07. Jiwa Aquila

127 10 0
                                    

Didalam kamar yang begitu luas itu, Asterea kini telah sadar dan tengah bersandar di tempat tidurnya. Beberapa saat yang lalu sebelum ia sadarkan diri, sebenarnya ia bermimpi bertemu seseorang dengan bayang - bayang yang tidak jelas.

Asterea melihat, dalam mimpi itu ada sebuah penyiksaan dimana Alenka yang duduk tengah diikat dikelilingi beberapa orang berjubah hitam yang sulit ia ingat.

"Alenka,"

Setelah memanggil nama Alenka, Asterea dibuat bingung, karena pasalnya saat Asterea memanggil Alenka pasti akan datang waktu itu juga.

"Alenka?" Panggil nya sekali lagi.

"Aku disini,"

Dan untungnya saat panggilan ke dua Alenka langsung menampakka dirinya disamping Asterea.

Alenka, roh gentayangan yang bukan roh itu sebenarnya masih marah dengan Asterea sebab rencana gadis itu yang membahayakan nyawanya, apa lagi menyangkut dengan black magic.

"Kau masih marah?" Tanya Asterea yang langsung di perlihatkan wajah tak bersahabat milik Alenka. "Oh ayolah, aku melakukan ini demi kebaikan kita semua,"

"Kau terlalu membahayakan nyawa mu, Rea. Ingat, mereka saat ini mengincarmu, kau pikir saja jika apa yang mereka mau tercapai."

"Negeri ini akan hancur lebur, dikuasai oleh black magic."

"Dan kau tahu itu, kenapa malah menggunakan cara ekstrim itu?"

"Maafkan aku,"

Alenka menghela napas dengan kasar, mereka berdua tidak bisa bekerja seperti ini tanpa adanya dukungan. Asterea malah mencari dukungan dengan cara ekstrim dengan mempertaruhkan nyawanya.

Awalnya Alenka sudah menolak untuk rencana dadakan Asterea kali ini, sebenarnya juga sudah ia tolak. Namun, raga Asterea saat ini di isi oleh jiwa Inara yang keras kepala, jadi sulit untuk berbicara dari hati ke hati padanya.

"Untung saja Saintess Amoreba berada di pihak kita, dia membantu dengan sebisa mungkin." Ucap Alenka.

Alenka menatap Asterea yang kini juga tengah menatapnya. "Jangan lakukan hal seperti itu lagi, Rea. Kau mengerti?"

Asterea mengangguk, hanya itu yang bisa ia lakukan. Gadis itu tahu, tahu bahwa dirinya itu salah karena telah membil langkah yang membahayalan dirinya.

Bayangkan saja, jika tidak ada bantuan Saintess Amoreba dibelakangnya, mungkin Asterea masih sekarat sampai saat ini.

Alenka tiba - tiba mendengar suara dari luar, membuat dirinya langsung memberikan kode kepada Asterea. Dan untungnya Asterea memahaminya.

"Bisa aku masuk?"

Mata Asterea melotot dengan sempurna sembari menatap Alenka dan pintu kamarnya bergantian.

Itu Duke Bryan, kenapa tiba - tiba pria itu menghampiri kamar Asterea yang seharusnya mustahil terjadi jika itu Duke Bryan.


* * *

Dan disini lah Bryan berada, di salah satu kamar yang ada di kediaman utama sang Duke.

Tidak ada percakapan sampai saat ini, sampai dimana akhirnya Asterea lah yang membuka suara terlebih dahulu.

"Apa ada yang anda butuhkan, Duke?"

Bryan menoleh kearah Asterea, apakah dia harus menanyakan soal apa yang di katakan oleh Erika barusan?

Tapi, memang harus Bryan tanyakan, karena dia adalah tipe laki-laki yang tidak suka bertele - tele.

The Duchess Where stories live. Discover now