BAB 1 : Terlahir Kembali Sebagai Amangkurat

83 9 2
                                    

Tahun 1618 Masehi.

Kutagede, Mataram.

"aaaaaaaaahhh!!!."

Teriakan seorang wanita bergema di sebuah kamar, di sekelilingnya banyak pelayan wanita berkumpul dan memijati tubuh wanita itu, ada yang akan mengelapnya karena saat ini ia berkeringat deras.

"Terus Ratu! Saya bisa melihat kepalanya!." Seorang bidan wanita melihat ke arah selangkangan, dia bisa melihat rambut hitam di sana yang mencoba keluar.

"Nnhhhhh!!! Aaaaaahhhhhh!!!." Wanita itu terus mendorong sekuat tenaga, hingga akhirnya ada sesuatu yang lepas dan melegakan yang membuatnya berteriak.

Ya, wanita itu adalah Ratu Batang atau sering disebut Ratu Wetan (timur).

"Ooeeeekkk"

"Oooeeeeeekkk"

Kemudian terdengar suara tangisan bayi, sesegera mungkin bidan wanita itu menarik bayi dan memotong pusarnya, sebelum akhirnya di bilas dengan air hangat untuk membersihkan kulit ari dan darah.

*Brak*

Seketika, pintu terbuka dan seorang pria berusia dua puluhan masuk. Dia memakai pakaian khas jawa kontemporer berwarna cokelat, dengan blangkon seperti Sunan Kalijogo.

Ya, pria muda itu tidak lain adalah Sultan Agung atau Sultan Anyokrokusumo yang baru menjabat beberapa tahun, setelah menggantikan adiknya yang berkebutuhan khusus.

"Bagaimana bayinya??." Tanya Sultan Agung mendekati istrinya, dia menatap Sang Bidan.

Setelah membilas bayi, bidan itu membalutnya dengan kain bersih dan memberikannya ke Ratu, untuk segera di susui.

"Bayinya sehat, Yang Mulia. Dan itu masih laki - laki!." Jawab Bidan itu dengan hormat, tapi juga tidak terlalu hormat. Lagipula dia sudah menangani kelahiran dua generasi, ayah dan anak di depannya.

"Alhamdulillah...." Hela Sultan Agung, tidak hanya sehat tapi juga laki - laki. Ya, setidaknya dengan lahirnya anak laki - laki pertama, itu semakin menguatkan klaim Mataram.

"Yang Mulia, ingin kamu namakan apa bayi kita?." Tanya Ratu Wetan, dengan lemas dimana dia masih menyusui bayinya yang awalnya tampak menolak.

"Nama ya....." Sultan Agung melihat bayi laki - laki itu, dia berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara.

"Sayydin! Dia akan dipanggil Sayyidin!." Lanjut Sultan Agung, tapi tak lama bayi itu tampak berhenti menyedot susu, sebelum menangis.

"Eh?." Sultan Agung Tertegun, dia tidak tahu kenapa bayi itu menangis.

"Yang Mulia, suara anda terlalu keras. Itu mengganggu bayi." Bidan itu berbicara sambil bercanda, dia mungkin satu dari beberapa orang yang berani bercanda dengan Sang Sultan. Bahkan Abdi Dalem pun belum tentu bisa.

....

Pov xxx

Ini gelap, basah dan lembab. Aku mengingat bahwa ada kilatan cahaya menyambarku, saat menyeberangi rel kereta. Aku berpikir, apa kilatan itu?.

Disaat aku sedang merenung, bagaimana aku bisa mati. Aku merasakan sesuatu mencoba mendorongku keluar, lalu aku seperti melewati sebuah pipa kasar yang bisa melar.

Namun, berikutnya aku tercengang saat mendengarkan teriakan wanita.

"Nnnnhhhhh Aaaaaarrghh!!!." Teriakan wanita yang keras dan nyaring, yang diikuti dengan dorongan luar biasa dari belakangku.

'Tunggu! Tunggu! Gelap, basah dan lembab? Lalu ada dorongan...... Aku dilahirkan kembali?? Tapi bagaimana??.' pikirku tidak menyangka, bahwa aku akan dilahirkan kembali.

Seperti novel fanfiksi atau novel - novel fiksi lain yang pernah aku baca, dimana MC dilahirkan kembali ke dunia lain.

Kemudian aku merasa ada tangan besar yang menyentuh kepalaku, dia perlahan menarik diriku keluar.

Setelah keluar, aku masih belum bisa melihat dengan jelas selain penglihatan samar seorang wanita yang menggendongku, sebelum diriku dimasukkan ke dalam baskom berisi air hangat.

Wanita itu menggosokku, mencoba mengelupas kulit orok atau ari dari diriku.

*Brak*

Aku mendengar suara pintu di dobrak, awalnya aku terkejut namun aku entah bagaimana tidak bisa terlalu merespon. Atau setidaknya respon tubuh tidak secepat otak.

"Bagaimana bayinya?." Tanya suara yang jantan dan berwibawa, dia berbicara dengan bahasa Jawa yang tidak terlalu aku kuasai, ini berbeda dengan bahasa Inggil atau Kromo yang aku ketahui dan kuasai. Meski beberapa suku kata masih aku pahami.

Sepertinya suara itu berbicara ke wanita yang menggendongku, tapi sepertinya dia tidak langsung menjawab. Sebelum aku diberikan ke ibuku, yang aku ketahui melalui bau feromon khas.

Dia mendekatkanku ke payudara ibuku untuk menghisap ASI, awalnya aku enggan untuk menghidapnya, karena jujur saja aku alergi susu dulu.

Tapi sepertinya wanita itu berusaha, jadi dengan perlahan dan agak terpaksa aku menghisap puting ibuku, awalnya tidak keluar, hingga aku menyedotnya lebih keras dan akhirnya keluar juga.

Aneh rasanya, agak mirip susu kental manis yang dicairkan, masih manis dan agak membuat ketagihan.

Mungkin ini yang dirasakan bayi saat meminum asi pertama mereka? Aku bertanya - tanya.

"Bayinya sehat. Dan itu masih laki - laki, Yang Mulia." Balas wanita yang menyerahkan diriku ke ibuku sebelumnya.

"Alhamdulillah." Pria yang sepertinya ayahku menghela nafas lega, tapi aku terkejut bahwa ayahku mengucapkan kalimat Tahmid.

Saat aku sedang menghisap asi, aku mendengar suara ibuku berbicara lagi.

"Yang Mulia, nama bayi apa yang ingin kamu berikan?." Tanya ibuku dengan lembut dan hormat, sepertinya ayahku adalah Raja Islam?.

Nama ya...

"Nama ya..." ucap ayah, yang sepemikiran denganku. Dia tampaknya terdiam sejenak. Sial, jika aku tidak sedang menyedot susu, mungkin aku akan tahu wajahnya.

"Itu Sayyidin! Ya! Namanya adalah Sayyidin!." Ucap ayahku, menemukan nama untukku. Namun aku yang mendengar nama ini agak tidak asing.

Orang jawab bernama Sayyidin, putra raja islam.... Oh sialan....

Aku adalah Amangkurat I?? Dan ayahku adalah Sultan Agung! Sosok yang yang menyerang Batavia, namun gagal di masa depan!.

Tunggu! Berarti aku dikirim kembali ke masa lalu?? Era sebelum Indonesia!.

Rise Of Nusantara : Amangkurat IWhere stories live. Discover now