bab 2. Menerimanya

675 36 11
                                    

Almira memutuskan kembali ke kontrakan setelah bertemu dengan Tante Tina. Almira bingung haruskah dia menyewakan rahimnya atau tidak. Namun tawaran yang diberikan Tante Tina sangat menggiurkan.

"Satu miliar."

"Satu miliar!" Almira terus aja bergumam menyebut uang satu miliar.

"Kapan lagi coba punya uang satu miliar."

"Almira, lebih baik terima saja. Bukankah dengan satu miliar kamu bisa membayar hutang kedua orang tuamu. Bukan hanya itu aja, sisanya juga bisa kamu pakai untuk masa depan kamu dan adik-adik kamu," ucap Almira pada dirinya sendiri.

Pada saat Almira akan pulang. Tanpa sengaja Almira hampir saja ditabrak oleh mobil.

"Aaa!" jerit Almira.

Orang yang hampir menabrak Amira pun keluar dari mobilnya.

"Maaf.... Apa mba baik-baik saja?" tanya laki-laki yang memakai pakaian kantor itu.

"Tidak apa-apa saya hanya kaget saja," balas Almira.

"Oh ya sudah kalau gitu."

Mendengar jawaban Almira yang baik-baik saja. Laki-laki itu pun masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Almira di tengah jalan.

Almira yang melihat itu hanya mendengus kasar. "Dasar orang kaya, cuma gitu doang gak ada tanggung jawabnya sama sekali."

Almira pun kembali melanjutkan langkahnya pulang ke kontrakan.

Keesokan paginya, Almira memutuskan untuk berbicara pada sahabatnya tentang rencananya yang ingin menerima tawaran dari Tante Tina.

"Pan, gue pengen bicara sama lo."

"Bicara tentang apa, Al?" tanya Pandu.

"Gue kemarin ketemu sama Mami Dewi. Gue mendaftar menjadi salah satu pelacurnya."

Pandu mendengar kejujuran sahabatnya seketika membuka mulutnya lebar-lebar. "Astaghfirullahaladzim, Al. Lo udah gila ya, itu dosa."

Almira menghembuskan nafasnya pelan. "Gue tahu itu dosa. Tapi gue nggak punya pilihan lain. Coba kasih tahu gue gimana caranya bisa dapat uang 200 juta dalam satu minggu. Pinjam uang ke bank sekalipun nggak akan secepat itu. Dan gue juga nggak punya jaminan ke Bank gue gak punya benda berharga."

"Tapi kan masih ada cara lain," ucap Pandu

"Cara lain apa?" tanya Almira.

"Gak ada, Pan. Gue nggak mungkin biarin Ibrahim jadi jaminan penebus hutang."

"Al, kalau gitu lo nikah aja sama gue. Soal kebutuhan Ibrahim dan kebutuhan lo. Biar jadi tanggung jawab gue."

Almira tertawa dengan ucapan sahabatnya yang ingin mengajak dirinya menikah.

"Pan, kalau soal kebutuhan sehari-hari. Gue juga masih bisa kok. Tapi ini masalahnya hutang, coba kasih tahu sama gue mana ada orang mau pinjaman gue 200 juta tanpa syarat. Nggak ada."

"Dan semalam kencan gue gagal."

"Itu artinya, Allah masih sayang sama lo. Allah nggak mau lo masuk ke dalam lubang dosa."

"Iya, Allah masih nolong gue dari buaya darat. Tapi gue malah dapat tawaran jadi ibu pengganti. Ada seorang ibu-ibu yang mau nyewa rahim gue."

Kali ini Pandu semakin terkejut setelah sahabatnya bilang mau jadi pelacurnya Mami Dewi. "Sewa rahim? Almira lo jangan ngada-ngada deh, lo itu masih perawan. Masa mau jadi ibu pengganti. Nggak setuju ya, ini ancamannya nyawa."

"Tapi kayaknya gue mau terima tawaran itu. Asal lo tahu, ibu-ibu itu mau ngasih gue satu miliar kalau bersedia jadi Ibu pengganti."

"Al, gue itu sayang sama lo. Gue nggak mau jika terjadi sesuatu sama lo. Gimana kalau misalkan lo mati pas ngelahirin itu anak hah? Lo nggak mikir sama adik lo yang masih pada kecil itu."

Rahim sewaanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ