16

170 30 8
                                    

ExmAlFagiO

"Caitlin"

Rhiana bergerak menyamping untuk menghindari cahaya matahari mengganggu tidurnya sambil memperbaiki posisinya didalam selimut. Meski sejak tadi merasakan pipinya di elus serta suara memanggil-manggil namanya tapi dia belum ingin membuka mata.

"Caitlin"

Rhiana menyingkirkan tangan yang sejak tadi menyentuh pipi dan bibirnya dengan kesal lalu menarik selimut hingga kepala.

"Pukul berapa perlombaan busananya?"

Rhiana seketika membuka mata "Pukul 10"

"Sekarang sudah pukul 9"

Rhiana bergegas bangun dan melompat dari ranjang "kenapa tak bangunkan aku"

Jimin tertawa kecil "cepatlah mandi. Aku menunggumu dibawah"

Benar-benar di luar perkiraan nya. Tentang Jimin yang bukan hanya tidak melarang tapi juga mendukung untuk perlombaan itu. Dia juga berperan pagi ini untuk Rhiana sebagai alaram. Selain itu, Jimin mengantarnya ke tempat acara tersebut di adakan. Katanya dia sedang tidak ada pekerjaan penting di kantor. Rhiana sudah berusaha menolak agar pria itu tidak ikut, tetapi dia tidak mau di tolak. Pada akhirnya, Mereka menjadi pusat perhatian selama disana.

Begitu sampai. Semua perhatian menuju pada mereka termasuk media. Para orang-orang penting yang juga ikut serta disana berbondong-bondong mendatangi Jimin dan mengatakan kalau sebuah kehormatan atas kedatangannya. Tidak heran, tapi Rhiana malu.

lebih sialnya lagi. Pakaian yang ia kenakan agaknya sedikit membuat Jimin marah. Tapi menurut Rhiana itu tidak terlalu seksi juga. Dress berwarna merah yang panjangnya sebatas paha dengan bahu yang terbuka dan di belakang nya menjuntai panjang. Yah, menurut Rhiana itu wajar. Tapi bagi Jimin sepertinya tidak, dari tadi dia duduk di tengah-tengah penonton yang lain sambil bersedekap menatap tajam Rhiana yang kini berjalan di atas panggung.

Itu sedikit mengerikan tapi Rhiana harus menyelesaikan nya hingga akhir.

Setelah semua selesai, Model dan Designer disuruh berdiri berdampingan. Ada sekitar 10 designer disana dengan 5 baju perorangnya dan satu model masing-masing.

"Kau keren" Bisik Edbert namun tetap melihat kedepan sambil tersenyum.

"Desain bajumu juga keren"

"Kau paling suka yang mana dari 5 baju yang kau pakai tadi?"

"Yang ini. Terlihat sangat elegan dan simpel"

"Itu untukmu"

Rhiana terkejut tapi tetap tenang dan tersenyum anggun "jangan. Ini sangat mahal"

"Gratis untukmu"

"Kau serius?"

"Aku serius" Edbert masih berbisik lalu matanya tidak sengaja melihat Seorang pria yang paling mencolok di antara penonton yang lain "ngomong-ngomong siapa pria itu. Aku lihat kau datang dengannya tadi"

Rhiana terdiam dan sempat kebingungan harus menjawab apa. Beruntung nya Juri lebih dulu meneriakkan nama pemenang perlombaan kali itu jadi dia lepas dari pertanyaan. Semua penonton berdiri termasuk juri sambil bertepuk tangan selagi sang juara satu maju kedepan untuk memberi salam dan berdiri didepan.

"Jangan berhenti tersenyum Rhiana"

Senyum Rhiana yang hampir pudar kembali melebar "Kita kalah" dia balas berbisik.

Edbert mengusap diam-diam punggung Rhiana "Masih ada juara dua dan tiga"

Dan benar. Mereka menempati posisi juara dua. Rhiana bersyukur untuk itu, bukan terobsesi untuk menjadi juara. Hanya saja Rhiana merasa tidak enak pada Edbert walau pria itu berulang-ulang mengatakan kalau menang kalah tidak terlalu penting. Tapi tetap saja, Rhiana bahkan tidak ingin lagi menerima tawaran kedua dari Edbert. Rhiana menolak keras ketika Edbert memberinya surat permintaan untuk menjadikannya model tetap di perusahaan nya. Selain karna tidak punya bakat untuk itu, Rhiana juga masih harus kuliah. Jelas itu bukan kehidupannya.

IncidentWhere stories live. Discover now