•Perjuangan 3 remaja•

13 1 7
                                    

Teruntuk Kak Agas, Buk Atikah dan Kak Nindy.

Lolos sebagai peserta lomba cerdas cermat IPS dan mewakili sekolah, sebenarnya aku masih tak menyangka akan hal itu. Bertemu orang baru dan berhubungan dengan mereka untuk  komunikasi tentang perlombaan, sepertinya akan sedikit sulit dan butuh waktu lama tetapi mari kita mencoba.

Sebuah buku tebal tergeletak di atas meja, aku memandanginya sejenak sebelum membuka dan mulai mempelajarinya walau ada beberapa yang tak aku paham.

Ribuan hapalan harus aku ingat, setidaknya aku harus berguna bukan?

Aku pernah punya janji pada diri sendiri bahwa 'setidaknya aku punya satu piala yang aku berikan pada sekolah.'

Hari terus berjalan dan saat pertemuan pertama aku terlihat canggung dengan semuanya tetapi aku kagum pada seorang gadis cantik kelas 9a namanya Kak Nindy.

Kak Nindy luar biasa pintar, dia cepat menghapal dan dia pintar dalam publik speaking. Oh dia panutan baruku!

Mari beralih ke seorang pemuda jenius yang selalu membuat aku kalah telak bila melawannya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, namanya Kak Agas.

Hari pertama kami belajar tentang beragam budaya Indonesia, menghapal nama-nama rumah adat setiap daerah, makanannya, alat tradisional, lagu daerah, pakaian daerah dan tariannya bersama guru pembimbing yang paling hebat, Buk Atikah.

Saat paling menegangkan adalah saat kami satu persatu diuji dalam bidang hapalan dengan menghapal 29 rumah adat Indonesia, oh astaga aku hanya bisa menghapal 10 rumah adat sedangkan Kak Nindy dan Kak Agas menghafal 20 rumah adat, perbedaan yang sangat. Namun, itu adalah hal yang paling menyenangkan.

Hari kedua kami belajar tentang museum Nusa Tenggara Barat yaitu Dalam Loka, seperti hari-hari kemarin kami akan diuji dalam hapalan lagi.

Hari ketiga kami membahas sejarah purba namun aku tak ada disana karena terdesak acara di rumah.

Hari selanjutnya kami belajar sejarah penjajahan Indonesia mulai saat penjelajahan samudera yang diawali oleh bangsa Portugis kemudian bangsa-bangsa Eropa lainnya. Malaka adalah kuncinya.

Perlombaan semakin dekat, kami dengan gesit belajar segala hal, menghapal banyak hal dan mencari informasi di berbagai hal. Hanya perjuangan kecil untuk membawa nama baik sekolah namun rasanya begitu sulit.

Hari selanjutnya, kami masih belajar tentang sejarah partai-partai dan komunitas yang dikembangkan sebelum Indonesia merdeka dan sesudah Indonesia merdeka, apakah kalian ingin tau? Aku bisa menjabarkannya.

Ini yang paling ikonik karena kami bertiga dibelikan gorengan oleh Buk guru agar tambah semangat.

Perkembangan Kak Nindy begitu hebat apalagi saat ia ditunjuk sebagai orang yang akan berbicara saat perlombaan, Kak Nindy begitu baik dan hebat.

Sama halnya dengan Kak Agas, ia menunjukkan kemampuannya disini, semua hal tentang sejarah ia hapal sampai-sampai aku berpikir apakah ia memakan semua buku sejarah Indonesia? Itu benar-benar luar biasa!

Kak Nindy dan Kak Agas itu seperti Malaka dan Pulau Jawa karena mereka adalah kunci kemenangan.

Hari perlombaan datang, awalnya perlombaan diadakan di museum namun karena adanya acara pameran  yang membuat perlombaan diselenggarakan di kantor dinas pendidikan.

•Dream• Where stories live. Discover now