14. Agreement.

500 94 17
                                    

Hai Gengs! 

Gimana akhir pekannya? 

Pastinya menyenangkan, kan? 

Kalau aku ya tentu rebahan hehehehe. 

Semoga kalian menikmati ceitanya. 

Happy reading ^^ 

Setelah membuat Karin mengalami syok berat dengan hubungan Ayline dan juga Jeffery. Ayline memutuskan untuk bertemu Jeffery malamnya, banyak yang harus dia bahas. Dalam sebuah permain, semua aturannya harus jelas, agar tidak terjadi pelanggaran yang merugikan kedua belah pihak. Dia terlihat cantik, meski hanya mengenakan rok putih polos sepanjang satu jengkal di atas mata kaki yang dia padukan dengan sweater rajut crop warna greentea. Rambut panjangnya diikat tinggi, yang membuat leher jenjangnya terekspos dengan sempurna.

"Ayline lo mau kemana?" tanya Karin.

"Ketemu Mas Jeffery, mau beli cincin," jawab Ayline sambil mengulaskan lipstik warna nude dengan sedikit hint oranye.

"Lin, sudahi kegilaan ini! Jeffery itu suami orang!"

Emelly juga istri orang. "Semua orang yang main sosial media jika dia punya istri dan sebentar lagi dia punya dua istri."

"Ayline!"
"Kak, kita tidak bisa memilih pada siapa kita akan jatuh cinta, mungkin gue sial aja karena jatuh cinta sama suami orang."

"Tapi lo bisa berheni, jika lo masih mau balik ke dunia hiburan lagi."

Apa sekarang kamu bersikap seolah mengkhawatirkanku? Setelah kamu menghancurkan semuanya. "Kalau nggak bisa balik juga nggak apa-apa, suami gue kan kaya. Gue tinggal menikmati hidup sebagai nyonya dari keluarga klongromerat." Ayline teralih pada pesan dari Jeffery yang memberitahunya jika dia sudah ada di depan. "Mas Jeffery udah di depan, gue pergi dulu. Nggak usah nungguin, mungkin gue nggak pulang."

Ayline pergi begitu saja, meninggalkan Karin yang terlihat begitu gelisah, sebenarnya dia tahu jika kakak sepupunya itu memang mengkhawatirkannya. Jeffery telah bercerita, jika Karin menyuruh Jeffery tak melibatkan Ayline.

Bukan gue nggak mau ngerti posisi lo, tapi dari awal lo yang menyeret gue terlibat pada hubungan lo yang salah. Jadi mari kita bermain hingga akhir kak.

***

Seperti yang dia katakan pada Karin, Jeffery sudah menunggu di depan rumahnya. Jika biasanya pria itu selalu berpenampilan formal, kali ini penampilannya sedikit kasual, dengan celana jeans warna hitam yang padukan dengan kemeja abu-abu. tidak ada dasi yang biasa mencekik lehernya, lengannya dilipat hingga beberapa centi di bawah siku dan dua kancing teratas yang dibarkan terbuka. Rambutnya yang biasanya selalu tertata rapi, saat ini dibiarkan begitu saja.

Ayline bahkan terdiam beberapa saat, ketika melihat Jeffery berdiri di sambil mobilnya sambil memainkan ponselnya. "Gila, kok bisa Emelly nggak doyan yang model begitu." Segera Ayline mengenyahkan segala pikirannya yang tidak lurus, karena tujuannya dia bertemu dengan Jeffery bukan untuk mengagumi ketampanan pria itu.

"Maaf lama ya," ucap Ayline.

"Nggak apa-apa, ayo kita pergi sekarang."

Jeffery tanpa banyak berkata lagi, dia langsung membukakan pintu mobil untuk Ayline yang membuat segaris senyum terukir di wajah Ayline. "Lemah gue kalau sama orang ganteng." Jeffery dan semua pesonanya memang sulit untuk tidak membuat jantung Ayline berdebar, terlebih saat pria itu tersenyum dan membuat kedua pipinya berlubang. "Sial! Senyumnya benar-benar nggak sopan."

"Ayline, kok diam diam? Dipakai safety belt-nya, apa perlu saya pakaikan?" Teguran dari Jeffery akhirnya berakhir menarik Ayline dari dunia yang hanya dipenuhi oleh wajah tampan Jeffery yang menurutnya sangat tidak sopan.

Sudut Pandang Orang KetigaWhere stories live. Discover now