•Payne Sister•Part 12

1.9K 289 7
                                    

Aku duduk di atas kap mobil milik Liam dengan mata yang menatap ke sana ke mari demi mendapati satu wujud manusia.

Liburan musim panas telah tiba, sudah banyak murid yang dijemput oleh keluarga mereka termasuk aku yang saat ini sudah dijemput oleh siapa lagi kalau bukan Liam. Sebenarnya, kakak tiriku itu sudah marah-marah minta segera pulang namun aku masih menahannya di tempat ini dan menilukan telingaku terhadap omelan-omelan yang tak henti-hentinya keluar dari mulutnya.

"Ah, itu dia!" seruku begitu sudut mataku menangkap sosok Niall yang berjalan ke arahku dengan koper di tangan kanannya. Pemuda itu tersenyum, menampakkan deretan gigi putihnya seolah tak punya salah padahal dia sudah membuatku dan Liam lama menunggunya.

Niall benar-benar serius ingin menghabiskan musim panas di London bersamaku. Awalnya kupikir akan sama saja tapi setelah kupikir-pikir lagi tak ada salahnya jika Niall bersamaku. Dan berhubung ada beberapa kamar kosong di rumah, aku memperbolehkan si pirang asal Irlandia itu untuk menginap di rumah. Liam belum tahu apa-apa soal ini dan kupikir Liam tak akan masalah jika bertambah satu makhluk di rumah.

"Maaf, sudah lama ya?"

"Ah, tidak, aku dan Liam baru menunggumu selama tiga puluh menit." kataku menaruh nada sarkastik di dalamnya.

Niall semakin melebarkan senyumannya. Kurasa, makhluk yang satu ini tak punya perasaan bersalah.

Liam keluar dari mobil. Dia menatap intens kearah Niall seolah pemuda itu adalah tersangka pengedar narkoba.

"Siapa dia, Al?" tanya Liam kali ini sambil menyipitkan matanya.

"Temanku. Dia mau menginap di rumah. Dia berasal dari Irlandia tapi dia mau menghabiskan liburannya di Inggris tepatnya di London."

Liam membuka matanya lebar-lebar. Mulutnya juga terbuka membentuk huruf 'o' kurasa kakakku yang satu itu sedang terkejut dengan penuturanku beberapa sekon yang lalu.

"Kau serius?"

"Tidak pernah seserius ini."

Liam tak menjawab, hanya diam dan matanya tak pernah lepas dari Niall dengan pandangan menilai.

"Aku Niall Horan." Niall memperkenalkan dirinya di hadapan Liam setelah beberapa saat keduanya menghabiskan waktu dengan hanya saling pandang-memandang seolah mereka sedang terlibat dalam cinta pada pandangan pertama. Ew, menggelikan!

"Ya, aku sudah tahu, kita pernah berkenalan saat di rumah sakit, kau pikir aku lupa? Baiklah ayo kita berangkat!" Liam berujar sembari merangkak masuk mobil lagi. Kulirik Niall, bisa kulihat ekspresi kesal yang tergambar dengan amat jelas di atas wajah manisnya.

"Liam selalu seperti itu. Yasudah, ayo masuk," kataku kemudian merangkak masuk kemobil tepatnya di kursi penumpang samping kursi kemudi.

Niall kemudian memasukkan kopernya sebelum merangkak masuk ke dalam mobil. Dan setelah itu Liam menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya di tengah jalanan kota London menuju bangunan rumahku yang berdiri kokoh.

Di perjalanan hanya hening yang melanda. Aku hanya diam sambil memainkan ponselku tanpa peduli sama sekali pada dua lelaki yang ada di sini, Liam terlihat fokus mengemudikan mobil sedangkan Niall ... dia tertidur. Aku terkadang melirik Niall dari kaca. Dia terlihat semakin manis saat tertidur membuatku tidak bisa tidak tersenyum.

"Dia teman atau kekasihmu?" Liam bertanya tanpa merasa perlu repot-repot melirik kearahku.

"Teman," jawabku singkat dan dapat kurasakan rasa aneh ketika menjawabnya. Aku seperti merasa bahwa aku tidak ingin berteman dengan Niall. Aku ingin lebih dari itu.

###

Aku menghempaskan tubuh mungilku ke atas kasur. Mataku menatap ke arah langit-langit kamar milikku yang sudah lama tak kutempati dan disaat yang bersamaan ponselku berteriak minta diperhatikan. Aku melirik ke arah ponsel tersebut dan mendapati nama Harry terpampang di sana.

Aku mengerutkan keningku, tumben sekali dia menelpon?

Tanpa menunggu lama aku meraih ponselku dan menggeser layar touchscreen-nya sebelum menempelkannya pada telingaku.

"Hallo?"

"Hallo, Alexa!"

"Ada apa Harry?" tanyaku sambil bangkit dari posisi tidurku menjadi berdiri kemudian berjalan kearah balkon kamar. Mataku menatap ke arah langit kota London yang sejujurnya tak jauh beda dengan langit-langit kota lain sedangkan telingaku fokus mendengarkan apapun yang keluar dari mulut Harry nanti.

"Kau sudah pulang?"

Aku mengangguk, seketika sadar bahwa Harry tidak bisa melihat gerakanku.

"Iya, baru saja. Kenapa?"

"Oh, ya sudah. Kau istirahat saja. Aku hanya ingin memastikan. Bye!" jawab Harry dan detik kemudian kudapati sambunganku dengan Harry terputus.

Aku mendengus kesal, Harry sering seperti ini; menelponku dengan tiba-tiba untuk mempertanyakan hal-hal yang menurutku tak penting sebelum langsung mematikan sambungan. Ini menjengkelkan!

TBC

Payne Sister // L.P&N.H ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang