18. Menjadi bahan gosip

3.6K 253 2
                                    

"Selamat pagi, Mbak Oci," sapaan itu terdengar dari salah satu karyawan magang bernama Namira.

"Selamat pagi, juga, Namira," balas Oci ramah. "Berangkatnya pagi banget, Nam," lanjutnya setelah melihat jam yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh.

"Iya, mbak, aku takut telat kayak kemarin," balas Namira. Jelas ia kapok setelah mendapat omelan dari Jessica.

"Selamat pagi." Baru saja dibicarakan, Jessica datang dengan dua cup carrier di tangannya. "Ini kopi buat kalian," lanjutnya sambil menyerahkan masing-masing satu gelas kopi susu dingin kepada Oci dan Namira.

"Makasih, Mbak Jess."

Jessica mengangguk, "Eh, Ci, lo tau apa nggak?"

"Apa, Mbak Jess?" Bukannya Oci yang bertanya melainkan Namira yang ikut kepo.

"Bima naksir sama lo, Ci," ujar Jessica, ia terlihat antusias. "Gue tau, sih, banyak yang naksir sama lo, tapi ini, tuh, Bima Aditya."

"Emangnya Bima siapa, mbak?" tanya Namira. Sepertinya ia sendiri belum pernah mendengar nama Bima.

"Lo nggak kenal, dia salah satu illustrator di perusahaan ini. Dia, tuh, cakep banget, anak orang kaya lagi," ujar Jessica dengan heboh.

Oci hanya diam menyimak. Lagipula ia juga sudah tau dan tidak ingin tau lebih dalam. Kenal saja tidak, ngapain terlalu peduli.

"Lo tau kan orangnya, Ci?" Jessica kembali menatap ke arah Oci.

Oci menggeleng, "Nggak tau, mbak."

"Serius? Padahal dia pernah ngobrol sama lo."

Oci tampak berpikir. Bagaimana ia bisa ingat kalau yang mengobrol dengannya di perusahaan ini saja ada banyak. "Gue lupa, mbak."

Jessica menarik kursinya dan duduk di samping cubicle Oci, "Kali ini lo nggak boleh nolak dia."

"Kok gitu?"

"Ini Bima, loh, Ci. Lagian kalian juga seumuran kan?"

"Mbak, lo kan tau gue nggak mau berurusan sama laki-laki."

"Sekali aja nggak mau? Sayang kalau disia-siain."

Oci bingung, mengapa yang ngebet dirinya jadi dengan Bima malah Jessica. Padahal Jessica juga tau kalau Oci anti dengan yang namanya laki-laki.

"Nggak, mbak."

Jessica tampak cemberut, "Kenapa Bima malah naksir lo yang nggak mau sama dia padahal banyak cewek yang suka sama dia di kantor ini."

"Emang cowok, tuh, gitu, Mbak Jess. Mereka lebih suka mengejar daripada dikejar," ujar Namira.

"Gitu, ya?" tanya Jessica. "Emang aneh cowok, tuh."

***

"Serius bukan kita, pak," ujar Wildan yang kini tengah berada di pantry bersama Bima dan Galang.

"Terus siapa? Yang tau Radhit udah nikah cuma kalian berdua dan sekarang semua orang jadi tahu," ujar Galang. Ia frustasi karena kabar pernikahan Radhit tersebar di seluruh perusahaan. Ia sampai heran, ini tempat bekerja atau tempat gosip, sih.

"Sabila bilang dia dapet info dari anak produksi, pak." Wildan masih berusaha menjelaskan bahwa ia tidak membocorkan apapun tentang status Radhit.

Galang menghela napas, "Ini kalau Radhit tau, bisa ngamuk dia," ujarnya. "Ya udah, saya duluan," lanjutnya.

Sementara di lobby, Radhit yang memang baru datang pukul 10 pagi karena harus menemui salah satu penulis spesial, menyapa orang-orang yang ia kenal. Namun, ia sedikit heran ketika sikap orang-orang tidak seperti biasanya. Mereka tersenyum sangat lebar ketika menyapa Radhit, karyawan yang tidak begitu Radhit kenal pun menatapnya dengan tatapan yang aneh menurutnya.

Our Traumas [End]Where stories live. Discover now