21. End.

1K 87 11
                                    

Malam hari yang cukup dingin Rin berdiri tepat di depan rumah wanita yang sangat ia cintai. Berharap bisa melihat wanita itu malam ini, tapi itu tidak mungkin karena ini sudah sangat larut.

Senyum sedih muncul di wajahnya, Rin perlahan maju dan menaruh boneka katak hijau yang dia sendiri tidak sadar kalau boneka itu selalu ada didalam tasnya. Boneka itu dan sepucuk surat ia taruh tepat di depan pintu masuk rumah [Name].

"...Maaf... Selamat malam, dan..."

***

Keesokan paginya [Name] terbangun dan segera siap-siap untuk berangkat, sebelum itu ia memeriksa ponselnya.

"Apa-apaan ini?" Tangannya gemetar seketika setelah membacanya, [Name] bergegas keluar kamar dan ingin menuju sekolah secepatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa-apaan ini?" Tangannya gemetar seketika setelah membacanya, [Name] bergegas keluar kamar dan ingin menuju sekolah secepatnya.

Mamanya yang melihat [Name] terburu-buru merasa heran dan menghentikannya. "Sayang! Ada apa?"

"Rin... Aku berangkat dulu." [Name] dengan cepat membuka pintu dan berlari sekuat tenaganya menuju sekolah.

Apa maksud omongannya? Jangan bercanda, Rin. Batinnya saat ia masih terus berlari.

Saat masih berlari [Name] tidak sengaja menabrak Chigiri dan keduanya terjatuh.

"Ah! Maaf! Hyo-chan gapapa?"

Chigiri meringis sambil mengusap bokongnya yang terasa sakit. "Kenapa lari-lari?"

"Hyo-chan, beri tahu aku dimana rumah Rin?!" Ucap [Name] antusias.

"Huh?! Apa maksud mu? Memangnya kenapa?" Tanya Chigiri bingung sambil bangun dan mengulurkan tangannya untuk [Name].

Saat [Name] mengambil uluran tangan itu, ia tak langsung bangun karena tak sengaja melihat siaran televisi di sebelahnya yang merupakan toko elektronik.

"Hyo-chan?... Itu.."

"Bangun dulu, ayo.." Chigiri menguatkan genggamannya dan membantu [Name] bangun. "Akan aku antar, jangan menangis. 'Dia' pasti sedih..."

***

"Gak, gak mungkin... Rin.." ucap Sae lirih saat dia melihat siaran tv pagi ini.

Teriakannya memenuhi ruangan dan menyebabkan kedua orang tuanya keluar dari kamar bersamaan.

"SAE?! Ada apa? Kenapa kamu-.." ucapan bundanya terhenti ketika melihat televisi dan ikut menangis sebelum akhirnya ia pingsan tidak sadarkan diri.

"BUNDA?!!!.. AAAAA!!!!" Teriakan Sae terdengar lagi sambil memeluk bundanya, suaranya berubah menjadi lirih.

"Salah... INI SEMUA SALAH AYAH!!! Kenapa ayah selalu menyiksa Rin? Kenapa?.." Lagi-lagi dia merasa gagal menjadi seorang kakak, dia tidak bisa menyelamatkan adik yang dia sayangi untuk kedua kalinya.

Sedangkan ayahnya hanya diam, dia tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang adalah ulahnya. Dia baru menyadari bahwa dirinya terlalu keras memperlakukan Rin, padahal anaknya itu tidak salah apapun.

***

Setelah beberapa jam berlalu akhirnya jasad Rin ditemukan oleh petugas kepolisian pada pagi hari, dan benar saja bahwa itu adalah Rin.

"Korban berinisial I.R ditemukan tewas karena melompat dari jembatan. Kami menemukan beberapa alat tulis dan kartu nama di tasnya yang tergeletak di tempat sebelum korban melompat..."

"Oi, oi.. apa-apaan ini? Berita gak jelas! Bohong kan? Mimpi sih ini.." Raut wajah Reo berubah pucat dan langsung mengambil ponselnya untuk mengirim pesan.

Dia melihat sudah banyak pesan di grupnya, banyak yang tidak percaya namun Chigiri memberikan jawaban pasti karena saat ini lelaki itu tengah menemani [Name] yang terus menangis di rumah Rin.

"..."

"Reo?! Kenapa sayang?" Tanya mamanya khawatir karena dia melihat anaknya menangis.

"Sayang?" Tak ada jawaban dari Reo dan dia hanya terus menangis.

***

Tak ada bedanya antara Reo dan teman-temannya yang lain, mereka semua menangis ketika sudah tiba di rumah duka. "Dimana [Name], Chigiri?"

Wajahnya yang sudah tidak karuan karena menangis hanya bisa menunjuk ke arah [Name] yang sedang bersama Sae. Wanita itu sudah berhenti menangis namun ekspresinya benar-benar hilang, Sae terus mengelus rambut [Name] menyalurkan kasih sayang dan juga semangat padanya.

"Maaf..."

"Bukan salahmu... Rin yang seharusnya minta maaf padaku, nii-chan.." suara [Name] terdengar lirih.

"Mau melihat kamar Rin?" Tanya Sae dengan suara tenangnya. Mustahil dia bisa menerima hal ini, hanya saja dia harus terlihat kuat saat di depan [Name] sebagai kakaknya.

[Name] mengangguk dan mengikuti Sae masuk kedalam kamar Rin. "Kalau tidak salah aku pernah melihat gantungan di sekitar sini." Kata Sae saat dia sedang mencari sesuatu di laci Rin.

"Gantungan?" Gumam [Name] dan hanya memperhatikan Sae yang masih sibuk mencari gantungan itu.

"Iya, aku pernah mengintip Rin sedang membuat gantungan. Dia bilang 'aku ingin memberikan ini sebagai permintaan maaf' begitu katanya, ku rasa itu untuk mu. Dia memperlakukan mu dengan tidak baik, kan? Aku tahu hal itu, sudah sering ku omeli tapi dia tidak mendengarkan ku... Ini dia." Sae mengangkat gantungan akrilik yang Rin buat sendiri.

[Name] mengambil gantungan itu dari tangan Sae dan melihatnya lebih dekat. "Bunganya?... Dia pasti berpikir agar aku tidak melupakannya, ya?"

"Forget-me-not, bunga yang indah bukan?" Tanya Sae dengan raut wajah yang sedih. "Juga kenangan yang indah..."

***

Extra part lanjut>>>

Extra part lanjut>>>

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Forget Me Not || Itoshi Rin Where stories live. Discover now