02 : my youth

302 34 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!!
.
.

The dreams you and I drew in the starlight back then
Beautiful memories of crying and laughing together
That enchanting time, we have been since that day
I won't forget the hot days, people
Remember our youth.

............

Malven menghempaskan tubuhnya di sofa apartemen, suasana yang sepi dan senyap sepertinya sudah menjadi hal yang sangat biasa bagi lelaki yang masih mengenakan jas putih kedokteran tersebut.

Sebenarnya Ia begitu malas, bahkan untuk sekedar mandi dan mengganti pakaiannya sendiri, sedikit menyesali keadaan kenapa dia tidak pulang ke apartemen Sean yang sudah dipastikan lebih ramai daripada di tempat mati ini.

Suara bunyi bel apartemen, membuat lelaki dengan alis camar itu mengerutkan dahinya dan membuka mata. Ia melepaskan jas putihnya, terpaksa bangkit dari sana karena khawatir jika tamu diluar sekiranya adalah orang yang penting. Yah, meskipun bisa Ia duga jika itu hanyalah teman-temannya.

Malven sempat tertegun melihat siapa yang kini berdiri di depan pintu, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut namun juga tidak begitu menyambut kedatangan tamu tersebut.

"Kak."

Seorang gadis dengan Hoodie abu-abu kebesaran dan topi hitam serta tas ransel navi itu mendongak untuk menatap kedua mata lelaki yang terlihat mirip dengannya itu.

Malven menghela nafas, "Ngapain kesini?"

Bukannya menjawab, gadis yang sering dipanggil Manda itu menggeleng dan menyerobot masuk ke dalam apartemen tanpa permisi.

"Manda." Malven berbalik dan mengikuti langkah gadis remaja yang berjalan menuju sofa itu.

"Kakak udah makan?" Tanyanya seraya tersenyum lebar.

Malven tidak menjawab, ia masih menatap gadis yang merupakan adik kandungnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ia bangkit berdiri, "Mau Manda masakin gak? Aku udah bisa masak loh sekarang."

"Gak perlu, gue udah makan."

Mendengar itu, sang adik kembali duduk, Ia menatap sekeliling apartemen milik Malven yang nampak sangat kosong. Tidak ada pajangan dan hiasan apapun di dinding maupun lemarinya. Hanya ada beberapa buku, yang bisa gadis itu tebak adalah jurnal-jurnal kedokteran.

"Ngapain kesini?"

"Cuma kangen kakak." Ujar gadis itu masih dengan senyum lebarnya.

Malven menghela nafas, "Pulang sana, nanti diomelin."

"Gapapa, cuma sebentar." Ia menatap Malven menyakinkan, "Aku habis les."

"Pulang Manda."

Gadis itu menghela nafas dan menunduk seraya memainkan jari-jarinya, "Kakak bisa gak ambil raport aku semester ini?"

Malven mengangkat sebelah alisnya, "Emang papa mana?"

"Papa gak bisa, dia sibuk, ada dinas."

"Kamu yang milih buat hidup sama orang sibuk itu."

"Kak." Manda meremas ujung bajunya, "Gak bisa ya? Masih dua bulan lagi kok."

"Suruh bi endah aja." Lelaki jangkung itu menatap tegas, "Bisa kan?"

Manda mengangguk pelan, Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar seperti saat pertama kali datang. Lalu dengan menyampirkan ranselnya kembali, Ia berdiri dan berniat pulang dari sana.

From Home [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang