20. Sebuah Titik Terang

71 14 0
                                    

Bandung, 14 September 20##.

Hari ini adalah entah sudah berapa malam Batari tidak bertegur sapa dengan Hansen. Perkara penasaran pada selembar foto tua, hubungan mereka jadi terasa sangat renggang. Sudahlah tak ada gunanya juga Batari memikirkan hal itu terlalu dalam. Jika Hansen tidak mau menemuinya, ya mau diapakan lagi.

Dan yang Batari kini lakukan hanya terduduk sembari memakan tempe yang sedang ibunya goreng. Sedangkan Lokamandala sedang seru sendiri di sofa dengan game di ponsel kesayangannya.

"Emang Oma Belinda itu orangnya kayak gimana, Ri?" Tanya Retania sembari memasukkan beberapa menu makanan ke dalam rantang.

"Baik" Timpalnya sambil mengunyah. "Mama belum pernah ketemu ya?"

Retania menggeleng. "Belum, belum sempet. Mama titip salam aja ya, sekalian kamu anterin ini ke Oma Belinda sama Bu Nuri" Ujarnya menaruh rantang di atas meja.

Begitulah Retania. Jika membuat makanan berlebih pasti akan dibagikan pada tetangga. Sementara Batari hanya mengangguk saja. Lagipula ia juga bosan di rumah, kalau bertemu dengan Oma Belinda kan setidaknya bisa mendengar cerita baru.

"Kasih ya Ri, sekalian pulangnya beliin minuman dingin di warung Bu Nuri. Pingin yang seger-seger Mama"

"Kakak juga titip ya, dek. Beliin apa gitu yang enak-enak" Sahut Lokamandala yang masih serius bermain game.

Batari mengangguk sambil menenteng dua kotak makanan. "Oke. Kalau gitu Riri keluar dulu ya saudara sekalian"

Sementara Retania segera duduk disebelah Lokamandala. "Iyaa, hati-hati sayang. Kalau udah langsung pulang yaa!"

"Asiaappp Mama bawel!!" Sahut Batari sembari menuju teras depan lalu memakai sandal.

"Jangan lupa yang kakak jugaaa!!!"

"Iyaa baweeelll!!!" Seru Batari yang sudah tak nampak lagi.

Sore ini Batari bertugas untuk berbagi sedikit makanan pada Oma Belinda. Ketika menyebrang jalan dan berhenti tepat di hadapan rumah Hansen, langkahnya terhenti. Saat berbalik sebelah alisnya mencuat melihat Sari tengah berdiam di jendela kamarnya. Sepertinya Sari sedang memperhatikan..

"Ha!"

Dengan sigap Batari langsung membekap mulutnya sendiri. Ia kaget ketika arah pandang Sari yang tertuju pada salah satu jendela rumah Hansen. Disana ada sosok perempuan berkulit putih dan bergaun merah tengah menatap Batari yang ada di bawah. Kedua mata sosok tersebut hitam legam. Berbeda dengan Sari yang berwana putih penuh.

Layaknya layangan yang ditarik benang, sosok bergaun merah tersebut menembus dinding dan melayang terjun ke bawah. Tepatnya ke arah Batari. Tapi tunggu dulu, bersamaan dengan itu Sari ikut melakukan hal yang sama. Dia tak kalah cepat dengan si sosok bergaun merah.

 Dia tak kalah cepat dengan si sosok bergaun merah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"INLANDER SIALAANN!!" Pekiknya.

"Sarii!!" Pekik Batari ketika sosok tersebut hendak menyerangnya.

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now