11

453 45 1
                                    


"Dear, tunggu!! "

Suara Draco terdengar dari arah belakangnya. Tapi, Harry hanya mendengus lalu mempercepat langkahnya. Masih terlalu kesal pada kepala pirang itu karena dia bahkan tidak tahu dirinya sudah kembali.

Parahnya lagi, Draco sadar saat kelas di rumah kaca. Di mana posisi Harry ada di hadapannya dan bahkan dia masih menganggapnya ilusi. Baru saat Harry melewatinya di kelas sejarah, Draco langsung sadar jika Harry benar-benar sudah kembali.

Tentu saja. Karena kesal, Harry meninggalkan Ron dan Hermione dan memilih untuk kabur dahulu sebelum si Malfoy satu itu menangkapnya.

Harry mempercepat langkahnya bahkan dia tidak perlu mengucapkan kata-kata maaf saat dirinya menabrak beberapa siswa yang tanpa sengaja menghalangi jalannya. Tidak berbeda jauh dengan Draco yang bahkan sesekali mengeraskan suaranya untuk mengusir para penghalang itu.

"Ikut aku! " Harry hampir berteriak seperti perawan muda saat akan di bawa oleh pria asing. Tangannya yang di genggam oleh Draco dengan erat dan menuntunnya untuk menuju ke arah perpustakaan.

Entah bagaimana Draco bisa menyusul langkah kakinya, Harry tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Pemuda itu hanya mendengus kesal. Menurut pada Draco yang kini menempatkan dirinya untuk bersandar di dinding perpustakaan sedangkan Draco ada di hadapannya.

"Dengarkan aku, oke? " katanya. Harry hanya diam. Melipat tangannya di depan dada. Mata emerald kesukaan Draco yang menatap pemuda itu, menanti ucapan apa yang akan di ucapkan oleh Draco, Draco menghela nafas sejenak.

"aku tidak sengaja. Aku tidak bermaksud menghiraukan kabar mu atau bahkan aku sudah tidak peduli. Itu salah besar, " lanjutnya. Tersenyum tipis kala melihat Harry yang kini sudah mau mengesampingkan rasa merajuknya dan mendengarkan ucapannya.

"Pertama di aula, aku hanya terlalu terlena dengan pembahasan yang lain mengenai kemana kau pergi. Kedua, di kelas pertama aku mengira kau hanya ilusi karena aku berpikir aku terlalu merindukan mu, lalu saat kelas yang kedua aku baru sadar bahwa kau nyata, maksud ku, kau ada di hadapan ku. Ada di sekitar ku. Terutama kau tidak hanya sekedar ilusi, tapi kau nyata. Dear, percayalah padaku. " Harry nyaris mentertawakan raut wajah Draco yang begitu memelas. Mata yang terlihat berkaca-kaca dan belum lagi bibir menurun.

"Tidak berbohong? " tanya Harry. Draco mengangguk cepat dan memeluk pinggang kekasihnya.

"100% aku berkata jujur, Dear. Omong-omong, pipi merah mu lucu, " ucap Draco dan mengecup pipi kekasihnya. Harry hanya terkekeh kecil merasakannya.

"kenapa sampai kesal, hm? "

Harry memajukan bibirnya dengan kesal. Pemuda itu kemudian memainkan kancing pengait jubah hitam hijau milik Draco yang khas Slytherin itu, "apalagi jika mereka yang berpesta dan mengatakan tema pesta adalah ; kita tidak lagi ada hubungan apapun. "

Draco tersenyum dengan lebar sebelum menarik tengkuk Harry. Mencium bibir kekasihnya yang telah menghilang selama 4 harian ini. Tanpa kabar.

Merasakan bagaimana lembutnya bibir Harry membuatnya bertambah semangat hingga merapatkan pelukannya di pinggang Harry dan menarik pinggang kekasihnya untuk semakin menempel padanya. Tangan sebelah kanannya terangkat dan di susul tangan kiri yang memilih untuk menangkup pipi berisi Harry dan mengelus dengan lembut di area tersebut.

Ciuman mereka hanya sebatas saling lumat dan sesapan kecil yang lembut. Draco sengaja karena dia hanya ingin membuktikan jika dia rindu kekasihnya dan Draco rindu memberi afeksi pada Harry.

Kemudian, mereka melepaskannya saat Harry merasakan sesuatu yang dingin khas besi menyentuh jari manisnya dan di susul rasa asing. Harry menjauhkan kepalanya dan menatap mata Draco yang kini terbuka. Harry menunduk guna melihat apa yang terjadi pada jemarinya dan dia malah melihat cincin sederhana yang terukir gambar ular berwarna perak dan inisial M yang begitu akrab dengan mata Harry.

The Villain? (DRARRY) Where stories live. Discover now