe yang dirintis bersama satu orang sahabatnya. Iya, sahabatnya itu Seno. Mereka seumuran, akrab karena satu kampus ketika kuliah dulu, bukan hanya sekedar satu kampus tapi juga sefakultas, sejurusan, dan sering satu kelas pula.

Mereka memulai bisnis sejak semester akhir, usahanya semakin maju di tahun kedua sehingga berani melebarkan sayap dengan membuka beberapa cabang di Jabodetabek.

Semuanya berjalan dengan lancar. Apalagi dewasa ini, konsumen dan penikmat kopi juga tempat estetik kian banyak membuat omset mereka setiap tahunnya melonjak naik.

Sudah lima tahun berjalan. Kemudian datang beberapa masalah, seperti pesaing yang kian banyak juga komplain pelanggan yang semakin ramai. Di beberapa cabang banyak keluhan, mau tidak mau, baik Seno dan Tanu kali ini harus turun ke lapangan melihat kondisi yang sebenarnya dan memutar otak untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Namun, sudah beberapa bulan ini Tanu meninggalkan bisnisnya. Otomatis yang mengurus semua masalah kini adalah Seno. Sebenarnya awalnya Seno tidak masalah, ia sendiri melihat bagaimana kondisi Tanu saat itu, seperti manusia yang tidak niat hidup lagi.

Walaupun Tanu kerap mengawasi dan menghubungi Seno lewat email, ia juga bekerja dari jauh tetapi itu tidak sebanding dengan lelahnya Seno.

Ditambah kini permasalahan bisnis mereka bukan tentang komplain pelanggan, tetapi juga penurunan pendapatan dan dua cabang mereka terancam gulung tikar karena dua alasan, satu karena terjadi kebakaran satu lagi karena tidak dapat penghasilan yang sesuai perbulannya.

Jennie dan Mas Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang