Halo semuanya. Ini adalah kisah-kisah lain dari para karakter Duty After School. Setiap cerita, mungkin akan punya fokus yang berbeda. Entah pada karakter pribadi, karakter berpasangan, karakter dengan jenis hubungan khusus, atau cerita-cerita lainn...
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
---
Related :
1. Duty After School : The Alternate Ending (All Chapters)
2. Duty After School : The Side Story of Us (All Parts)
---
Previous :
1. Side Story 22 (Querencia Bagian 2)
---
Rumah Sakit Darurat, Shelter Blok A, The Sky Shelter
Tae Man dan Ae Seol mengikuti langkah Perawat Kim masuk ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu, mereka melihah seorang pria muda duduk di balik meja kerjanya. Mengutak-atik sebuah komputer di depannya.
Kedua anak itu mengingat figur di hadapan mereka itu. Pria muda itu adalah Shin Seung Ho. Orang-orang biasanya memanggil dr. Shin.
"Selamat Pagi, dr. Shin. Sesuai dengan pergantian jadwal, hari ini ada dua prajurit baru yang datang dan akan melaksanakan penugasan satu bulan kedepan. Mereka adalah No Ae Seol dan Wang Tae Man, anggota Peleton 3-2 Batalion Sungjin, Seoul."
"Ah...anak dari Seoul lagi?" ucap pria muda itu terdengar sarkas.
Tae Man dan Ae Seol yang mendengar itu menelan ludah. Sebuah sambutan yang "cukup" hangat dari pria muda itu baru saja mereka dapatkan. Dua anak itu saling pandang.
"Ah, mereka selalu mengirim orang baru. Membuat masalah yang sama dengan orang yang baru." Pria muda itu kemudian menarik diri dari layar komputernya.
Ia beranjak dari tempatnya, dan mendudukkan dirinya di sebuah sofa di hadapan Tae Man dan Ae Seol. Dua anak itu tidak bicara dan hanya mengikuti pergerakan pria muda itu diam-diam.
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
(Potrait of Shin Seung Ho - dr. Shin; Credit : Pinterest)
Pria muda itu kini memindai dua remaja dewasa di depannya. Tae Man dan Ae Seol merasa gugup melihat tatapan itu. Meskipun sebenarnya tatapan dr. Shin tidaklah mengintimidasi sama sekali.
