PNY 16

175 26 7
                                    

"Tolongin, Vania." Pekik Neni.

"Kita bawa ke rumah sakit." Putus Vania cepat.

"Iya."

Sebenarnya bisa saja Vania menelepon klinik meminta dikirim ambulance tapi itu otomatis Lukman akan dibawa ke klinik, ditangani di sana. Ia khawatir hal tersebut membuat Lukman semakin sakit. Karena di klinik ada Emi dan juga Budi. Vania pun memutuskan membawa Lukman ke rumah sakit daerah dengan menggunakan taksi online.

"Gimana, Van?" Tanya Neni saat Vania kembali setelah sempat dipanggil dokter. Neni yang khawatir pada Lukman memutuskan tetap menemani Lukman dan Vania yang berbicara dengan dokter yang menangani Lukman.

"Lukman disaranin buat dirawat beberapa hari, Ma." Ujar Vania.

"Iya rawat aja." Sahut Neni. "Ohh iya Ahsan udah bisa dihubungi belum?" Tanya Neni kemudian.

"Tadi sih belum tapi sebentar, Vania coba lagi."

Semenjak kemarin memang Neni dan Vania menghubungi via telepon, hendak mengirim pesan takut mengganggu konsentrasi Ahsan sehingga mereka ingin memastikan dulu kondisi Ahsan di sana melalui respon suara baru memberitahu kondisi Lukman di sini.

"Belum, Ma." Timpal Vania. "Apa sekarang kita kirim pesan aja ya, biar pas udah selesai bisa langsung tahu."

"Jangan, nanti aja."

"Iya, Ma." Angguk Vania.

***

"Kalian nggak bulan madu?" Tanya Yanuar saat mereka tengah menikmati sarapan di restoran hotel tempat mereka menginap.

"Nggak, Pa."

"Kenapa?"

"Mas Budi ada pemeriksaan pap smear gratis yang diselenggarakan klinik. Nggak bisa ditinggal gitu aja."

"Oalah... Sibuk ya, Bud?!"

"Nggak terlalu sih, Pa. Biasa aja."

"Ya pokoknya Papa nitip Emi. Kalian itu cocok, tolong tetap saling jaga apa pun masalah yang kalian hadapi nanti. Dan satu lagi yang penting, cepet kasih Papa cucu." Ujar Yanuar Emi yang sontak membuat Budi tiba-tiba tersedak.

***

Ahsan sengaja pulang tanpa memberitahu Vania, ia ingin memberi kejutan.

"Vania lagi istirahat?" Tanya Ahsan yang sesampainya di klinik langsung menuju loket pembayaran.

"Hari ini Vania izin nggak masuk, dok." Jawab Irna.

"Kenapa?" Tanya Ahsan dengan dahi berkerut.

"Mungkin sakit lagi, dok. Soalnya kemarin terakhir kerja, Vania jatuh pingsan."

"Vania pingsan?"

"Iya, dok."

"Makasih." Ucap Ahsan sembari cepat berlalu. Ia berjalan cepat kembali menuju parkiran. Ia terus berjalan sembari mengeluarkan ponselnya. Mencoba mengontak satu nomor yang mulai dihapalnya. "Van?!" Serunya saat panggilan suara pada Vania terhubung.

"Dok."

"Kamu di mana?" Tanya Ahsan dengan nada tidak biasa.

"Di rumah sakit."

"Rumah sakit? Rumah sakit mana? Kamu kenapa? Kan udah saya bilang ada apa-apa kabari saya. Cepet kasih tahu kamu ada di rumah sakit mana?" Cerocos Ahsan.

"Rumah sakit daerah, dok."

"Oke. Kasih tahu kamu ada di ruangan apa via chat." Titah Ahsan sembari menutup telepon dan menancap gas lebih dalam lagi.

Pura-Pura Nikah YukOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz