Basorexia.

119 13 8
                                    

Basorexia : The overwhelming desire to kiss.

---

"Nih!" Given menghentikan langkahnya dan berhenti di mana motornya terparkir.

"Loh? Katanya mau ajak aku jalan-jalan."

"Ya jalannya naik motor."

"Berarti naik motor, dong. Gak jalan." Jawab Deo dengan senyum jahilnya.

Given hanya berdecak kesal karena mendengar jawaban Deo. Kesal yang playfully karena merasa Deo sangat menggemaskan ketika menggodanya seperti tadi. Bahkan tanpa sadar, Given mengeraskan rahangnya, merasa gemas dan ingin mencubit pipi Deo. Namun tentu ia tahan perasaan itu karena akan sangat aneh jika dirinya secara tiba-tiba menyentuh pipi Deo, pikirnya.

Deo mengikuti Given ketika ia diarahkan untuk naik ke atas motornya. Given sempat bertanya apakah Deo cukup mempercayai dirinya untuk berkendara bersama ke tempat yang masih Given rahasiakan dan tentu Deo mengangguk.
Tidak perlu ditanyakan lagi, Deo memang selalu mempercayai Given. Sejak awal mereka bertemu dan berkenalan, Deo sudah merasakan dengan hatinya kalau Given adalah pemuda dengan kepribadian yang sempurna.

Given selalu membawa helm cadangan terikat di motornya, kali ini, Given mengatakan kalau itu adalah kali pertama ia meminjamkan helm tersebut kepada orang lain selain sahabatnya yang selalu berkendara bersama dengan dirinya.
Given bahkan membantu Deo mengenakan helm tersebut dengan sangat hati-hati, tanpa ia tahu kalau di dalam hati Deo, ia sedang merindu mengingat kali terakhir Given membantu dirinya mengenakan helm.

Sudah beberapa tahun sejak mereka berdua pergi mengendarai motor dan berkeliling kota. Beberapa tahun terakhir, motor milik Given hanya disimpan di garasi dan sesekali dinyalakan agar mesinnya tidak terlalu dingin dan usang.
Namun, ketika Deo telisik motor yang digunakan Given saat ini ternyata adalah motor yang Given simpan di garasi rumahnya, namun masih dengan warna terang

"Kita mau ke mana?" Tanya Deo ketika motor yang mereka kendarai keluar dari loket parkir gedung perkuliahan mereka.

"Rahasia! Pokoknya, tempatnya bikin bahagia, deh!" Jawab Given seraya menepuk lutut kiri Deo yang duduk di belakangnya.

"By the way, Arnold baru kamu cuci? Bersih banget, sampe knalpotnya aja bersih."

"Arnold?"

"Iya, motormu, Arnold, kan?"

Lagi-lagi Deo tersentak, ia lagi-lagi tidak memikirkan sebelum berucap. Ia lupa kalau Given baru mencetuskan nama Arnold ketika dirinya dan Deo sering berkendara dengan motor untuk berkeliling kota atau bahkan keluar kota ketika libur kuliah.
Given mencetuskan nama Arnold dari inspirasinya akan aktor Arnold Schwarzenegger yang ia gambarkan persis seperti motornya yang kuat membawa mereka berpergian jauh tanpa mengeluh lelah.

"Boleh juga dikasih nama Arnold. Arnold-nya Terminator, kan? Arnold Schwarzenegger, kan?" Given bertanya dengan bersemangat. Di dalam hati Given, ia semakin menyukai Deo dan keluguannya. Bagaimana bisa Deo memiliki pikiran untuk menamai motornya dengan nama aktor.

"Padahal kamu loh yang ngasih nama, sekarang, di waktu ini, malah aku yang ngasih nama."

Ucap Deo di dalam hatinya, merasa seperti ia sudah mengacak-acak urutan yang telah diurutkan oleh semesta.

Hingga akhirnya perjalanan masih dilanjutkan. Given dan Deo sesekali berbincang, terlebih ketika Given tiba-tiba bersenandung dan Deo mengikutinya dengan menyanyikan lagu yang Given senandungkan. Dan bahkan ada satu bagian rap di sebuah lagu yang mereka nyanyikan bersamaan tanpa ada kata dan nada yang melenceng.

RECROSSED / FortPeat FF AUWhere stories live. Discover now