24. Mencoba saling terikat

3.7K 247 3
                                    

⚠️Little bit 21+⚠️

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga Oci dan Radhit harus kembali bekerja di hari Senin. Masih seperti biasanya, mereka akan sarapan bersama dan berangkat sendiri-sendiri.

Pagi ini, Oci harus melakukan rapat bersama editor lainnya untuk mendiskusikan event tahunan yang akan mereka lakukan.

"Besok kita lanjutin rapatnya sama Mas Radhit." Narendra sebagai pemimpin rapat kali ini mengucapkan kalimat penutup.

Mereka semua berjalan keluar ruang rapat dan menuju cubicle masing-masing.

"Mbak emang bener, ya, kalau mau ada outing?" tanya Namira kepada Jessica yang berada di cubicle-nya.

Jessica mengangguk, "Iya, minggu depan."

"Kita yang magang sendirian di kantor dong, mbak. Atau kita libur dulu?" Pertanyaan itu kembali dilontarkan oleh Pandu.

"Outing-nya ada dua kloter, Nam. Jadi kalian tetep bisa masuk karena nggak semua karyawan ikut kloter minggu depan." Kedua karyawan magang tersebut mengangguk paham.

"Kalau Mbak Jess ikut yang kapan?" tanya Namira.

"Ikut yang minggu depan, dong," balas Jessica dengan riang. "Biar refreshing dulu sebelum ngurusin event."

"Kalau Mbak Oci?"

Oci menoleh ketika mendengar namanya disebutkan, "Kenapa?"

"Mbak Oci ikut outing yang kloter berapa?" Pertanyaan kembali dilayangkan oleh Namira.

"Minggu depan, Nam." Oci dan Radhit memang sudah membahas perihal ini beberapa hari yang lalu. Radhit juga dengan senang hati mendaftarkan namanya dan Oci ke dalam kloter pertama agar mereka bisa liburan bersama meskipun hanya liburan yang disediakan kantor.

"Bagus, kita satu kloter. Kita emang harus refreshing dulu sebelum lembur sebulan," ujar Jessica. "Tapi sayang Mas Radhit sama Narendra nggak bisa ikut di kloter pertama."

Oci menatap Jessica bingung. Maksud Jessica apa? Namun, belum sempat Oci bertanya, Pandu lebih dulu melayangkan pertanyaan.

"Emang kenapa, mbak?"

"Mereka harus ke Surabaya. Katanya, sih, ada obrolan yang harus langsung disampaiin ke kantor pusat di sana, tapi menurut gue mereka disuruh ngebujuk biar anggaran event kita ditambahin. Lo tau sendiri anggaran kita dipangkas gara-gara event tahun lalu nggak berjalan lancar."

"Kok nggak ada info apa-apa, ya, mbak?" tanya Oci. "Biasanya kan kita dikasih penawaran siapa yang bersedia ikut ke kantor pusat," lanjutnya.

"Karena Narendra doang yang daftar outing di kloter kedua diantara kita-kita yang ngurusin event itu."

Oci bingung, Radhit tidak mengatakan apapun kepada dirinya, terkait bussines trip yang akan dilakukannya. Kalau begitu tandanya ia tidak mendapat jadwal outing yang sama dengan Radhit.

"Mbak, kalau outing gini boleh ajak keluarga nggak, sih?" tanya Namira yang kembali membahas masalah outing.

"Nggak lah, kenapa emangnya?"

"Kalau boleh, aku mau dong jadi keluarganya mbak," balas Namira lalu terkekeh.

"Perusahaan ini pengertian sama kita-kita yang jomblo sekaligus anak rantau. Ya, nggak, Ci?" Oci hanya membalas dengan senyuman tipis. Ia lebih memikirkan bussines trip yang akan dilakukan oleh Radhit.

***

Seperti biasa, setelah makan malam bersama mereka akan kembali ke kamar untuk bersantai. Kali ini mereka memutuskan untuk menonton film di salah satu platform berbayar.

Our Traumas [End]Where stories live. Discover now