38 - The feeling

513 42 3
                                    

Pemuda itu menoleh sesaat suara gaduh terdengar dari luar. Sigap berdiri jaga-jaga jika ayahnya yang gila itu datang dan langsung memukulnya.

Tapi saat pintu dibuka kasar, kernyitan di dahi terlihat. Elvano sudah tersenyum menepuk pundaknya dan dia masih berkedip tak mengerti.

"Kita cuma ada waktu sebentar. Ayo cepet sebelum papa lo kesini lagi," Jay berucap cepat menuntun dua pemuda kembar itu keluar.

"Lo duluan," lengannya ditahan. Elvino menggeleng menahan kakaknya yang ingin kembali masuk ke rumah.

"Gue ninggalin kamera. Gue pernah bilang butuh bukti buat nuntut papa kan?"

"Bawa adik gue dulu. Gue nyusul nanti," Elvano berucap kepada Jay dan Aldrich yang mengangguk.

"Promise me you'll come back. If you lie, I'll kill you," ancam Elvino tegas tapi tatapan matanya tak bisa bohong.

Mengangguk untuk membalas. Elvano menepuk pundak sang adik sebelum menarik tungkainya kembali ke dalam rumah.




Elvino sudah ikut dengan kedua teman kakaknya. Meremat kedua tangan gugup. Rasa takut kembali menyeruak. Ia gemetar tapi berusaha menutupi.

Tak lama kemudian mereka sampai di salah satu apartemen. Elvino yang baru ingin bertanya langsung dijawab Aldrich.

"Punya bokap gue. Lo sama Vano sementara tinggal disini dulu sampai keadaan terkendali."

Pemuda itu menatap sekitar. Interior lebih mewah daripada apartemen yang kakaknya sewa. Bahkan circle Elvano jelas berbeda darinya.

"Vino mau makan apa?"

"Gausah---

"Pesan 1 steak," kata Aldrich menelfon layanan kamar.

"Eh sama kue tiramisu juga," tambah Aldrich sebelum menutup panggilan.

Elvino yang penasaran sontak bertanya, "Kok lo tau gue suka tiramisu?"

Aldrich tersenyum tipis, "Gimana ya. Kakak lo kalo setiap ketemu kita pasti ceritain lo mulu. Makanan favorit lo, film kesukaan lo. Lo tadi habis ngapain aja. Semua dia cerita."

Menatap kaget. Sungguh? Pemuda kaku itu? Elvino kembali menelan ludah saat makanan tersaji di depannya.

"Nah dimakan ya. Bentar lagi Vano pasti kesini."

Ia hanya menatap makanan di depannya. Cukup menggoda pemuda yang suka makan seperti Elvino. Tapi ada satu hal yang masih membuat dia penasaran.

"Vano, cerita apa lagi soal gue?"

Aldrich yang sibuk menggulir layar ponsel jadi memandang Elvino lagi. Mendecih lalu terkekeh, "Dia tuh ya cuma ceritain lo terus. Apapun yang kita lakuin pasti tiba-tiba jadi inget lo. Kakak lo itu bucin banget anjir sama lo."

Merapatkan bibir. Ah sial, kenapa harus begini? Kenapa kembarannya terdengar seperti sangat menyayanginya? Dia bukan adik yang lucu. Bukan kembaran yang loyal. Bukan saudara yang baik. Dia pemuda bodoh dan pembuat masalah yang sialnya terjebak dalam keluarga Pradipta yang sempurna. Keluarga yang mendambakan harta dan kehormatan. Keluarga yang menjadi contoh dan panutan semua orang.

Geminos ✔️Where stories live. Discover now